Pitan

Dungu Sejak Dulu

Rocky Gerung membuat kata dungu menjadi populer kembali. Kata dungu sudah digunakan sejak dulu. Para penulis abad ke-19 dan awal abad ke-20 sudah biasa menggunakannya. Dalam foto terlihat Rocky Gerung (baju biru) sedang berdiskusi di Perhimpunan Mahasiswa Bandung (PMB) pada tahun 2010. Sumber: priyantono oemar

Seorang pembaca Soeara Moehammadijah mengajukan keluhan dan pertanyaan panjang lebar. Ia menyebutnya sebagai “kicauan”, dimuat di majalah milik Muhammadiyah itu, edisi Oktober 1922.

Di akhir kicauan, ia mengucapkan salam, lalu ia tulis atribusi dirinya: Wassalam, si dungu dan bebal, Ismail. Rupanya, kata dungu yang tercatat di KBBI itu sudah sejak dulu biasa digunakan.

Baca kata dungu, mengingatkan pada Rocky Gerung yang memopulerkan kembali kata dungu untuk menyebut lawan diskusinya yang tidak memiliki pemahaman terhadap permasalahan. Apa bedanya dungu, bebal, bodoh, dan kiasan yang sudah dicatat J Kats pada 1927: otak udang?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ismail mendungukan diri sendiri, sedangkan Rocky Gerung mendungukan pemahaman/tindakan orang lain. Terakhir ia tujukan kepada Ridwan Kamil, menyebut candaan Ridwan Kamil tentang janda sebagai “olok-olok yang dungu.”

Pada kampanye Pilkada DKI Jakarta 2024 pada 16 November 2024, Ridwan Kamil menyebut akan menyantuni para janda miskin. Banyak yang marah atas candaan Ridwan Kamil, yang bunyi candaannya begini:

“Nanti janda-janda akan disantuni oleh Pak Habiburokhman, akan diurus oleh Bang Ali Lubis.”

“Nanti akan diberi sembako oleh Bang Adnan, dan kalau cocok akan dinikahi oleh Bang Ryan.”

Kembali ke kicauan Ismail di Soeara Moehammadijah, isi kicauan itu mengurai berbagai persoalan kerusakan yang muncul dalam praktik kehidupan. Tentu saja dikaitkan dengan praktik ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Tulisan di Soeara Moehammadijah itu membuktikan bahwa penggunaan kata dungu sudah lazim pada 1922 itu. Dirunut ke belakang, kata dungu ternyata juga sudah lazim digunakan hampir seabad sebelumnya, pada 1824.

Kata bebal, bahkan sudah digunakan jauh sebelumnya. Naskah Melayu klasik Bustan al-Salatin dari Aceh yang ditulis pada 1638-1643, telah menyebut bebal: Hai hamba Allah, engkaulah bebal akan yang pekerjaan yang kesudahan.

Naskah tahun 1824, mulai ditulis di Belitung dan selesai di Batavia, Surat Ingatan Tengku Said al-Qadri, menyebut bebal dan dungu:

... maka dengan sebab inilah kita Tengku Said menghertikan maksud kedua fihak itu akan kebajikan dengan sungguh-sungguh ijtihad kita yang bebal lagi dungu ini sebab takut kita barangkali sebab kurang mengerti perbahasaan kedua fihak itu ....

Pada 1833 ada Syair Mekah Madinah yang ditulis oleh Syek Daud Sunur. Naskah ini ada di Ulakan, Sumatra Barat, di dalamnya ada nasihat kepada si dungu:

Dengar olehmu wahai sahabat

Fakir yang dungu punya amanat

Bacalah kitab ilmu yang mufakat

Supaya betul jalan akhirat

Ilmu yang salah banyak sekarang

Sebab muftinya tiada terang

Ada pula Syair Kumbang dan Melati dari Bengkulu sebelum tahun 1859:

Istimewa yang ahli mengikat peri

Ahli mengikat kalam cumbuan

Diharapkan ampun sekalian tuan

Kepada fakir kurang pengetahuan

Tambahan bebal yang tiada keruan

Bebal dan dungu bukan seperti

Mengikat saja belum mengerti

Daripada hendak melipurkan hati

Seboleh-bolehnya ngarang dikuati

Pada masa lalu, bukan hal tabu mengucap dungu dan bebal. Tak pula terasa kasar di telinga.

Berita Terkait

Image

Pucat Pasi yang tak Jelas dari Mana