Hari Setelah Lusa

Oleh Abdullah Muzi Marpaung, dosen Teknologi Pangan Universitas Swiss German, narasumber Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk penyusunan istilah Ilmu dan Teknologi Pangan.
Leluhur kita mempunyai pandangan yang jauh terhadap masa depan, ketimbang orang Barat. Paling tidak, kalau orang Inggris hanya punya satu istilah untuk hari mendatang, yaitu tomorrow, kita punya banyak.
Leluhur kita mewariskan kepada kita istilah esok atau besok, yang diikuti dengan lusa, tulat atau langkat, dan tubin atau tungging. Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2016) diterangkan bahwa tulat atau langkat adalah hari sesudah lusa (tiga hari sesudah hari ini) dan tubin atau tungging adalah hari keempat dari sekarang.
Pada Kamus Melayu Inggris Marsden (1812) termuat lema tula atau tulat yang dideskripsikan sebagai three days hence, the second day after tomorrow. Keduanya juga tercantum pada kamus Belanda-Melayu Eysinga (1855) yang diartikan sebagai de dagna overmorgen atau kaesokan loesa pandjang dan kamus Pijnappel (1863) dengan arti over drie dagen (tiga hari ke depan).
Uniknya, pada tahun 1875, Pijnappel memperbarui kamusnya dan menghilangkan istilah tula, dengan tulat didefinisikan persis seperti definisi Eysinga. Sementara tula menghilang, tulat konsisten muncul pada kamus Melayu-Belanda Pijnappel (1875), Klinkert (1902), van Ronkel (1926), Ridderhof (1935), dan Lameijn (1938), serta kamus Melayu-Perancis Richard (1873) dan Melayu-Inggris Wilkinson (1901). Selain tulat, hari sesudah lusa juga sering disebut dengan langkat.
Dua kamus Melayu-Inggris memuat dua istilah yang berbeda untuk menyatakan hari keempat sesudah hari ini. Kamus Marsden (1812) memuat tungging, sedangkan kamus Wilkinson (1901) yang terbit hampir seabad setelah kamus Marsden memuat tubin.
Kamus yang mengikuti Marsden di antaranya adalah kamus Eysinga (1885), sedangkan kamus yang mengikuti Wilkinson di antaranya adalah kamus Lameijn (1938). Sementara itu kamus Klinkert (1902), van Ronken (1926), dan Ridderhof (1938) memuat baik tungging maupun tubin.
Kamus Richard dan Pijnappel yang terbit berdekatan (1873 dan 1875) tidak memuat kedua istilah tersebut. Dilihat dari urutan tahun terbit kamus, tampaknya istilah tungging lebih dulu ada daripada istilah tubin.
KBBI (2016) juga memuat lema cekelong yang berarti hari kelima setelah hari ini. Disebutkan dalam kamus itu bahwa cekelong diambil dari bahasa Melayu Belitung.
Tampaknya ini adalah istilah yang relatif baru, belum disertakan dalam KBBI versi tahun 2008. Istilah ini juga tidak berhasil ditemukan pada berbagai kamus Melayu lama.
Untuk hari yang telah berlalu, selain kemarin, terdapat istilah selumbari yang diuraikan dalam KBBI (2016) sebagai kata yang berasal dari bahasa Minangkabau yang berarti kemarin dulu. Istilah ini tampaknya juga merupakan istilah baru yang belum tercantum pada kamus Poerwadarminta (1954).
Yang menarik untuk diteliti lebih jauh, meski disebutkan berasal dari bahasa Minangkabau, selumbari tidak dijumpai pada kamus Minangkabau-Melayu Riau susunan Soetan Pamoentjak (1935). Ia juga tidak terdapat dalam kamus Minangkabau-Indonesia (1985) dan kamus Minangkabau-Indonesia edisi revisi (2013) yang keduanya merupakan kamus yang dikeluarkan oleh institusi pemerintah.
