Ternyata Kalangan Tua Juga Hadir di Kongres Pemuda yang Hasilkan Sumpah Pemuda
Ternyata tak hanya para pemuda yang hadir di Kongres Pemuda Indonesia II yang melahirkan Sumpah Pemuda. Para remaja yang tergabung di kepanduan dan kalangan tua yang aktif di perkumpulan politik juga hadir.
“Yang hadir lebih kurang 1.000 orang. Wakil pers dan polisi lengkap. Banyak putri yang hadir. Gedung penuh sesak sampai orang berdiri di luar pintu,” tulis Darmokondo tentang pembukaan kongres di gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterloplein.
Sugondo Joyopuspito selaku ketua panitia membuka acara, menegaskan bahwa perceraiberaian wajib diperangi, agar bangsa Indonesia bisa bersatu. Setelah Sugondo berpidato, dari kalangan tua diberi kesempatan untuk berbicara.
Dari Budi Utomo Jakarta ada Abdoelrachman, dari Persatuan Antar Pandu-pandu Indonesia (PAPI) dan Indonesische Nationale Padvinderij Organisatie (INPO) ada Mr Soenarjo, dari PNI Bandung ada Inoe Martokoesoemo, dari (Partai Nasional Indonesia (PNI) Jakarta ada MR Sartono, dan dari Partai Sarekat Islam (PSI) Jakarta ada Kadar. Kalangan tua dari Kaoem Betawi, Pasoendan cabang Jakarta., dan dari Dienaren van Indie juga bicara.
Moh Yamin mendapat giliran pertama menyampaikan pidato prasarannya, berjudul Persatuan dan Kebangsaan Indonesia. Lagi-lagi, dari kalangan tua yang memberikan tanggapan pada kesempatan pertama setelah Yamin menyelesaikan pidatonya.
Ada Inoe Martokoesoemo dari PNI Bandung. Saat Inoe berbicara, polisi menyetop pembicaraan. Ini kali kedua pada acara pembukaan itu polisi memberi interupsi.
Intreupsi pertama dilakukan pada saat kalangan tua memberikan komentar atas pidato pembukaan Sugondo. Yaitu pada saat kalangan tua dari Dienaren van Indie mengucap kalimat “bendera kemerdekaan Indonesia”.
“Polisi setop tidak boleh berkata ‘merdeka’, hingga rapat jadi ramai keadaannya,” tulis Darmokondo.
Intreupsi kedua dilakukan ketika Inoe Martokoesoemo persatuan yang dianalogikan dengan perstauan Inggris dan Belanda. “Cita-cita persatuan harus ditanam dalam hati sanubari kita dan ... kalau kita sudah ... eh ... sudah jadi seperti rakyat Inggris, kalau negeri kita sudah jadi seperti negeri Belanda ...,” kata Inoe.
“Baru sampai di situ rapat ramai lagi, sebab polisi menyetop! Polisi peringatkan, tidak boleh bicarakan itu,” tulis Darmokondo.