Lincak

Pakubuwono II Menghadapi Perang Selama 17 Tahun, Kompeni Meredam Pemberontakan Orang Cina di Batavia

tembok benteng Keraton Kartosuro yang masih ada dirusak warga pada April 2022. dari keraton inilah Raja Mataram Pakubuwono Ii dulu memerintah.

Pada Juni 1742, Pakubuwono II beserta perwira Kompeni Kapten Johan Andries Baron van Hohendorff harus melarikan diri dari Kartosuro. Kubu pembenci Kompeni yang telah mengangkat Raden Mas Garendi sebagai raja baru Mataram berkedudukan di Pati telah menyerbu Kartosuro.

Tindakan Pakubuwono II mendukung orang Cina menyerbu Kompeni menggenapi perang berkepanjangan di Jawa. “Hampir tanpa henti, selama 17 tahun,” kata sejarawan MC Ricklefs.

Para pembenci Kompeni yang tidak suka tindakan Pakubuwono II berbalik mendukung Kompeni, segera melakukan perlawanan internal. Di sini lain, kubu yang setia kepada Kompeni sebelumnya juga tidak suka melihat Pakubuwono II mendukung orang Cina memerangi Kompeni.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Masa-Masa Sulit Pakubuwono II Setelah 10 Ribu Orang Cina Meninggal di Batavia akibat Tindakan Kompeni

Hingga akhirnya, Pakubuwono II berbaikan dengan Kompeni setelah Kompeni membantu Cakraningrat IV memperluas kekuasaan di Jawa Timur. Tindakan Cakraningkrat IV, mertua Pakubuwono II yang merupakan adipati Madura, itu telah merongrong kekuasaan Pakubuwono.

Hal ini membuat Pakubuwono II mengajak rujuk kepada Kompeni. “Raja kini telah menjauhkan diri dari perang anti-VOC. Akan tetapi, perang ini mempunyai akar-akar yang sangat dalam,” kata Ricklefs.

Ribuan orang Jawa mendukung orang Cina melawan Kompeni bukan semata karena dorongan benci Kompeni. Melainkan juga karena kecurigaan mereka terhadap Pakubuwono II yang sikapnya belum istikomah.

Kecurigaan mereka terbukti setelah Pakubuwono kembali meminta perlindungan kepada Kompeni. “Raja yang malang ini hampir tidak bisa lari dari kesimpulan bahwa dirinya telah gagal menjadi raja sufi yang saleh,” tulis Ricklefs.

Pakubuwono II pun berjanji menyerahkan wilayah pesisir utara kepada Kompeni jika ia bisa menduduki singgasananya lagi. Setelah penyerbuan Kartosuro, Pakubuwono II melarikan diri ke Ponorogo bersama Kapten Van Hohnedorff.

Oohya! Baca juga ya:

Promosi Starbucks, Bagaimana Kedai Kopi Amerika Itu Melakukannya Sebelum Ada Boikot Kasus Israel?

Namun, kapten ini kemudian memisahkan diri setelah enam minggu bersama Pakubuwono II. Pakubuwono II kemudian menenangkan diri dengan meminta bantuan kepada lelembut Gunung Lawu dan ke Pesantren Tegalsari.

Pada November 1743, pasukan Cakraningrat IV merebut Kartosuro. Cakraningrat IV meminta Kompeni agar membunuh Pakubuwono II, sehingga menjadi pelajaran bagi orang-orang yang tidak setia kepada Kompeni.

Kompeni menolak usulan Cakraningrat IV. Kompeni menilai Pakubuwono II adalah raja yang paling lunak, tidak ada yang bisa melebihi kelunakan Pakubuwono II. Cakraningrat IV pun mengembalikan Kartosuro kepada Pakubuwono II.

Pada November 1743, Pakubuwono II kembali menduduki singgasana atas bantuan Kompeni. Raden Mas Garendi telah ditaklukkan pada Oktober 1743.

“Pada akhir tahun 1743, sisa-sisa kaum pemberontak yang penting tinggal dua saudara Raja, Pangeran Singosari dan Pangeran Mangkubumi (kelak bergelar Sultan Hamengkubuwono I, m. 1749-1792), dan kemenakan laki-lakinya, Mas Said (kelak bergelar Pangeran Adipati Mangkunegoro I, m. 1757-1795),” tulis Ricklefs.

Setelah Pakubuwono II kembali ke Kartosuro, ia memberi kebebasan Kompeni memilih wilayah pesisir yang diinginkan. Kawasan yang ditawarkan adalah di sepanjang semua sungai yang mengalir ke Laut Jawa. Tinggal pilih.

Oohya! Baca juga ya:

Nenek Suri Berusaha agar Pakubuwono II Meniru Sultan Agung, Hasilnya Raja Muda Belia Itu Malah Tunduk pada Kompeni

Raja juga akan menyerahkan beras sebanyak 8,6 juta ton per tahun. Untuk batas waktu yang tidak ditentukan.

Pakubuwono II kini tidak bisa memilih patih secara bebas. Patih harus dipilih atas persetujuan Kompeni.

“Orang-orang Jawa tidak boleh berlayar ke mana pun di luar Jawa, Madura, dan Bali,” tulis Ricklefs.

Inilah harga mahal yang harus ditanggung oleh orang Jawa atas tindakan rajanya yang tunduk pada Kompeni.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 karya MC Ricklefs (2005)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com

 

Berita Terkait

Image

Siapa Budak yang Jadi Pahlawan Nasional di Indonesia?

Image

Banjarmasin Dua Abad Tolak Monopoli Kompeni, Dihapus Belanda pada 1860

Image

Di Tarekat Freemason Ada Pakualam, Aktivis Budi Utomo, dan Kapolri