Lincak

Benarkah Kiai Mojo Meracuni Penginjil Belanda?

Makam Kiai Modjo di Tondano, Minahasa. Cerita tutur di Tondano menyebutkan Kiai MOdjo pernah meracuni penginjil Belanda di Tondano. Benarkah?

Kiai Mojo tiba di Minahasa pada 1829. Riedel dan Schwarz tiba di Minahasa pada 1831.

Kiai Mojo berada di Minahasa sebagai orang buangan, sedangkan Riedel dan Schwarz datang sebagai penginjil Belanda utusan Nederlandsch Zendeling Genootschap (NZG, Serikat Misionaris Belanda).

Benarkah, Kiai Mojo pernah meracuni Riedel karena saking bencinya kepada Belanda? Kiai Mojo adalah panglima perang dalam Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Diponegoro.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Panglima Perang Padri Menikah, Imam Bonjol Beli Tanah untuk Mahar di Manado

Riedel dan Schwarz termasuk sukses melakukan pengkristenan di Minahasa. Berasal dari keluarga menengah bawah, ia memiliki keluarga taat kepada gereja negara.

Selain menyasar orang-orang Minahasa, ia juga menyasar orang-orang Jawa di Tondano yang merupakan rombongan Kiai Modjo.

Riedel dikenal pintar mengambil hati lawan bicaranya. Selain menguasai bahasa Melayu, selama di Minahasa ia juga memperlajari bahasa daerah.

Sebagai penginjil baru, ia tidak memaki-maki orang-orang Minahasa yang sudah menjadi Kristen tetapi tidak ke gereja. Ia juga tidka menyerang agama suku yang dipeluk oleh banyak orang Minahasa.

Ia pandai bergaul. Orang-orang yang berkunjung ke rumahnya ia suguhi kopi dan kue.

Oohya! Baca juga ya:

Ini Batu yang Dulu Jadi Tempat Shalat Imam Bonjol di Manado

Kebaktian Minggu pada mulanya ia adakan dalam bahasa Melayu. Tetapi setelah ia mahir bahasa daerah yang ada di Minahasa, ia gunakan bahasa daerah itu.

Ia melakukan itu dengan cara kebaktiannya menggunakan bahasa Melayu. Setelah kebaktian, ,ia mengulang lagi dalam bahasa daerah.

Jumlah orang Kristen bertambah dari tahun ke tahun. Hingga pada 1839, Riedel sudah perlu mendirikan gereja berisi 800 kursi.

Tapi penginjil Belanda itu mendapat teguran dari NZG karena dianggap terlalu mudah membaptis orang masuk Kristen. “Pada 1850, 70 persen penduduk daerah Tondano sudah dibaptiskan,” kata Dr Th van den End.

Selama bekerja di Tondano, Minahasa, Riedel dan Schwarz biasa mengundang Kiai Mojo setiap hari Sabtu untuk berdiskusi tentang agama. Kiai Mojo tidak menikah lagi selama di Tondano, hari-harinya ia pakai untuk mengajarkan Islam dan cara bertani kepada masyarakat Tondano.

Di Tondano ia dikenal dengan sebutan Ki Muslim atau Mbah Guru. Jika Diponegoro menyusun Babad Diponegoro selama menjalani masa pembuangan, Kiai Mojo menulis Alquran. Benarkah ia kemudian meracuni penginjil Belanda, Riedel?

Oohya! Baca juga ya:

Nama Presiden Soeharto Ditulis di Keset, OPM Injak-Injak Setiap Hari, Ini Kata Kontras Soal Penyebutan OPM oleh TNI

Kiai Mojo ditangkap Belanda dengan cara yang licik. Sebelum menangkap, Beland apernah mengakak berunding Kiai Mojo.

Perundingan pada 31 Oktober 1828 gagal. Setelah itu, Belanda selalu menguntit gerak-gerik Kiai Mojo.

Suatu waktu, pasukan Belanda mengepung Kiai Mojo. Tetapi rupanya pasukan Kiai Mojo yang berjumlah 500 orang sudah siap mati syahid.

Belanda tidak jadi menyerang. Komandan pasukan Belanda kemudian mengajak Kiai Mojo pergi ke Klaten untuk berunding.

Di Klaten, Kiai Mojo disergap Belanda ketika sedang memasuki ruangan perundingan. Ia kemudian dipaksa memerintahkan kepada pasukannya agar menyerah.

Oohya! Baca juga ya:

Ini Sebab Orang Kalang yang Jadi Selir Hampir Dibunuh Raja Majapahit, Anaknya Jadi Adipati Palembang

Rupanya, peristiwa ini membuat Kiai Mojo sakit hati. Ia bersama 63 pengikutnya dibuang ke Minahasa. Di Tondano ia mendirikan desa yang diberi nama Tegalrejo.

Nama Tegalrejo diambil dari kampung Diponegoro di luar keraton Yogyakarta. Tapi nama ini kalah populer dengan nama Kampung Jawa, sebutan lain untuk Desa Tegalrejo di Tondano.

Sering mengundang Kiai Mojo, Riedel kemudian menghadiahkan Bibel kepada Kiai Mojo. Cerita tutur di Kampung Jawa Tondano menyebutkan bahwa Kiai Mojo pernah berusaha meracuni penginjil Belanda, Riedel.

Cerita tutur Kiai Mojo pernah meracuni penginjil Belanda, Riedel, dimasukkan ke dalam isi sebuah diktat. Saya mendapat diktat itu dari tokoh masyakarat Jawa Tondano (Jaton) di Minahasa.

Judulnya Jaton, Identitas Keturunan Pengikut Diponegoro dan Kiai Modjo di Sulawesi Utara. Diktat setebal 35 halaman itu tidak mencantumkan penyusun dan tahun penyusunan.

“Tapi akhirnya diketahui bahwa Kiai Mojo berusaha untuk membunuh Riedel dengan jalan meracunnya. Di sini, ternyata, walaupun Kiai Mojo sudah terasing, sikap menentang Belanda belum padam,” tulis diktat itu.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- Jaton, Identitas Keturunan Pengikut Diponegoro dan Kiai Modjo di Sulawesi Utara, tanpa tahun.
- Ragi Carita 1, karya Dr Th van den End (2005)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com

Berita Terkait

Image

Belanda dan Sejarah Pendakian Puncak Carstensz, Bantu Sekolah di Lembah Baliem

Image

Ini Arti Garong Versi Koran Belanda Tahun 1946

Image

Bupati Grobogan dan Orang-Orang Cina Serang Belanda, Begini Triknya