Bung Karno: Diponegoro Berotot Kawat, Minum Kopi Santan, dan Makan Rujak Pedas
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
Pada persiapan Asian Games 1954 di Manila, Presiden Sukarno (Bung Karno) mengunjungi pusat pelatihan atlet di Petojo, pada Jumat, 16 April 1954. Presiden Sukarno juga melihat kamar tidur dan dapur.
Oohya! Baca juga ya:
Setelah Menginjak Biji Kopi di Batavia, Tentara Inggris Seret Sultan Yogyakarta di Depan Diponegoro
Cermin 78 Tahun Indonesia di Perilaku Menjengkelkan Pengunjung Kafe Kopi Kelas Menengah
Sebagaimana Halnya Kopi, Persatuan Indonesia pun Perlu Disangrai dan Diseduh
Bung Karno menyemangati para atlet. Ia menyebut peran besar olahraga untuk ketahanan bangsa Indonesia. “Perjuangan kemerdekaan sudah kita selesaikan, namun bukan berarti kita sudah sampai di tujuan. Sebaliknya, setelah perjuangan kemerdekaan berakhir, kita baru berada di awal,” kata Presiden.
Bung Karno pun melontarkan slogan “di dalam tubuh yang sehat terdapat pikiran yang sehat”. Lalu ia ibaratkan Indonesia seperti orang yang bertahun-tahun dibelenggu, lalu bebas dari belenggu dan sesegera mungkin memanfaatkan tubuhnya yang sudah tidak dibelenggu itu untuk mencapai cita-citanya.
DI masa lalu, belenggu itu menjadi penghalang, yang mendorong orang yang dibelenggu harus berusaha melonggarkan belenggu. Ia sebut Pangeran Diponegoro sebagai contoh orang yang melonggarkan belenggu untuk mencapai cita-cita menjadi sehat dan kokoh. Ia sebut Diponegoro memiliki otot kawat.
"Dan Diponegoro tidak memerlukan susu atau alat bantu serupa untuk ini. Diponegoro hanya minum kopi dengan santan dan suka makan rujak yang pedas,” kata Presiden. Karenanya, Sukarno berpesan para atlet berdisiplin, tidak tergiur pada Cocacola dan dansa, pada dasi dan mobil, karena hal-hal itu sebagai tanda-tanda kelemahan diri.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
De Nieuwsgier edisi 17 April 1954