Kendeng

Seperti Kereta Cepat, Rute Pertama Kereta Semarang-Tanggung pun Ditunda Peresmiannya dan Tuai Kritik

Stasiun Kereta Api Tanggung, Grobogan, menjadi stasiun tujuan rute pertama kereta api di Hindia Belanda dari Semarang. Rute dibangun dari Semarang ke Solo. Rute Semarang-Tanggung mengalami penundaan peresmian, seperti halnya penundaan peresmian rute pertama kereta cepat Jakarta-Bandung dan rute pertama LRT Jakarta-Bekasi (foto: heritage.kai.id).
Stasiun Kereta Api Tanggung, Grobogan, menjadi stasiun tujuan rute pertama kereta api di Hindia Belanda dari Semarang. Rute dibangun dari Semarang ke Solo. Rute Semarang-Tanggung mengalami penundaan peresmian, seperti halnya penundaan peresmian rute pertama kereta cepat Jakarta-Bandung dan rute pertama LRT Jakarta-Bekasi (foto: heritage.kai.id).

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Jakarta-Bandung akan menjadi rute pertama kereta cepat di Indonesia. Rencana peresmiannya mengalami pemunduran dari rencana awal. Demikian pula LRT rute pertama Jakarta-Bekasi juga mengalami pemunduran jadwal peresmian. Kritik pun bermunculan mengenai proyek itu.

Oohya! Baca juga ya:

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam

Pemuda Angkatan 1928 Itu Ketika Bercanda Ternyata Ngejengkelin Juga Seperti Kita

Dua Presiden Ini Dianggap Sebagai Ratu Adil

Saat rute pertama kereta Semarang-Tanggung dibangun, peresmiannya juga mengalami penundaan. Stasiun Tanggung terletak di Desa Tanggungharjo, Kabupaten Grobogan, sekitar 21 kilometer dari Stasiun Kemijen yang dibangun di Semarang. Rute awal ini akan berlanjut ke Kedungjati, kemudian ke Solo, lalu ke Yogyakarta.

Rute ini dibangun untuk mempermudah trasportasi Semarang dan Keraton Surakarta-Yogyakarta. Rute Kemijen-Tanggung mulai dibangun pada 17 Juni 1864. Tanggal 2 Mei 1867 menjadi salah satu jadwal pengunduran peresmian, tapi mengalami penundaan juga. Alasan penundaan karena masih harus menunggu penentuan tarif yang sudah diajukan ke pemerintah pada Oktober 1866. Peresmian baru dilakukan pada 10 Agustus 1867.

Pembangunan rute ke Kedungjati, yang juga terhubungkan ke Ambarawa telah diperpanjang satu tahun hingga 1888, tapi Nederlandsch-Indische Spoorweg meminta perpanjangan waktu dua tahun. Alasannya, medannya terlalu sulit. Ketika rute ini selesai pada 1869, kritik pun bermunculan karena tanah yang dipakai jalur rel mengalami penurunan permukaan tanah. Rute Semarang-Solo merupakan rute perintis, jika sukses diteruskan ke rute-rute lain. Namun, kegagalan pembangunan rute ke Kedungjati telah mengundang kritik pedas. Kelemahan ini ada bukan karena kekurangan ahli, melainkan karena kalahnya pengetahuan oleh arahan-arahan. “Sebuah kelemahan yang hanya bisa ditutupi oleh jubah kesuksesan,” tulis De Locomotief.

Setelah rute Kemijan-Tanggung beroperasi, usaha tumbuh di Tanggung. Di Tanggung ada batu kapur yang bagus. Batu-batu kapur ini diangkut kereta ke Semarang untuk proyek-proyek di Semarang.

Selama Oktober 1867, ada 18 wisatawan menjadi penumpang Kelas 1, 187 wisatawan penumpang Kelas 2, dan 1.985 wisatawan penumpang Kelas 3. Ada empat pelancong Kelas 1, 124 pelancong Kelas 2, an 425 pelancong Kelas 3. Ada 7.573 bagasi, 1.723 barang kiriman, 138.494 barang dagangan. Dan sebagainya. Total pendapatan sebulan itu mencapai 2.763,39 gulden.

Soerabajasch Handelsblad seperti yang dikutip Locomotief, mencermati tarif karcis. Penumpang Kelas 3 harus membayar 0,42 gulden dari Kemijen ke Tanggung. “Jika jaraknya 21 kilometer, satu kilometer perjalanan berarti dikenai biaya dua sen,” tulis koran itu. Lalu koran itu mengusulkan agar ada Kelas 4, untuk penumpang yang berdiri dengan tarif karcis yang lebih murah lagi.

“Di Prusia, Kelas 4 dibayar kurang dari satu seperempat sen. Orang Jawa kurang sejahtera dibandingkan orang Prusia, oleh karena itu, sebaiknya dipisahkan ruang berdiri Kelas 4 dengan biaya satu sen per kilometer,” tulis koran itu.

Setelah beroperasi, tak serta-merta perjalanan mulus. Ada saja hal-hal terjadi di luar prediksi, sehingga mengganggu perjalanan. Misalnya, pipa api di loko pecah. Ini sering terjadi sebelum mancapai stasiun. Kereta berhenti dir el yang kanan kriinya persawahan. Ini menyenangkan bagi penumpang, tetapi membuat kalang kabut staf-staf kereta api.

Untuk mengantisipasi ini, di Stasiun Kedungjati mesin kecil yang kemudian dikirim ke kereta yang sedang mogok di tengah sawah itu. Menunggu datangnya mesin kecil itu, jadwal kereta bisa tertunda hingga satu jam. Layanan kereta api pun disebut sebagai layanan andong. Handelsblad mengusulkan agar ada persediaan dua mesin di setiap loko.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:

De Locomotief edisi 21 Oktober 1867, 9 Desember 1867, 7 Maret 1899, 15 Mei 1905

Provinciale Overijsselsche en Zwolsche Courant edisi 12 Juni 1867

heritage.kai.id

Berita Terkait

Image

Ini Syarat Gelar Pahlawan Nasional, Bupati Grobogan Ini Memenuhi?

Image

Bikin Trilogi Pedesaan, Layakkah Bupati Grobogan Ini Jadi Pahlawan Nasional?

Image

Siapa yang Layak Jadi Pahlawan Nasional dari Grobogan?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image