Sejarah Yesus Kristus Disebut Isa Almasih di Indonesia
Sejarah mencatat, pada 1922 ada perdebatan di kalangan misionaris Belanda di Indonesia. Nama apa yang tepat digunakan untuk menyebut Yesus Kristus di Indonesia?
Bagi Muslim, Isa Almasih adalah nabi. Ia tidak wafat.
Sedangkan Yesus Kristus bagi pemeluk Kristen/Katolik adalah Tuhan. Ia wafat.
Oohya! Baca juga ya:
Ingin Berziarah ke Makam, Kenapa Amangkurat II Bunuh Panembahan Giri?
Dalam perdebatan itu, ada yang ingin menggunakan Isa Almasih untuk menyebut Yesus Kristus. Tapi ada juga yang mendukung tetap diperkenalkan dengan nama Yesus Kristus, kendati nama itu tak dikenal Muslim Indonesia.
Maka jika hari libur di kalender disebut Hari Wafatnya Isa Almasih atau Hari Kenaikan Isa Almasih, hal itu bertentangan dengan keimanan Islam. Pada 2024, hari libur pada Jumat, 10 Mei, tidak lagi disebut sebagai Hari Kenaikan Isa Almasih. Hari itu disebut sebagai Hari Kenaikan Yesus Kristus.
Pemerintah sudah mengganti penyebutan Yesus Kristus sesuai nama dalam keimanan Kristen. Isa Almasih, nama nabi dalam Islam, tidak lagi dipakai untuk menyebut Yesus Kristus.
Oohya! Baca juga ya:
Trunojoyo Dibunuh Amangkurat II, Kenapa Orang Jawa Ambil Darah dan Rambut Trunojoyo?
Perubahan itu diusulkan oleh Kemenag. Kemenag mendapat masukan dari umat Kristen dan Katolik.
Tapi pergantian itu baru berkaitan dengan pengumuman hari libur. Nama Gereja Isa Almasih tentu masih ada.
Hingga tahun 1950-an, nama Yesus Kristus masih belum populer. Pada masa ini, koran-koran Belanda yang masih terbit di Jakarta, memuat iklan yang menyebut “memperingati Wafatnya Isa Almasih” dan “memperingati Kenaikan Isa Almasih”.
Java Bode pada 7 April 1955 memuat programa RRI Jakarta dengan dua istilah. Yaitu "Memperingati Hari Wafat Tuhan Jesus” dan “Memperingati Wafatnya Isa Almasih”.
Itulah sebabnya Konferensi Gereja-Gereja Sing Ling Kauw Hwee di Malang (1955) memilih nama Gereja Isa Almasih untuk menggantikan nama Gereja Sing Ling Kauw Hwee. Penggantian nama itu, salah satu alasannya karena nama Isa Almasih lebih populer di Indonesia daripada Yesus Kristus.
Sejarah mencatat, dengan menggunakan nama Isa Almasih, mereka berharap gereja ini lebih dikenal oleh masyarakat luas. Alasan lain dari penggunaan nama Isa Almasih, karena gereja ini ingin menunjukkan keindonesiaan.
Tidak semata menjangkau orang-orang keturunan Cina. Melainkan juga orang Indonesia lainnya.
Oohya! Baca juga ya:
Misionaris Belanda sudah sejak abad ke-19 mengenalkan Yesus Kristus di Indonesia dengan nama Isa Almasih. Pada 1870 terbit Injil berbahasa Melayu yang dipakai di Indonesia.
Indonesia saat itu oleh Belanda masih disebut sebagai Hindia Belanda. Injil berbahasa Melayu itu berjudul Kitab Wasiat Jang Beharoe, Ija-Itoe Segala Kitab Perdjandjian Beharoe Ataw Indjil Toehan Kami Isa Almasih.
Pada 1901 diterbitkam Kitab Perjanjian Baru di Belanda bahasa Melayu. Nama Yesus Kristus dimelayukan menjadi Isa Almasih.
Judul kitab itu: Heer Jezus Christus: Wasijat Jang Beharoe Ija-Itoe Segala Kitab Perdjandjian Beharoe Ataw Indjil Toehan Kita Isa Almasih.
Priyantono Oemar
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
oohya.republika@gmail.com