Lincak

Trunojoyo Dibunuh Amangkurat II, Kenapa Orang Jawa Ambil Darah dan Rambut Trunojoyo?

Amangkurat II sedang menusuk Trunojoyo. Catatan Kompeni dan Jawa berbeda versi dalam cerita pembunuhan Trunojoyo. Setelah dibunuh, darah dan rambut Trunojoyo diambil oleh orang Jawa.

Cerita babad dan catatan Kompeni berbeda versi soal penangkapan dan pembunuhan Trunojoyo. Catatan Kompeni menyebut Trunojoyo bersedia menyerahkan diri setelah dibujuk oleh perwira Belanda Kapten Jonker, muslim Ambon.

Tapi cerita babad menyebut Trunojoyo bersedia menyerahkan diri setelah dibujuk Pangeran Cakraningkat II, adipati Madura. Pangeran Cakaningrat II kemudian menyerahkan Trunojoyo kepada Amangkurat II yang berada di pesanggrahan raja di Payak.

Amangkurat II lalu menusuk Trunojoyo dengan keris. Mayat Trunojoyo kemudian menjadi rebutan orang-orang Jawa; ada yang mengambil darah Trunojoyo lalu membalurkan ke tubuh mereka, ada pula yang mengambil rambut Trunojoyo.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Amangkurat II tak Bayar Mahkota Majapahit yang Ia Beli dari Kapten Tack, Eh, Kapten Tack Malah Dibunuh

Tapi ada pula yang bertindak seperi menyimpan dendam. Yaitu menyepak tubuh Trunojoyo.

Amangkurat II berada di Payak karena ia ikut memburu Trunojoyo. Saat penyerbuan Kediri, Amangkurat II bahkan meminta Kompeni menjarah keraton yang ditinggalkan Trunojoyo.

Catatan Kompeni menyebut Kapten Tack mendapatkan mahkota Majapahit saat menjarah Kediri ini, tapi Babad Tanah Jawi tak menceritakan peristiwa ini. Catatan Kompeni juga tak menyebut Amangkurat II ikut dalam perburuan Trunojoyo.

Catatan Kompeni menyebut Amangkurat II membunuh Trunojoyo setelah Trunojoyo ditahan Kompeni di Batavia. Tapi Babad Tanah Jawi menyebut Amangkurat II membunuh Trunojoyo dan Raden Kajoran Ambalik di Payak.

Dalam perjalanan memburu Trunojo yang melarikan diri ke Gunung Sari, Amangkurat II beristirahat di Payak. Setelah Trunojoyo meninggalan Kediri, Amangkurat II beserta prajurit Kompeni, orang Bugis, dan orang Makassar begitu senang bis amenjarah Kediri.

Oohya! Baca juga ya:

Sakit Hati kepada Petugas Bea Cukai Sebelum Pecah Perang Jawa

Di Payak pengejaran terhenti, karena tak ada jalan yang bisa dilalui lagi untuk mencapai Gunung Sari. Tahu pasukan Mataram dan Kompeni mengejarnya, Trunojoyo beralih ke Gunung Ngantang, tidak ke Gunung Sari.

Saat Amangkurat II beristirahat di Payak, Amangkurat II memerintahkan Cakraningkrat II untuk terus memburu Trunojoyo. Cakraningkrat II beserta pasukannya memburu Trunojoyo ke Gunung Ngantang.

Ia membujuk Trunojoyo agar bersedia menyerahkan diri. Cakraningkat berjanji akan melindungi Trunojoyo dan orang-orang Madura.

Babad menceritakan, kata-kata manis Cakraningkat membuat Trunojoyo bersedia turun gunung dan menyerah. Lalu ia mengantar Trunojoyo ke Amangkurat II dengan cara memborgolnya terlebih dulu.

Versi catatan Kompeni, Trunojoyo bersedia menyerah karena bujukan Kapten Jonker yang Muslim. Trunojoyo menegaskan, ia hanya menyerah kepada Jonker, bukan kepada Amangkurat II.

Ketika Jonker menyerahkan kepada adipati-adipati Mataram, betapa sakit hati Jonker karena Trunojoyo diborgol. Setelah ditahan Kompeni di Batavia, Amangkurat II membunuhnya, yang di versi Jawa ia dibunuh di Payak, lalu darah dan rambut Trunojoyo diambil oleh orang-oang Jawa.

Oohya! Baca juga ya:

Pakai Toga di Depan Ka'bah, ke Kampung Pramoedya Ananta Toer Jadi PPPK Guru, Inilah Kisah Mojang Bandung

Jonker menyesalkan hal itu karena Trunojoyo sudah menyerah. Menurutnya, ia sehingga tak layak mendapatkan perlakuan seperti itu.

Jonker semakin kaget lagi, ketika Trunojoyo ditahan Kompeni di Batavia, Amangkurat II membunuhnya. Ia menganggap Amangkurat II sebagai raja yang bodoh, bukan orang yang luhur.

Seorang raja, menurut Jonker seharusnya adalah orang yang berbudi pekerti luhur. Maka, sudah seharusnya pula jika seorang raja adalah seorang pemberi maaf.

Berbeda dengan catatan Kompeni, cerita Babad menyebut Amangkurat II membunih Trunojoyo di Payak. Cakraningkrat II menyerahkan Trunojoyo kepada Amangkurat II di Payak.

"Ananda Trunojoyo, janganlah khawatir, percayalah. Aku yang menjamin bila Sang Raja marah,” kata Cakraningkrat II kepada Trunojoyo.

Oohya! Baca juga ya:

Mengapa Bahasa Indonesia Disebut Miskin Kosakata? Menyambut Pemutakhiran KBBI

Ini aneh, semudah itulah Trunojoyo mempercayai Cakraningkrat? Sebab selain karena membantu Putra Mahkota, Trunojoyo memberontak karena juga ingin merebut Madura dari Cakraningkrat II.

Saat Trunojoyo masih kecil, Mataram menyerbu Madura. Ayah Trunojoyo dibunuh oleh tentara Mataram.

Seharusnya, ayah Trunojoyolah yang menjadi adipati menggantikan Pangeran Cakraningkrat I. Jika ayahnya menadi adpitai, maka adipati berikutnya adalah Trunojoyo. Tapi kesempatan itu hilang karena ayahnya dibunuh dan Cakraningkat II menjadi adipati.

Setelah keris Amangkurat II membunuh Trunojoyo, Amangkurat II bersabda. “Bawalah mayat Trunojoyo itu, dan seandainya ada yang mempunyai kaul, laksanakan saja sesukanya, tak perlu sungkan padaku.”

Maka, orang-orang Jawa pun segera mengambil darah Trujoyo lalu membalurkan ke tubuh masing-masing. Ada pula yang mengambil rambut Trunojoyo. Entah untuk apa.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Buku III, penerjemah Amir Rochyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com