Cucu Sultan Agung Benci Kompeni Setelah Pakai Mahkota Majapahit, Mengapa?
Amangkurat II mendapatkan mahkota Majapahit. Itu mahkota emas yang dulu dipakai oleh raja-raja Majapahit.
Cucu Sultan Agung itu mendapatkan mahkota itu dari perwira Kompeni Kapten Tack. Tapi Tack yang mendapatkannya saat penyerbuan Kediri, tak memberikannya secara gratis.
Amangkurat II bersedia membelinya seharga 1.000 ringgit sesuai tawaran yang diberikan oleh Kapten Tack. Tapi mengapa kemudian cucu Sultan Agung itu membenci Kompeni?
Oohya! Baca juga ya:
Kapten Tack Dibunuh, Cucu Sultan Agung Ini Ingin Pergi ke Masjid Demak, untuk Apa?
Amangkurat II pun memakai mahkota itu sebagai simbol kekuasannya. Ia pantas mengenakannya karena situasi keraton Mataram telah pulih setelah Trunojoyo ditangkap dan Pakubuwono I disingkirkan dari keraton.
Raden Kajoran Ambalik alias Panembahan Romo yang membantu Trunojoyo juga telah dibunuh oleh Kompeni pada saat penyerbuan Trunojoyo pada 1679. Pada akhir 1682, Jacobus Couper, komandan pasukan Kompeni meninggalkan Kartosuro karena menganggap Mataram telah pulih kejayaannya.
Di keraton, Amangkurat II juag mengenakan mahkota emas Majapahit itu. Ia hidupkan tradisi Mataram yang ruska semasa pemerintahan Amangkurat I.
Pesta-pesta dengan irinngan gamelan ia adakan lagi. Hiburan adu ketangkasan prajurit di alun-alun ia adakan lagi. Adu macan juga ia gelar lagi.
“Dalam waktu delapan bulan saja dihabiskan 100 macan,” tulis Dr HJ de Graaf.
Oohya! Baca juga ya:
Mengapa Bahasa Indonesia Disebut Miskin Kosakata? Menyambut Pemutakhiran KBBI
Pentas tari serimpi dan bedhoyo oleh para penari cantik menghiasi keraton lagi. penguasa-penguasa negerilain mengirimkan utusan untuk datang dis etiap pesa yang diadakan oleh cucu Sultan Agung itu.
Kini Jawa dipimpin oleh “anak Speelman”. Cornelis Speelman, gubernur jenderal Hindia Belanda periode 1680-1684 dikenal oleh Amangkurat II pada 1652 saat Amangkurat II masih sebagai putra mahkota.
Jadi sudah sejak lama ia berutang budi pada Speelman. Saat ia meminta Kompeni melanjutkan penumpasan Trunojoyo pada 1677, Speelman menjadi komandan tentara Kompeni yang ditugasi untuk memburu Trunojoyo.
“Ia seorang yang lemah dan tak punya kemampuan, sombong dan kekanak-kanakan, pengecut, kadang-kadang picik dan keras kepala. Sosoknya tubuhnya yang tambun mengesankan tiada kewibawaan,” kata De Graaf tentang cucu Sultan Agung, Amangkurat II.
Keturunan Raden Kajoran Ambalik, Kiai Wonokusumo, beserta pengikutnya menganggap cucu Sultan Agung itu tidak memiliki ciri-ciri ratu adil. Karena itu, Kiai Wonokusumo melanjutkan pemberontakan yang telah sering dilakukan oleh penduduk Pajang di Kajoran kepada Mataram.
Tetapi setelah menikmati kekuasaan, Amangkurat II tak menepati janji kepada perwira Kompeni Kapten Tack. ia tak membayar 1.000 ringgit untuk pembelian mahkota Majapahit yang dibuat dari emas.
Oohya! Baca juga ya:
Bahkan pada 1686, Kapten Tack dibunuh di Kartosuro. Saat itu Kapten Datang datang sebagai utusan Kompeni untuk menyelesaikan urusan utang Mataram kepada Kompeni.
Cucu Sultan Agung itu seharusnya juga menanggung biaya pemburuan Trunojoyo yang dilakukan oleh Kompeni, tetapi ia juga tak membayarnya. Setelah ditagih-tagih, ia kemudian mulai menccicil.
Menurut De Graaf, mahkota Majapahit itu bagi Amangkurat II menambah kebenciannya kepada Kompeni. Sebelumnya, cucu Sultan Agung itu tidak menyadari arti penting mahkota.
Ia kemudian tahu bahwa bagi orang Eropa mahkota adalah keabsahan kekuasaan. Maka, ia pun menganggap mahkota sebagai simbol campur tangan Kompeni kepada keraton.
Itulah yang membuat Amangkurat II membenci Kompeni. Apakah kebencian itu muncul semata karena alasan itu?
Oohya! Baca juga ya:
Sakit Hati kepada Petugas Bea Cukai Sebelum Pecah Perang Jawa
Ternyata, kebencian itu tak semata muncul karena atas dasar kesadaran dirinya. Cucu Sultan Agung itu mendapat pengaruh dari orang-orang di sekelilingnya.
Terutama Patih Nerangkusumo yang sangat membenci Kompeni. Pengaruh dari Nerangkusumo pula yang membuat cucu Sultan Agung tu akhirnya melindungi Untung Suropati, buron Kompeni.
Maka, setelah kasus pembunuhan Kapten Tack, cucu Sultan Agung itu kembali berpihak kepada Kompeni. Kapten Tack dibunuh di Kartosuro lewat strategi yang disusun agar Kompeni tidak menurigai Amangkurat II berada di baliks emau itu.
Bagaiman kemudian cucu Sultan Agung itu harus berbalik mendukung Kompeni? Padahal ia sudah bersusah payah mendapatkan mahkota Majapahit, mahkota leluhurnya.
Amangkurat II, cucu Sultan Agung itu, teringat pesan ayahnya agar selalu bersandar dan patuh kepada Kompeni. Ia kemudian menghukum Nerangkusumo dan memberikan posisi patih kepada Sindurejo.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Terbunuhnya Kapten Tack, karya Dr HJ de Graaf (1989)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
oohya.republika@gmail.com