Pitan

Alwi Dahlan Pernah Menatar P4 Para Pejabat Kazakhtan, Meninggal Pagi Ini

Alwi Dahlan (kiri), guru besar Ilmu Komunikasi FISIP UI, pernah menjadi menteri penerangan. Ia pernah menatar P4 untuk para pejabat Kazakhtan. Rabu (20/3/2024) pagi meninggal dunia.

Alwi Dahlan pernah membuat skenario film Tiga Dara. Film ini digarap pamannya, Usmar Ismail, dan sukses.

Malaysia mengimpor film ini tanpa harus memakai persyaratan tiga film Indonesia ditukar satu film Malaysia. Pagi ini, Rabu (20/3/2024), Alwi Dahlan meninggal dalam usia 91 tahun.

Pada 1996 Alwi Dahlan mendapat tugas dari Presiden Soeharto menatar P4 para pejabat Kazakhtan. Bagaimana mungkin orang-orang Kazakhtan ditatar Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4)?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Mengapa Sultan Agung Minta Maaf kepada JP Coen dan Minta Hadiah Pinang Sirih?

Alwi Dahlan sebenarnya adalah dosen Ilmu Komunikasi di FSIP UI, menjadi orang Indonesia pertama yang meraih gekar doktor ilmu komunikasi pada 1967. Ia juga mengelola perushaan konsultan komunikasi, Inscore Adcom.

Perusahaan ini pada 1978 menerima tugas mengadakan Pameran 10 Tahun Pembangunan. Ini pameran untuk mengenalkan capaian pemerintah dalam pelaksanaan pembangunan dalam dua Pelita.

Pameran itu diadakan karena saat itu berkembang rekasi negatif terhadap pembangunan yang dilakukan oleh Orde Baru. Rupanya pameran ini sukses.

Maka, Alwi Dahlan pun mulai menjejakkan kakinya di pemerintahan. Pada mulanya ia bergabung di kantor Menteri Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup Emil Salim.

Ia diangkat menjadi asisten menteri. Salah satu tugasnya mengawasi pelaksanaan pembangunan, termasuk meneliti penghasilan dan kekayaan pribadi para pejabat tinggi negara.

Oohya! Baca juga ya:

Sultan Agung Didampingi Para Penghulu yang Gagah dan Berjenggot Panjang, untuk Apa?

Alwi juga mendapat tugas merencanakan kampanye masalah kependudukan dan lingkungan hidup. Maka, penghargaan Kaplataru dilaksanakan sejak 1981 oleh departemen yang dipimpin Emil Salim untuk perintis lingkungan, penyelamat lingkungan, dan pengabdi lingkungan.

Penghargaan ini memang ditujukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap lingkungan hidup. “Penghargaan ini menjadi sangat prestisius, sehingga bukan saja tokoh atau kelompok masyarakat penerima yang nerasa sangat dihargai, tetapi juga menaikkan gengsi pemerintah setempat,” kata Alwi Dahlan.

Pilihan untukstrategi komunikasinya saat itu ada dua. Menyasar dunia usaha dan menyasar masyarakat. Strategi pertama disanksikan dampaknya bisa besar, sehingga dipilihlan strategi kedua.

Berkaitan dengan lingkungan hidup ini, Alwi Dahlan juga mengembangkan laporan neraca lingkungan hidup. Pelaksanaannya dilakukan bekerja sama dengan pusat-pusat studi lingkungan dan pakar lingkungan dii setiap daerah.

Presiden Soeharto kemudian mengangkat Alwi Dahlan menjadi kepala Badan Pembinanan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (BP7) pada 1996. Pada saat menjadi kepala BP7 inilah Alwi Dahlan menatar P4 untuk pejabat Kazakhtan.

Alwi Dahlan diberi kebebasan oleh Soeharto untuk mengembangkan metode penataran. Untuk pertama kali diujicobakan pada pimpinan TNI, pejabat eselon, dan para guru besar.

Oohya! Baca juga ya:

Hilang Sudah Suara Perempuan di Pilpres 2024, Apa Kata Kartini?

Metode baru penataran P$ juga diterapkan pada para wartawan dari berbagai media massa. Mereka mengikuti penataran di Pelabuhan Ratu, Sukabumi.

Metode baru ini menghindari indoktrinasi. Maka, hanya 20 persen materi, 80 persen adalah diskusi mengenai berbagai masalah kebangsaan.

“Dalam format baru itu efektivitas penyampaian nilai-nilai Pancasila jadi lebih tinggi,” kata Alwi Dahlan.

Metode baru ini pula yang dipakai untuk menatar para pejabat Kazakhtan. “Tahun 1995 Pak Harto berkunjung ke Kazakhtan. Tupanya pemerintah negeri di Asia Tengah yangmbaru merdeka tersebut tertarik kepada Pancasila,” kata Alwi Dahlan.

Mereka, kata Alwi Dahlan, “Ingin memperlajari bagaimana Indonesia menerapkan Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara.” Untuk menjalankan misi itu, Alwi Dahlan bersama sejumlah pejabat Indonesia mendapat bantuan dari Rahmat Witoelar yang menjadi dubes RI di Rusia.

Ia pernah menjadi menteri penerangan.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
“Jamu Kuat Pak Harto”, karya Muhammad Alwi Dahlan, dalam Pak Harto, The Untold Stories (2014, cetakan kelima)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]