Amangkurat V Ditangkap Kompeni, Pakubuwono II Semakin Tunduk pada Kompeni
Setelah keraton Kartosuro dikuasai lagi oleh Pakubuwono II, Amangkurat V yang melarikan diri menyusun kekuatan di Randulawang. Saat Randulawang diserbu, Amangkurat V harus melarikan diri lagi.
Empat prajurit Kompeni menembakinya ketika Amangkurat V menyeberang kali. Anangkurat V selamat hingga tiba di sebelah timur Pajarakan dikawal 50 orang Cina.
Bagaimana akhirnya Amangkurat V bisa ditangkap Kompeni? Bagaimana juga akhirnya Pakubuwono II semakin tunduk pada Kompeni?
Oohya! Baca juga ya:
Bupati Grobogan Berantem dengan Adipati Pati, Mengapa Adipati Pati Tinggalkan Amangkurat V?
Setelah gagal mengejar Anangkurat V, prajurit Kompeni segera kembali ke Randulawang. Suto Kitung, abdi Amangkurat V yang dibawa dari Selong, masih tertinggal di Randulawang karena sudah tua renta.
Kompeni menangkapnya. Lalu membunuhnya karena dianggap telah mengajari Anangkurat V melawan Kompeni.
Pringgoloyo usul kepada Kompeni untuk terus mengejar Amangkurat V. Akasannya, lama-lama pengawal Amangkurat V pasti akan habis, karena tercecer di jalan satu per satu.
Ketika Kompeni kembali ke Mataram, mendapat informasi jika Amangkurat V pergi ke Gunung Kidul. Namun, lokasi persembunyiannya tidak diketahui.
Ohya! Baca huga ya:
Food Estate, Bung Karno: Petani Harus Punya 10 Hektare Lahan, Bagaimana Food Estate Prabowo?
Enam hari Kompeni beristirahat di Mataram. Kompeni telah meminta prajurit-prajurit Mataram pulang ke rumah masing-masing.
Tapi tak lama kemudian Kompeni harus berangkat ke Tembayat. Di Tembayat ada orang yang memberontak.
Kompeni berhasil menumpas pemberontak di Tembayat. Datang kemudian kabar jika Amangkurat V berada di Madiun.
Ketika menyiapkan diri untuk mengejar Amangkurat V ke Maduin, datang kabar dari Tumenggung Yudonagoro bahwa Amangkuat V sudah ditangkap. Orang-orang Tegal menangkapnya di Ledok.
Kompeni mengirim surat laporan kepada Pakubuwono II bahwa Anangkurat V sudah ditahan di Semarang. Kompeni juga melaporkan nama baru yang diberikan ke Amangkrat V, yaitu Pangeran Selong.
Kompeni meminta Pakubuwono II pergi ke Semarang. Tapi Pakubuwono II menyatakan sedang memikirkan rakyat Mataram setelah perang dengan Amangkurat V dan orang Cina selesai, sehingga tidak bisa pergi ke Semarang.
Oohya! Baca juga ya:
Sebulan kemudian, Pakubuwono II mendapat surat dari Gubernur Jenderal Kompeni. Gubernur Jenderal telah memerintah pejabat Kompeni di Semarang untuk datang di Kartosuro menemui Pakubuwono II.
Tugasnya berunding dengan Pakubuwono II membahas kesepakatan baru agar Tanah Jawa tidak ada lagi peperangan. Pakubuwono II menpersiapkan diri menyambut perundingan itu.
Perlawanan sebelumnya yang dilakukan Pakubuwono II karena bujukan Patih Notokusumo dan Bupati Grobogan tekah dimaafkan oleh Kompeni. Dalam perundingan, Kompeni menyatakan ingin tetap bersahabat dengan Mataram.
Kompeni berjanji akan memulihkan keadaan di Tanah Jawa. Kompeni juga berjanji akan menyerahkan kembali wilayah pesisir yang selama perang diurus oleh Kompeni.
Pakubuwono II pun makin tunduk pada Kompeni.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Jilid VI, penerjemah Amir Rokhyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
oohya.republika@gmail.com