Pitan

Begini Gambaran Batavia pada 1670, Sultan Agung Mataram Pernah Dua Kali Menyerbu Markas Kompeni Itu

Gambaran Batavia pada 1629 dilukis dalam sudut pandang mata burung. Batavia yang dikelilingi oleh parit besar itu pada 1628 dan 1629 diserbu Sultan Agung Mataram.

Saat Batavia dikepung 10 ribu prajurit Mataram pada 1629, seorang pelukis Belanda tiba di Batavia. Namanya Peter van den Boeche, yang kemudian melukis Batavia in Vogelvlucht (Batavia dalam Pandangan Mata Burung).

Pada abad ke-17 itu ada beberapa pelukis Belanda yang datang. Ada Andrian Minden yang melukis Batavia in Vogelvlucht pada 1627 pada masa gubernur jenderal Kompeni JP Coen.

Bagaimana gambaran kota Batavia yang dua kali diserbu pasukan Raja Mataram Sultan Agung itu? Dalam dua kali penyerbuan itu, Sultan Agung mengalami kekalahan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

JP Coen berhasil mempertahankan Batavia, kendati kemudian ia jatuh sakit dan meninggal dunia. JP Coen, yang menjadi gubernur jenderal pada 1619-1623 dan 1627-1629, merupakan salah satu gubernur jenderal Kompeni yang wajahnya digambar oleh pelukis Van Meer.

Oohya! Baca juga ya: Detik-Detik Sebelum Perwira Kompeni Kapten Tack Menemui Ajal di Tangan Untung Suropati di Keraton Amangkurat II

Pelukis lainnya, ada Andries Beekman yang datang di Batavia sebagai serdadu biasa. “Ia memberi gambaran yang bagus sekali mengenai kasil, benteng, dan loji di Banten, serta Batavia dan Jepara,” tulis sejarawan Universitas Gadjah Mada Djoko Soekiman.

Ada pula pelukis J Rach yang melukis rumah dinas gubernur jenderal Kompeni Reinier de Klerck di Moleenvlet. Reinier menjabat pada 1777-1780, rumahnya sekarang menjadi Gedung Arsip Nasional di Jalan Gajah Mada, Jakarta Barat.

Pelukis lainnya, ada Jacob Jansen Coeman, yang menikahi putri pelukis Rembrant, tiba di Batavia pada 1663. Ada pula pelukis Johan Nienhofs yang melukis tokoh-tokoh penting Kompeni di Batavia pada 1670-an.

“Dari hasil lukisan para pelukis, ditambah keterangan tertulis para musafir atau karya sastra pada waktu itu, kita dapat merekonstruksi kembali peninggalan-peninggalaan bangunan dan gaya hidup masyarakat Indis,” tulis sejarawan Universitas Gadjah Mada Djoko Soekiman.

Gambaran mengenai Batavia dikutip oleh Djoko Soekiman dari karya pelukis Johan Nienhofs pada 1670, Ini adalah tahun ketika Amangkurat II sewaktu masih menjadi putra mahkota Mataram, untuk kedua kalinya mengirim utusan persahabatan ke Batavia.

Oohya! Baca juga ya: Dapat Tugas Cari Anggota Pramuka Non-Muslim, Mengapa Para Santri dari Karawang Ini Mondar-Mandir Cari WC di Kemah Bakti Harmoni Beragama?

Begini keterangan Nienhofs yang dikutip Djoko Soekiman:

Kastil Batavia dikelilingi oleh dinding tembok dengan parit berkeliling, pada sisi luarnya terdapat empat bastion (benteng) di keempat sudutnya. Masing-masing benteng itu bernama (dari arah barat daya ke tenggara): Diamant, Robijn, Saphier, dan Parel.

Di tengah-tengah kastil ini terdapat jalan yang membujur arah selaran-utara. Di sebelah selatan terletak landpoort yang mengarah ke utara, di mana terletak waterpoort ke arah laut.

Di tepi jalan besar dekat landpoort terdapat lapangan kecil untuk baris-berbaris (parade pleintje) dengan ukuran 140x35 meter. Dari arah barat dari lapangan ini terdapat patung (lapangan ini disebut parade pleintje atau alarm pleintje, yang digunakan untuk berkumpul apabila kota dalam kreadaan bahaya).

Di seberang jalan dari lapangan tersebut terletak Generaal Gouvernement, yaitu rumah untuk tempat tinggal gubernur jenderal, ruang sidang (raad zaal), dan sebagainya. Di sebelah kiri gedung ini terdapat rumah jaga, juga didirikan rumah tempat tinggal para penjaga (dekat landpoort).

Di dekat gedung ini ada bangunan yang denahnya berisi delapan bangunan, yaitu bangunan gereja (hofkerkje), dan di arah belakang bangunan terletak rumah tempat tinggal komandan setempat yang disebut kapitein van het kasteel. Di paradeplein, setiap sore hari diadakan baris-berbaris oleh pasukan setempat.

Pada peristiwa-peristiwa khusus gubernur jenderal berdiri pada bordes, misalnya untuk melihat pasukan yang akan berangkat ekspedisi. Kemudian diadakan pesta-pesta untuk menghormati mereka yang akan berangkat menjalani ekspedisi itu.

Oohya! Baca juga ya: Tsunami Aceh, Kontak Senjata TNI-GAM Membuat Anak-Anak Pengungsi di Kamp Pengungsi Posko Jenggala di Lhok Nga Ketakutan

Pada 1669 dengan kedatangan para utusan dari Makassar, dibuatlah rumah-rumah jaga, antara lain dibangun rumah-rumah jaga di atas hofkerkje, dan juga di atas bangunan-bangunan yang terletak di seberang jalan dari bangunan Generaal Gouvernement.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Kebudayaan Indies karya Djoko Soekiman 2014

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Makan Siang Bergizi, Anak 10 Tahun di Batavia Meninggal karena Kurang Gizi