Minta Hadiah Kuda Persia dan Gadis Makassar, Putra Mahkota Mataram Hanya Memberi Kompeni Ikan Pindang dan Tombak Trisula
Putra Mahkota Mataram, kelak menjadi Amangkurat II, mengirim utusan ke Batavia yang kadang mrmbawa hadiah ikan pindang dan tombak trisula. Ia meminta kuda Persia kepada Kompeni agar segera dimuat di kapal.
Adiknya, Pangeran Singosari, juga mengirim utusan yang empat hari kemudian tiba di Jakarta. Putra Mahkota tak ingin utusan adiknya melihat kuda yang minta dari Kompeni.
Putra Mahkota hanya menyerahkan 350 riyal Spanyol, harga untuk seekor kuda. Tetapi Putra Mahkota menginginkan dua-tiga ekor kuda Persia.
Oohya! Baca juga ya:
Putra Mahkota Mataram Tersangkut Perselingkuhan dengan Istri Adiknya
Agar Putra Mahkota tidak kecewa, Kompeni memberinya hadiah kotak emas, pakaian dan minuman anggur. Tetap saja hal itu membuat Putra Mahkota kecewa.
Putra Mahkota sudah menjalin hubungan dengan Kompeni sejak 1666/1667. Ia melakukannya secara diam-diam karena Kompeni menjaga perasaan Amangkurat I.
Ketika untuk pertama kali ia mengirim utusan ke Batavia, ia hanya mengirimkan hadiah gula, minyak, telor, angsa, dan burung merak. Surat pengantar yang dibawa utusan pun tak ada tanda tangannya.
Kompeni tidak mengirimkan hadiah. Surat pun dibalas oleh pejabat Kompeni sekelas syahbandar.
Pada 1670 ia mengirim utusan lagi sebanyak dua kali. Lalu ia ulang lagi pada 1671, 1672, 1673 (sebanyak tiga kali dalam setahun), dan 1675.
Oohya! Baca juga ya:
Utusan-utusan itu selalu membawa hadiah, kendati ala kadarnya. Pernah memberikan hadiah berupa udang kering dan ikan pindang dalam periuk. Pernah pula membawa hadiah tombak trisula berlapis perak.
Namun, permintaannya melebihi pemberiannya. Ia pernah minta enas, busur, panah, hulu keris buatan Jepang.
Pernah pula minta ayam Belanda, terompet, batu permata, berlian. Bahkan ia pernah minta gadis Makassar.
Ia sering juga meminta panduan teknis, seperti cara membuat kereta, mesiu, cara cara memotong berlian, cara memberi lapisan pada berlian. Tak lupa pula meminta panduan cara menggergaji.
Permintaan-permintaan itu tentu saja di luar permintaan utama yang ia ajukan: kuda Persia. Kuda akan menambah wibawa Putra Mahkota.
Putra Mahkota sangat menyukai kuda Persia yang menjadi hadiah kuda kedua Kompeni. Kuda itu dikirim pada 1670.
Oohya! Baca juga ya:
Tapi sayangnya, dua kudah dari Kompeni itu mati. Putra Mahkota pun harus meminta lagi.
"Memiliki kuda yang bagus agaknya sangat penting bagi pamgeran itu. Tetapi selain keuntungan dan wibawa, Putra Mahkota juga mengharapkan persahabatan dari Kompeni," tulis De Graaf.
Kompeni juga memupuk persahabatan yang mulai tumbuh itu. Kelak, persahabatan itu semakin berguna bagi Kompeni setelah Putra Mahkota menjadi raja Mataram sejak 1677.
Di kemudian hari Kompeni berhasil mengendalikan Jawa. Sedangkan Putra Mahkota (Amangkurat II) tidak memperoleh manfaat banyak darinya untuk kepentingan Jawa.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
Runtihnya Istana Mataram karya Dr HJ de Graaf (1987)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]