Pitan

Putra Mahkota Mataram Tersangkut Perselingkuhan dengan Istri Adiknya

Ilustrasi ini menggambarkan Amangkurat II menusukkan kerisnya kepada Trunojoyo. Sebelum naik tahta, Amangkurat II permah tersangkut kasus perselingkuhan dengan Ratu Blitar, istri Pangeran Singosari.

Putra kedua Susuhunan Amangkurat I, Pangeran Singosari, memiliki istri bernama Ratu Blitar. Kakak Pangeran Singosari, Sang Putra Mahkota Mataram, ternyata menyukai Ratu Blitar.

Saat Pangeran Singosari shalat Tahajud di masjid pada 1672, Putra Mahkota Mataram Pangeran Adipati Anom mengunjungi Ratu Bilitar pukul 00.00 hingga 03.00 dini hari. Putra Makota datang bersama salah satu pengikutnya.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Catatan Belanda menyebut, begitu tahu Pangeran Singosari pulang dari masjid, Putra Mahkota masih punya waktu untuk pergi. Tetapi pengikutnya ketahuan.

Oohya! Baca juga ya:

Dapat Tugas Cari Anggota Pramuka Non-Muslim, Mengapa Para Santri dari Karawang Ini Mondar-Mandir Cari WC di Kemah Bakti Harmoni Beragama?

Pangeran Singosari membunuh pengikut Putra Mahkota karena tetap tutup mulut selama diinterogasi. Jenazahnya dikubur secara diam-diam.

Amangkurat I marah besar kepada kakak-beradik yang terus berseteru itu. Putra Mahkota yang sering tergila-gila pada wanita, berbeda dengan kehidupan Pangeran Singosari yang sederhana dan mrndalami agama.

Maka, kasus perselingkuhan dini hari itu masuk ke pengadilan Raja. Putra Mahkota bercerita, Pangeran Singosari mengundang pengikut Putra Mahkota untuk makan malam, tetapi tidak pernah krmbali.

Keterangan ini tentu dibantah oleh Pangeran Singosari. Menurut Pangeran Singosari, saat pulang dari masjid ia mendapati ada pencuri.

Oohya! Baca juga ya:

Tsunami Aceh, Kontak Senjata TNI-GAM Membuat Anak-Anak Pengungsi di Kamp Pengungsi Posko Jenggala di Lhok Nga Ketakutan

Pangeran Singosari lalu membunuhnya tanpa mrngenali sosok yang sedang ada di rumahnya itu. Ternyata, sosok itu adalah putra Pangeran Pekik, berarti adik ipar dari Amangkurat I.

Meski mendapati pencuri di rumahnya, tetapi Pangeran Singosari tidak memukul bende sebagai tanda ada bahaya. Para pembantu Pangeran Singosari tentu menjawab tidak mendengar ada tanda bhaya dibunyikan, ketika Amangkurat I menanyai mereka.

Maka, Amangkurat I menutuskan Putra Mahkota tidak bersalah. Pembantu Pangeran Singosari, 34 orang, lalu dihukum mati.

Jika ada pencuri di rumah tuannya, seharusnya mereka memukul bende sebagai tanda bahaya. Tetapi mereka tidak melakukannya.

Tapi ternyata mereka bukan dihukum mati berdasarkan putusan pengadilan Raja. Menurut laporan Residen Jepara, mereka dibunuh atas perintah Putra Mahkota agar tidak menceritakan hal yang terjadi di rumah Pangeran Singosari.

Menurut Residen, tindakan Putra Mahkota ini membuat takut orang-,orang Jawa. Tak lama setelah kasus perselingkuhan itu terjadi, Gunung Merapi meletus pada 4 Agustus 1672.

Oohya! Baca juga ya:

Menteri KKP akan Buka Lagi Ekspor Benih Bening Lobster, Kiara Sebut KKP Makin Melangkah Mundur

Putra Mahkota pada 1677 naik tahta sebagai Susuhunan Amangkurat II. Pada 1679, ia bertemu lagi dengan Ratu Blitar. Pangeran Singosari pada 1679 sudah meninggal.

Menurut De Graaf, perilaku Ratu Blitar sering menyulitkan Laksamana Cornelis Speelman, perwira Kompeni yang menjadi pelindung Amangkurat II.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Runtuhnya Istana Mataram karya Dr HJ de Graaf (1987)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com