Pitan

Ratu Kalinyamat Disebut tak Layak Jadi Pahlawan karena Kalah Perang Lawan Portugis, Ini Penjelasan Tim Pakar

Di makam Ratu Kalinyamat di Mantingan, Jepara, pada 13 September 1952, Presiden Sukarno berdoa.

Doktor UGM Bagas Pujilaksono pernah menyebut Ratu Kalinyamat tidak layak menjadi pahlawan nasional. Salah satu alasan yang ia ungkapkan adalah karena saat menyerang Portugis di Malaka, Ratu Kalinyamat mengalami kekalahan.

Keberatan dari Bagas diurai oleh Tim Pakar Ratu Kalinyamat pada 17 Agustus 2022. Untuk mengajukan Ratu Kalinyamat sebagai calon pahlawan nasional, Tim Pakar Ratu Kalinyamat perlu menyiapkan naskah akademik.

Tim Pakar Ratu Kalinyamat dibentuk oleh Yayasan Dharma Bakti Lestari. Tim pakar ini diketuai oleh Prof Dr Ratno Lukito. Anggotanya terdiri dari Dr Alamsyah, Dr Chusnul Hayati, Dr Connie Rahakundini Bakrie, dan Dr Irwansyah.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Anggota Pramuka akan Diwajibkan Memiliki Tanda Kecakapan Khusus (TKK) Pelestarian Mangrove

Sumber-sumber sejarah Jawa, babad, tidak menulis kisah patriot Ratu Kalinyamat ketika menyerang Portugis di Malaka dan Maluku. Yang dicatat Babad Tanah Jawi justru hal-hal yang memunculkan citra negatif bagi Ratu Kalinyamat.

Untuk pertama kalinya, Ratu Kalinyamat tercatat menyerang Portugis di Malaka pada 1551 tak lama setelah ia menjadi penguasa Jepara. Pada 1546, ayahnya yang menjadi sultan Demak, Sultan Trenggono meninggal dunia.

Kakaknya, Sunan Prawoto, lalu menggantikan posisi ayahnya sebagai sultan Demak. Namun, pada 1549 Sunan Prawoto dan suami Ratu Kalinyamat dibunuh oleh Aryo Penangsang.

Aryo Penangsang, patih di di Jipang berambisi menjadi sultan Demak. Ia merasa yang berhak menjadi sultan Demak, sebab, setelah Raden Patah meninggal, seharusnya yang menjadi sultan Demak adalah ayah Aryo Penangsang, Pangeran Surawiyata (Pangeran Sedalepen).

Pangeran Surawiyata dibunuh oleh Sunan Prawoto. Karenanya, Aryo Penangsang membalas dendam dengan menghabisi orang-orang yang ia anggap sebagai penghalang menuju singgasana.

Bagas Pujilaksono juga menuduh Ratu Kalinyamat bernspirasi membantu Sunan Prawoto membunuh Pangeran Surawiyata. Tapi, pernyataan ini tidka didukung bukti. Babad pun bahkan tidak bercerita adanya keterlibatan Ratu Kalinyamat.

Adik ipar Ratu Kalinyamat, Joko Tingkir, bisa membalaskan dendam atas kematian suami Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat pun menyudahi tapa telanjangnya, lalu memimpin Jepara.

Oohya! Baca juga ya: Di Acara Syukuran Penganugerahan Gelar Pahlawan, Pj Bupati Jepara Ajak Perbaiki Citra Negatif Ratu Kalinyamat

Suaminya yang merupakan juragan kapal, sepertinya meninggalkan kapal-kapal yang bisa dipakai oleh Ratu Kalinyamat membangun armada laut Jepara. Penulis Portugis Tome Pires menyebut, pada masa Jepara dipimpin oleh Dipati Unus, Jepara telah memiliki galangan kapal.

Namun, produksi kapal Jeparamasih sedikit. Dalam 10 tahun belum mampu memproduksi 10 kapal. Maka, salah satu andalannya adalah membeli kapal dari Pegu (Bago) di Myanmar sekarang.

Selama Ratu Kalinyamat memerintah, ia sering menerima permintaan bantuan dari negeri lain. Aceh, Malaka, Maluku, merupakan negeri-negeri yang pernah meminta bantuan kepadanya untuk mengusir Portugis.

Bekerja sama dengan negeri-negeri lain, seperti Pera, Pao, dan Marruas, Ratu Kalinyamat ikut mengirimkan armada lautnya untuk membantu mengusir Portugis. Tidak ada penjelasan mengenai nama-nama negeri itu dalam ejaan bahasa Indonesia.

Tomes Pires menyebut Pedir menjadi salah satu negeri yang pernah bekerja sama dengan Jepara pada masa Dipatu Unus. Pedir adalah penyebutan Portugs untuk Pidi di Aceh sekarang.

Pera, Pao, Marruas, negeri mana? Pera mungkinkan Pariaman? Tome Pires menyebut Pariaman dengan Pirama. Pao, apakah maksudnya Palembang? Atau Pasai? Lalu, Marruas? Masih gelap.

Oohya! Baca juga ya: Gara-gara Kongres Pemuda, Komisaris Polisi Belanda Dicopot Jabatannya dan Tabrani Diperiksa di Kantor Penasihat Urusan Pribumi

Meski telah menggalang kekuatan dari berbagai negeri, penyerangan terhadap Portugis berbuah kekalahan. Kekalahan inilah yang disebut Bagas Pujilaksono sebagai alasan Ratu Kalinyamat tidak layak menjadi pahlawan.

Tim Pakar Ratu Kalinyamat pun segera menyebut Perang Diponegoro yang berlangsung selama lima tahun. Pada akhirnya, Diponegoro juga kalah, tetapi ia menjadi pahlawan nasional.

Nyi Ageng Serang, yang menjadi panglima perang di Purwodari-Grobogan selama Perang Diponegoro, juga diangkat menjadi pahlawan. Jadi, kalah perang tidka bisa dijadikan alasan untuk tidak menjadi pahlawan.

Oohya! Baca juga ya: Bikin Bangga, Briptu Renita Rismayanti Dapat Penghargaan Sebagai Petugas Polisi Wanita Terbaik PBB 2023

Tim Pakar Rati Kalinyamat menilai, Ratu Kalinyamat memiliki integritas yang menjadi syarat pahlawan. “Masjid peninggalan Ratu Kalinyamat masih berdiri hingga saat ini. Masjid ini merupakan lembaga yang mengajarkan nilai-nilai luhur yang bekaitan dengan moral masyarakat,” tulis Tim Pakar Ratu Kalinyamat.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- Pernyataan Akademik Tim Pakar Ratu Kalinyamat, 17 Agustus 2022
- Suma Oriental karya Tome Pires, penerjemah Adrian Perkasa dan Anggita Pramesti (2014)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com

Berita Terkait

Image

Oligarki Gagal Kuasai Jakarta Lewat Pilkada, Dulu Portugis Gagal Mendarat di Sunda Kelapa

Image

Serbu Blambangan, Sultan Demak Dibantu Prajurit Portugis