Di Acara Syukuran Penganugerahan Gelar Pahlawan, Pj Bupati Jepara Ajak Perbaiki Citra Negatif Ratu Kalinyamat
Babad Tanah Jawi dan cerita lisan menjadi sumber citra negatif Ratu Kalinyamat. Naskah akademik yang disusun Tim Pakar membalikkan negatif Ratu Kalinyamat itu, karena ternyata ia seorang patriot.
Citra negatif ini juga pernah dipakai sebagai alasan oleh doktor dari UGM untuk menolak pengusulan Ratu Kalinyamat sebagai pahlawan. Citra negatif yang masih hidup hingga kini adalah aksi tapa wuda (tapa telanjang) yang dilakukan oleh Ratu Kalinyamat setelah suaminya dibunuh Aryo Penangsang.
Oleh doktor dari UGM, tapa telanjang ini dianggap sebagai tindakan Ratu Kalinyamat merendahkan martabat perempuan. Tim Pakar Ratu Kalinyamat telah membantahnya pada 17 Agustus 2022.
Citra negatif ini cukup lama hidup di masyarakat bersama dengan mitos mengenai kehidupan Ratu Kalinyamat. Pada masa kolonial Belanda, citra negatif itu sudah ada.
Oohya! Baca juga ya:
Mata air di dekat tempat Ratu Kalinyamat bertapa dijadikan tempat mandi para perempuan Jepara yang hendak menikah. Tradisi ini, dianggap memiliki citra negatif pada saat itu.
De Locomotief menyebut adanya batu di Gunung Danaraja yang dikeramatkan oleh masyarakat. Batu ini dipercaya masyarakat sebagai tempat Ratu Kalinyamat bertapa. Pandangan ini sepertinya muncul karena masyarakat menganggap bahwa aksi bertapa itu adalah aksi duduk bermeditasi.
“Di sini Ratu Kalinyamat pasti tanpa malu-malu memperlihatkan dirinya setelah kematian suaminya, tanpa pakaian sama sekali, dengan rambut di kepalanya sebagai satu-satunya penutup, karena dia telah bersumpah untuk tidak berpakaian sampai kematian suaminya terbalaskan,” tulis De Locomotief edisi 5 Maret 1931.
Penulis Portugis Tome Pires menyebut ada lebih dari 100 ribu pertapa perempuan pada saat ia ke Jawa pada kurun 1512-1515. Mereka membangun rumah di pegunungan. Dengan penjelasan ini, bertapa diartikan sebagai makna awal, hidup menjauhkan dari keramaian.
Oohya! Baca juga ya:
Pernah Ajukan Keberatan, Doktor UGM Sebut Ratu Kalinyamat Rendahkan Martabat Perempuan
Atas kerja keras Tim Pakar Ratu Kalinyamat yang dibentuk oleh Yayasan Dharma Bakti Lestari citra negatif itu bisa dienyahkan. Tim pakar ini diketuai oleh Prof Dr Ratno Lukito. Anggotanya terdiri dari Dr Alamsyah, Dr Chusnul Hayati, Dr Connie Rahakundini Bakrie, dan Dr Irwansyah.
Sumber primer mengenai Ratu Kalinyamat diburu sampai ke Portugal (Portugis). Maka, Ratu Kalinyamat pun dianugerahi gelar pahlawan oleh Presiden Jokowi.
“Tanggal 10 November kemarin saya mewakili masyarakat Jepara menerima penghargaan Ibu Ratu Kalinyamat menjadi pahlawan nasional,” ujar Pj Bupati Jepara Edi Supriyanta dalam acara syukuran atas penghargaan gelar pahlawan untuk Ratu Kalinyamat di Pendopo Kabupaten Jepara pada Senin (13/11/2023) malam yang disiarkan langsung oleh kanal Youtube Pemda Jepara.
Dr Lestari Moerdijat SS MM dari Yayasan Bharma Bakti Lestari di acara itu menceritakan perjuangan tim pakar dalam menyusunan naskah akademik. Sumber-sumber primer yang didapat dari Portugis menyebutkan jika Ratu Kalinyamat adalah seorang patriot.
Bekerja sama dengan negeri-negeri lain, Ratu Kalinyamat telah membantu Aceh, Malaka, dan Maluku mengusir Portugis. Kekuatan armada laut Jepara digabung dengan kekuatan armada laut dari negeri-negeri lain, kekuatannya mencapai 15 ribu prajurit dan 200 kapal.
“Saya titip, jika masih ada yang menjelek-jelekkan Ibu Ratu Kalunyamat, siap membela ya,” kata Edi Supriyanta kepada yang hadir di acara syukuran.
Oohya! Baca juga ya:
Pada acara syukuran itu, diundang juga 100 janda dari berbagai desa. Malam itu, mereka mendapatkan santunan. Edi berpesan agar mereka tidak bersedih.
Para janda itu perlu berbangga, karena Ratu Kalinyamat juga memimpin Jepara pada saat ia menjanda. Menurut Edi, tidak ada lasan bagi para perempuan yang menjanda bersedih hati.
“Saya berpesan untuk ibu-ibu yang sendirian, yang berkerudung pink, jangan bersedih,” kata Edi.
Ma Roejan