Diponegoro Meninggal Dunia di Pembuangan pada 8 Januari 1855, Apa Penyebab Kematian Musuh Belanda Itu?
Tiga orang Belanda menunjungi ruangan Diponegoro di Benteng Rotterdam, Makassar. Mereka adalah JG Crudelbach, asisten residen; J Lion, mayor infanteri; dan FAM Schmitz, perwira kesehatankelas satu.
Pagi itu masih pukul 06.30, 8 Januari 1855. Mereka mendapati Diponegoro sudah meninggal dunia. Apa penyebab kematian musuh Belanda itu?
Selama 25 tahun Diponegoro hidup dalam pembuangan. Ia ditangkap Belanda pada 28 Maret 1830 di Magelang, lalu dibuang ke Minahasa, dan dari Minahasa dipindah ke Manado.
Oohya! Baca juga ya: BSN Bicara Soal UMKM dan Carbon Capture Storage yang Disinggung Gibran di Debat Cawapres
Perjalanan dari Batavia mulai 3 Mei 1830 ke Manado memerlukan 40 hari. Pada 12 Juni 1830, pukul 11 siang, Kapal Pollux yang membawa Diponegoro tiba di Manado.
Tapi pertahanan Manado dianggap tidak cukup kat untuk menahan Diponegoro. Maka, pada 1834 Diponegoro dipindah ke Makassar.
“Pemindahan tawanan yang berbahaya ini sangat dirahasiakan betul oleh pemerintah Belanda,” tulis Sagimun MD. Para opsir yang membawanya pun tidak mengetahui tujuan mereka ketika merek anaik Kapal Circle dari Manado.
“Mula-mula dikatakan bahwa kapal itu akan menuju ke Ternate, akan tetapi kemudian setelah kapal itu berada di tengah lautan, dengan sekonyong-konyong kapal itu diperintahkan mengubah haluannya dan menuju ke kota Makassar,” lanjut Sagimun MD.
Menjalani masa pembuangan, Diponegoro hidup bersama istri dan para pengikutnya:
1. Raden Ayu Ratnaningsih, istri
2. Tumenggung Diposono bersama istrinya, Raden Ayu Diposono.
3. Wongsotruno, pengikut
4. Onggomerto, pengikut
5. Rojomenggolo, pengikut
6. Roto, pengikut
7. Mertoleksono, pengikut
8. Bantengwareng, pengikut
9. Saiman,pengikut
10. Kasiman, pengikut
11. Tiplak, pengikut
12. Midin, pengikut
13. Nyai Dula, pengikut
14. Nyai Onggomerto, pengikut
15. Nyai Satruno, pengikut
16. Sarinten, pengikut
17. Truno – Danti
18. Nyami
Oohya! Baca juga ya: Ini Alasan Belanda Mengangkat Hamengkubuwono II yang Sudah Pikun Menjadi Sultan Lagi, Apa Komentar Diponegoro?
Residen Manado menerima instruksi untuk memperlakukan Diponegoro secara baik:
1. Mengusahakan temoat tahanan yang layak dan sesuai dengan derajat sosial Diponegoro
2. Tempat yang layak itu maksudnya tempat yang tidak mungmkin Diponegoro bisa meloloskan diri
3. Untuk keperluanDiponegoro menjalankan agamamya dua orang ulama pengikut Kiai Mojo boleh dikriimkan kepada Diponegoro
Sebelum melanjutkan isi instruksi untuk Residen Manado, kita beritahukan dulu bahwa Diponegoro kemudian dipondah ke Makassar. Belanda menetapkan Makassar sebagai tempat pembuangan baru Diponegoro.
Ia meninggal di Makassar. Sebelum membahas penyebab kematian Diponegoro, kota kembali ke lanjutan isi instruksi untuk Residen Manado:
4. Keuangan untuk keperluan Diponegoro dan pengikutnya harus diberikan dengan sempurna
5. Residen Manado harus mengawasi dengan keras Diponegoro dan para pengikutnya, orang-orang yang ingin menemuinya harus mendapat izin dari Residen
6. Diponegoro harus diperlakukan secara layak, sesuai dengan tingkat dan kedudukannya
7. Tiap tiga bulan Residen harus memberikan laporan kepada Gubernur Jenderal Hindia-Belanda mengenai keadaan Diponegoro dan para pengikutnya
Oohya! Baca juga ya: Anies Baswedan Manfaatkan Tiktok untuk Kerja Kampanye, Alat Kerja Seperti Apa yang Diperkenalkan kepada Generasi X di Bangku Sekolah?
Untuk biaya hidup, Diponegoro mendapat tunjangan sebesar 600 gulden per bulan. Kendati begitu, tunjangan itu tidak bisa membuat hati Diponegoro lega.
Karena itu, ia menulis surat berisi gugatan kepada Kolonel Cleerens yang menyampaikan surat undangan silaturahmi dari Jenderal De Kock kepada Diponegoro. Ia mempersoalkan kekebalan politik yang pernah disampaikan Cleerens kepada Diponegoro sebelum Diponegoro pergi ke Magelang.
Saat itu dijanjikan, jika perundingan gagal, Diponegoro akan dibiarkan pulang untuk melanjutkan peperangan. Namun hal itu tidak pernah terjadi, bahkan Diponegoro kemudian dibuang, hingga akhir hayatnya. Diponegoro meninggal pada usia beranjak ke usia 70 tahun.
“Menurut pendapat perwira kesehatan yang juga menjadi panitia ini, kewafatan itu disebabkan berkurangnya kekuatan akibat usia yang lanjut.” Demikian bunyi surat yang ditandatangani oleh tiga orang Belanda itu.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Pahlawan Dipanegara Berdjuang karya Sagimun MD (1965)
Oohya! Baca juga ya: Bicara Legenda Aji Saka dan Medang Kamulan serta Mengatur Produksi Garam, Apakah Raffles Pernah ke Grobogan?