Kendeng

Bupati Grobogan dan Orang-Orang Cina Serang Belanda, Begini Triknya

Bupati Grobogan Tumenggung Martopuro menyusun strategi serang loji Kompeni di Semarang. Atas perintah Pakubuwono II, ia melakukan tipu daya terhadap orang-orang Belanda dengan cara bekerja sama dengan oang-orang Cina. Sumber: grobogan.go.id

Orang Jawa, kata Bupati Grobogan, sedang memikul dua beban. Di pundak kanan ada orang Belanda, di pundak kiri ada orang Cina.

Jika hanya salah satu yang dibuang, beban tu tetap ada sehingga keduanya harus disingkirkan. Caranya, kata bupati yang bernama Tumenggung Martopuro itu, orang Jawa harus bekerja sama dengan orang Cina untuk menyingkirkan Belanda.

Dengan mengusir Belanda, secara otomatis orang Cina juga akan terusir. Sebab, sudah bertahun-tahun orang Cina bergantung pada Belanda, sebelum akhirnya terjadi kerusuhan pada 1740 di Batavia.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Akibat kerusuhan itu, orang-orang Cina di Batavia banyak yang melarikan diri ke Jawa Tengah. Mereka sedang marah kepada Belanda, sehingga jika orang Jawa dan Cina bergabung melawan Belanda, kekuatan orang mereka menjadi lebih besar.

Menurut Raffles di buku History of Java, Martopuro menyampaikan pandangannya itu di Keraton Kartosuro. Yaitu ketika Raja Mataram memanggil semua bupati untuk merayakan gerebeg mulud.

Kepada Patih Notokusumo, Bupati Demak menyampaikan laporan bahwa orang-orang Cina di pantai utara sedang menyusun kekuatan melawan Belanda. Menyambung laporan Bupati Demak, Bupati Grobogan pun memberikan laporan serupa.

Menurut Bupati Grobogan, orang-orang Cina di Grobogan juga menyusun kekuatan. Hal itu, kata dia, dilakukan setelah mereka mendengar desas-desus Belanda akan menghabisi semua orang Cina di Jawa sejak ada pettempuran di Batavia.

Laporan-laporan itu kemudian diteruskan oleh Patih Notokusumo kepada Raja Pakubuwono II. Mengaku sudah mendengar kabar itu, Pakubuwono II jengkel kepada Gubernur Jenderal yang tidak menginformasikan adanya pemberontakan di Batavia ke Kartosuro.

Adanya pemberontakan orang-orang Cina di Batavia membuat Raja Mataram gusar. Kir jika orang-orang Cina di Jawa juga melakukan pemberontakan.

Oleh karena itu, Keraton Kartosuro perlu membuat langkah-langkah antisipasi. Para bupati pun dmintai pendapatnya oleh Pakubuwono II.

Pakubuwono II ingin tahu, para bupati lebih memilih mendukung Belanda atau mendukung orang-orang Cina. Pakubuwono II memiliki pandangan, jika Belanda meminta bantuan kepada drinya, maka Mataram harsu memberikan bantuan.

Menurut Pakubuwono II, Mataram sudah terikat perjanjian dengan Belanda. Bupati Pekalongan, Adipati Jayaningrat, mendukung keinginan Pakubuwono II jika Belanda ternyata meminta bantuan ke Mataram.

Patih Notokusumo mengingatkan, orang-orang Cina di Jawa tidak pernah mempunyai masalah dengan orang Jawa. Perdagangan orang-orang Cina telah memberi keuntungan kepada orang-orang Jawa.

Menurut Notokusumo, perlu alasan kuat untuk membantu Belanda memerangi orang Cina. Jayaningrat mengakui, orang Jawa memag tidak ada masalah dengan orang Cina.

Tapi, karena Mataram sudah akrab dengan Mataram, lanjut Jayaningrat, membantu Belanda akan meringankan beban Raja Mataram yang terikat perjanjian dengan Belanda. Tapi jika tidak bersedia membantu Belanda, maka Mataram juga tidak perlu membantu orang-orang Cina.

Berita Terkait

Image

Sebelum Bikin VOC, Belanda Dua Kali Gagal Kirim Ekspedisi Cari Rempah

Image

Orang Islam Miskin Jadi Sasaran Kristenisasi di Grobogan Sejak Akhir Abad ke-19

Image

Mengapa Grobogan Jadi Sasaran Kristenisasi Zending Salatiga?