Kendeng

Dana Cikal Pengantin Pernah Ada di Grobogan, Apa Itu?

Bupati Grobogan (1909-1933) Soenarto mencetuskan dana cikal pengantin. Apa layak jadi pahlawan jika ia telah menerima penghargaan payung emas dari pemerintah kolonial? Sumber: de locomotief

Anak-anak muda Grobogan yang akan menikah punya kewajiban menyerahkan dua bibit pohon kelapa. Namanya cikal, seperti yang dijadikan sebagai logo Pramuka saat ini. Apakah pencetusnya layak jadi pahlawan?

Sepasang calon pengantin wajib menyerahkan dua buah cikal itu ke masjid, yang di kemudian hari diganti menjadi dana cikal pengantin. Setelah pernikahan, cikal itu akan diserahkan kembali kepada pasangan pengantin tersebut untuk ditanam di lahan yang mereka punya.

Sebelum sampai ke jenjang pernikahan, anak-anak di Grobogan sudah membantu orang tuanya bertani sejak usia 5-6 tahun. Mereka juga diserahi tanggung jawab menggembala seekor sapi atau kerbau.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sapi atau kerbau adalah binatang yang digunakan untuk menarik bajak sawah. Dengan sapi atau kerbau inilah, petani di Grobogan bis alebih cepat mengolah sawah sebelum ditanami padi.

Maka, ketika paceklik pernah melanda Grobogan dan wabah penyakit melanda, banyak sapi atau erbau yang meninggal. Akibatnya mereka kesulitan menggarap sawah, yang kemudian memperparah paceklik.

Ketika paceklik terjadi lagi pada awal tahun 1899, pemerintah kolonial pun membantu dengan membagikan sapi atau kerbau kepada para petani. Adanya bantuan sapi atau kerbau di Grobogan dan juga Demak akibat paceklik itu, membuat RA Kartini bercerita kepada sahabatnya.

Pemerintah kolonial, menurut Kartini menyediakan sekitar 350 ribu rupiah untuk pembelian sapi atau kerbau itu. Dengan ternak bantuan itu, maka pada 1900 sawah di Grobogan seluas 56.255 bau selesai dibajak.

Masih ada 255 bau lagi yang gagal dibajak karena kehabisan sapi/kerbau. Paceklik yang terjadi pada 1899 berlanjut di tahun-tahun berikutnya.

Pada 1902, misalnya, terjadi kegagalan panen pada sawah seluas 15 ribu bau. Pada Maret 1909, Grobogan memiliki bupati baru, yaitu Soenerto, menggantikan pamannya, Hardjokoesoemo, yang menjadi bupati Grobogan sejak 1901.

Soenarto mencoba mendorong pendirian lumbung desa untuk menyimpan gabah petani. Gabah di lumbung inilah nantinya yang dikeluarkan untuk bibit ketika musim tanam tiba dan untuk mengatasi paceklik ketika kemarau panjang melanda.

Soenarto juga memperbarui tradisi kewajiban setor cikal bagi calon pengantin. Buah kelapa memang bisa membantu ekonomi keluarga, tapi perlu waktu bertahun-tahun hingga pohon kelapa yang ditanam bisa berbuah.

Maka, Soeharto mengganti kewajiban setor cikal dengan setor uang bagi calon pengantin. Dana ini dikelola sebagai dana kesejahteraan.

Berita Terkait

Image

Medali Emas, Pasukan Bantuan Penangkap Diponegoro, dan Pejabat Negara

Image

Kenapa Judul Bukunya Berbagi Senyum? Simak di Abraham Samad Speak Up

Image

Tempat Produksi Garam di Grobogan, Ini Asal Nama Bledug Kuwu

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com