Lincak

Kiriman Hadiah Telur dari Anak Raja Mataram Amangkurat I kepada Kompeni di Kemudian Hari Menjadi Petaka Bagi Jawa

Pertama kali menjalin persahabatan dengan Kompeni, Amangkurat II selagi masih menjadi putra mahkota mengirim telur sebagai hadiah. Tapi ia minta hadiah emas. Kelak persahabatan itu mencelakakan Jawa.

Hadiah dari anak Raja Mataram Amangkurat I kecil artinya bagi Kompeni. Namun, Kompeni tahu bahwa dialah yang kelak akan menjadi raja menggantikan ayahnya.

Maka, pelan-pelan, Kompeni memenuhi permintaan-permintaan putra mahkota yang kelak menjadi Amangkurat II itu. Apalagi, putra mahkota yang bernama Pangeran Adipati Anom itu, begitu gigih mengajak bersahabat dengan Kompeni, kendati hadiah yang diberikan masih sepele.

Salah satunya adalah telur, yang ia kirim untuk pertama kalinya ke Batavia pada 1667. Tetapi jalinan persahabatan itu kelak lebih banyak menguntungkan Kompeni dan menjadi petaka bagi Jawa.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Putra Mahkota telah mengirimkan utusan secara diam-diam ke Batavia sejak 1667, berlanjut hingga 1675, dua tahun sebelum ia naik tahta. Ada sembilan kali pengiriman utusan.

Oohya! Baca juga ya: Dapat Tugas Cari Anggota Pramuka Non-Muslim, Mengapa Para Santri dari Karawang Ini Mondar-Mandir Cari WC di Kemah Bakti Harmoni Beragama?

Pada 1667 utusan Putra Mahkota hanya membawa hadiah beras, gula, telur, angsa, dan burung merak. Kompeni menerima hadiah-hadiah ini, tetapi belum mengabulkan permintaan Putra Mahkota berupa emas, perak, dan batu permata.

Putra Mahkota mencoba mengirim utusan lagi pada 1670. Bahkan sampai dua kali dalam setahun. Pada 1671 dan 1672 ia juga mengirim utusan.

Pada 1673 ia tercatat mengirim utusan ke Batavia sebanyak tiga kali. Lalu, ia mengirim utusan lagi pada 1675.

Utusan-utusan itu tentu membawa hadiah untuk Kompeni sekaligus surat berisi daftar permintaan kepada Kompeni. Hadiah dari Putra Mahkota masih ala kadarnya.

Pernah ia mengirim udang kering dan ikan pindang dalam periuk. Pernah pula mengirim hadiah tombak trisula berlapis perak.

Hadiah yang ia minta dari Kompeni rata-rata barang mewah. Meski permintaan emas sewaktu pertama kali mengirim utusan tidak dipenuhi oelh Kompeni, pada pengiriman utusan-utusan berikutnya bahkan ia tak segan meminta batu permata dan berlian.

Oohya! Baca juga ya: Putra Mahkota Mataram Tersangkut Perselingkuhan dengan Istri Adiknya

Pernah juga meminta panah dan busur, hulu keris buatan Jepang, terompet, dan ayam Belanda. Kuda Persia tentu saja menjadi permintaan utama yang ia ajukan, dan pernah pula meminta gadis Makassar.

Ia sering juga meminta panduan teknis, yang memang diperlukan di Mataram. Misalnya, cara membuat kereta, mesiu, cara cara memotong berlian, cara memberi lapisan pada berlian. Tak lupa pula meminta panduan cara menggergaji.

Ketika ia meminta dua-tiga ekor kuda dan Kompeni yang berusaha memenuhi permintaan itu, pada awalnya hanya seekor kuda yang diberikan kepada Putra Mahkota. Agar Putra Mahkota tidak kecewa, Kompeni juga memberikan kotak emas, pakaian, dan minuman anggur.

Putra Mahkota tetap saja kecewa karena hanya mendapat seekor kuda Persia. Kuda dipandang oleh Putra Mahkota akan menambah kewibawaannya.

Untuk menghibur Putra Mahkota, Kompeni pada akhirnya memang mengirim satu kuda lagi untuk Putra Mahkota. Tapi sayangnya, dua kuda itu kemudian mati, sehingga membuat Putra Mahkota mengajukan permintaan lagi.

"Memiliki kuda yang bagus agaknya sangat penting bagi pangeran itu,” tulis De Graaf.
Kompeni merasa perlu menjaga Putra Mahkota yang akan memimpin Mataram ini. “Selain keuntungan dan wibawa, Putra Mahkota juga mengharapkan persahabatan dari Kompeni," tulis De Graaf.

Oohya! Baca juga ya: Tsunami Aceh, Kontak Senjata TNI-GAM Membuat Anak-Anak Pengungsi di Kamp Pengungsi Posko Jenggala di Lhok Nga Ketakutan

Kelak, persahabatan itu semakin berguna bagi Kompeni setelah Putra Mahkota menjadi raja Mataram sejak 1677 dengan nama Susuhunan Amangkurat II. Pada 1677 itu, Kompeni dan Amangkurat II membuat perjanjian.

Amangkurat II yang perlu meneruskan usaha ayahnya memadamkan pemberontakan Trunojoyo yang telah merebut keraton Mataram, memerlukan bantuan Kompeni untuk menumpas dan merebut kembali keraton.

Lewat bantuan yang diberikan kepada Amangkurat II, pelan-pelan Kompeni bisa mengendalikan Jawa. Sedangkan Amangkurat II hanya memperoleh keuntungan pribadi, bukan keuntungan untuk Jawa.

Atas bantuan Kompeni, Keraton Mataram kembali menjadi miliknya, Trunojoyo bisa ditangkap oleh Kompeni, lalu ia sendiri yang membunuhnya.

Oohya! Baca juga ya: Minta Hadiah Kuda Persia dan Gadis Makassar, Putra Mahkota Mataram Hanya Memberi Kompeni Ikan Pindang dan Tombak Trisula

Namun, kubu pembenci Kompeni di Mataram juga terus menguat di lingkungan dalam keraton. Hal ini berpengaruh ke negeri-negri bawahan Mataram.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Runtuhnya Istana Mataram karya Dr HJ de Graaf (1987)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com