Lincak

Rencana Sultan Agung Mataram Menyerbu Batavia Bocor, Kompeni Hancurkan Gudang Makanan di Tegal dan Cirebon, Siapa Pembocor Informasinya?

Lukisan yang menggambarkan suasana di Batavia pada abad ke-17. Pada 1629 Raja Mataram Sultan Agung menyerang Batavia untuk kedua kalinya, tetapi gagal karena Kompeni mendapatkan bocoran informasinya.

Desas-desus Mataram akan menyerbu lagi Kompeni tersebar di Batavia pada awal 1629. Raja Cirebon, kata Gubernur Jenderal Kompeni JP Coen, mengirimkan informasi rahasia mengenai rencana Raja Mataram Sultan Agung menyerbu Batavia, tetapi belum diketahui waktunya.

Namun Mataram ‘membantah’ desas-desus itu dengan mengirim utusan ke Batavia. Utusan ini, yang dikirim oleh Bupati Tegal atas nama Sultan Agung, menyampaikan pesan Raja Mataram yang mengajak berdamai.

Kepada utusan yang bernama Warga itu, Kompeni mempersilakan orang Mataram berdagang di Batavia. Maka, 100 kapal padi disiapkan di Tegal. Tiga kapal pengintai Kompeni yang berada di perairan Tegal melihat keberadaan kapal-kapal itu, mendorong Kompeni menghancurkan padi yang akan disimpan gudang makanan itu.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Ini Arti Ndhasmu Etik, Makian Jawa karena Kesal Bukan karena Ingin Bercanda

Bupati Tegal mengatakan padi itu untuk memasok kebutuhan Kompeni di Batavia, tetapi terlebih dulu akan ditumbuk di Tegal. Namun, pada 4 Juli 1629, Kompeni mengirim kapal ke Tegal untuk menghancurkan 200 kapal, 400 rumah, dan satu gunungan padi.

Tindakan Kompeni ini membuat ketakutan di Tegal. Beberapa minggu kemudian menjalar ke Cirebon, sebab Kompeni juga menghancurkan gunungan padi di Cirebon. Penghancuran-penghancuran ini membuat pasukan Mataram yang bergerak lewat jalan darat tidak berkutik ketika tiba di Batavia.

Pasukan sudah bergerak dari Keraton Mataram pada Mei 1626. Tiga minggu kemudian, pada Juni 1629, dari Keraton Mataram dikirim pasukan susulan yang berangkat lewat darat ke Batavia.

Pada 21 Agustus 1629, pos jaga Kompeni di sepanjang Sungai Ciliwung melihat kedatangan pasukan Mataram ini. Orang-orang Jawa itu terus berdatangan dan membangun kemah di luar jarak tembak mereiam, di sebelah timur, selatan, dan barat benteng.

Ketika Kompeni mengepung mereka pada 17 September 1629, mereka dengan mudah dapat ditaklukkan. Parit-parit perlindungan yangd ibuat oleh pasukan Mataram tidak banyak menolong.

Meriam-meriam yang ditempatkan di lokasi yang tembakannya bis amenjangkau benteng Batavia juga tidka berguna. Meriam-meriam itu tiba di lokasi perkemahan pasukan Mataram pada 14-15 September 1629, ditarik oleh 12-18 kerbau.

Sebelumnya, pada 12 September 1629, ketika pasukan Mataram mencoba memanjat benteng, mereka dipukul mundur oleh Kompeni. Sebanyak 200 prajurit Mataram lari kocar-kacir.

Oohya! Baca juga ya: Dapat Laporan Untung Suropati Hanya Sakit Perut Setelah Minum Racun, Kompeni Mengumpat Patih Mataram

Pasukan Mataram baru bisa menembakkan meriamnya untuk pertama kali pada 21 September 1629, tepat sebulan sejak kemunculan meereka dilihat oleh petugas pos jaga Kompeni. Tembakan itu dilakukan oleh Mataram sehari setelah Gubernur Jenderal JP Coen meninggal.

Pada 17 September 1629 JP Coen masih smepat meninjau lokasi pertahanan Mataram. Pada 20 September 1629 malam ia jatuh sakit dan pukul 01,00 dini hari tanggal 17 September 1629 jiwanya tidak tertolong.

Jenazah Coen tidak disemayamkan di gereja, karena gereja sudah dibakar oleh orang-orang Mataram. Jenazah Coen disemayamkan di balaikota.

Kompeni tidak lagi melakukan penyerangan besar-besaran setelah tanggal 27 September 1629. Orang-orang Mataram yang ditawan mengaku pasukan Mataram sedang mengalami kelaparan karena logistik tidak datang.

“Pada serangan kecil yang terjadi pada 1 Oktober, musuh kelihatan tidak bersemangat lagi,” tulis De Graaf. Korban di pihak Kompeni hanya 10-12 orang yang tewas, itu pun orang-orang Cina, Jepang, dan orang-orang merdeka.

Mataram pun mundur dengan kekalahan yang memalukan. Bagaimana Kompeni bisa melumpuhkan pasokan logistik di Tegal dan Cirebon sebelum pasukan Mataram tiba di Batavia?

Pada Juni 1629, Kompeni mengetahui arti perkataan Bupati Tegal yang menyatakan akan menumbuk padi untuk Kompeni di Tegal. Itu sebabnya, ratusan kapal yang mengangkut beras berkabuh di Tegal di Tegal.

Oohya! Baca juga ya: Tsunami Aceh, Kontak Senjata TNI-GAM Membuat Anak-Anak Pengungsi di Kamp Pengungsi Posko Jenggala di Lhok Nga Ketakutan

Bagaimana Kompeni mengetahui hal itu? Pada 20 Juni 1629, Warga kembali diutus ke Batavia oleh Bupati Tegal. Di dalam kapal Warga ada orang Jawa yang dikenal oleh bendahawaran Kompeni Cornelis van Maseyck. Orang itulah yang memberi tahu rencana Mataram melakukan penyerangan kedua ke Batavia.

Kompeni pun kemudian menahan Warga. Warga kemudian diinterogasi. Darinya, Kompeni mendapat konfirmasi adanya pembangunan gudang makanan di Tegal dan Cirebon untuk mendukung penyerangan ke Batavia.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Puncak Kekuasaan Mataram karya Dr HJ de Graaf (2002, edisi revisi)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]