Lincak

Dapat Laporan Untung Suropati Hanya Sakit Perut Setelah Minum Racun, Kompeni Mengumpat Patih Mataram

Di dunia pewayangan Jawa, perwira Kompeni Kapten Tack digambarkan sebagai raksasa (kiri). Untung Suropati, buronan Kompeni yang dlindungi Amangkurat II digambarkan sebagai ksatria (kanan).

Patih Mataram, Nerangkusumo, datang di benteng Kompeni di Kartosuro pada malam hari. Ia meminta racun yang dapat dengan cepat bisa membunuh Untung Suropati.

Nerangkusumo diberi 12 gam sublimat. Malam itu, khasiatnya diperlihatkan. Seekor anjing besar mati setelah diberi racun itu.

Keesokan harinya, Kompeni mengumpat Patih Mataram itu. Pada malam harinya, saat Nerangkusumo meminta racun, ia menyatakan ingin menghabisi Suropati.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Menurut dia, untuk menghabisi budak Bali yang menjadi buron Kompeni itu tidak perlu Kompeni melibatkan diri. Cukup orang Jawa saja yang melakukannya.

Oohya! Baca juga ya: Buya Yahya Gandeng JNE Kembangkan Potensi Usaha Santri

Nerangkusumo harus melakukan hal itu karena Kapten Tack yang ditugasi untuk membunuh Suropati sudah tiba di Semarang. Dua kompi awal yang diutus Kapten Tack sudah tiba di Kartosuro pada 2 Februari 1686.

Kedatangan dua kompi awal inilah yang mendorong Nerangkusumo mendatangi benteng, meminta racun. Ia berusaha mengulur waktu agar Kompeni tidak membunuh Suropati, karena Nerangkusumo yang membenci Kompeni itu harus melindungi Suropati yang juga membenci Kompeni.

Penguluran waktu itu sudah dilakukan sebelumnya, ketika tidak segera menjemput Kapten Tack. Kapten Tack sudah tiba di Semarang pada 22 Desember 1685, tetapi baru dijemput pada 27 Januari 1686.

Kapten Tack menjadi utusan Komeni untuk dua hal. Pertama menagih utang ke Raja Mataram Amangkurat II, kedua membunuh Untung Suropati, buron Kompeni yang meminta perlindungan ke Mataram.

Pada 27 Januari 1686, Senopati Sindurejo bersama Suronoto dan Adipati Demak tiba di Semarang untuk menjemput Kapten Tack. Mereka harus mengupayakan kuda dan kuli.

Pada 30 Januarii 1686 mereka hanya mendapatkan beberapa kuda dan kuli. “Sehingga hanya barang dan sebagian tentara saja yang dapat bergerak maju,” tulis De Graaf.

Oohya! Baca juga ya: Kurangi Sampah Plastik, BSN Tetapkan SNI PET Daur Ulang Dukung Target Indonesia Bersih Sampah 2025

Dua kompi yang berangkat ke Kartosuro itu dipimpin oleh nakhoda Jan Jacobs Leeman bersama Letnan Dirk Vonck dan Antony Eigel. Sindurejo meminta Kapten Tack bersabar hingga terkumpul lagi kuda dan kuli yang lebih banyak pada 4 Februari 1686.

Jumat pagi, tanggal 8 Februari 1686, Kapten Tack akhirnya tiba di Kartosuro setelah menginap di Ungaran pada 4 Fabruari, menginap di Banyupitih pada 5 Fabruari, menginap di Tingkir pada 6 Februari 1686. Terakhir menginap pada 7 Februari di Majasanga, beberapa kilometer dari Kartosuro.

Pada 7 Februari malam, ketika Kapten Tack mennginap di Majasanga, Cakraningkrat II mendatangi benteng Kompeni. Ia mendapat perintah untuk segera menghabisi Suropati.

Rupanya, Kapten-Letnah Greving, komandan benteng, tidak terima dituduh oleh Kapten Tack telah menghalang-halangi usaha orang Jawa yang hendak membunuh Suropati. Orang Jawa telamenyatakan niatnya menghabisi Suropati tanpa harus membuat tangan Komoeni berlumutan darah.

Setelah memberikan perintah kepada Cakraningkat, Greving lalu menulis surat pada pukul 01.00 dini hari. Surat untuk Kapten Tack itu sampai di Majasanga pukul 06.00.

Sebelumnya, Greving marah kepada Patih Nerangkusumo yangtelah dia anggap berbohong. Setelah membawa pulang racun dari benteng, keesokan harinya Nerangkusumo kembali mendatangi benteng.

Oohya! Baca juga ya: Tsunami Aceh, Kontak Senjata TNI-GAM Membuat Anak-Anak Pengungsi di Kamp Pengungsi Posko Jenggala di Lhok Nga Ketakutan

Ia melaporkan bahwa racun telah diberikan kepada Suropati, tetapi Suropati hanya merasakan sakit perut. Mendapat laporan semacam ini, Greving marah lalu mengumpat.

Greving tak percaya Suropati hanya merasakan saki perut setelah meminum racun. Padahal racun yang sama yang diberian kepada anjing, anjing itu segera mati.

“Bangsat kau, berdusta dengan dongenganmu seolah-olah mau membunuh Suropati? Kau sendiri melihat anjing itu. Binatang yang kuat itu pun segera mati karenanya,” teriak Greving.

Nerangkusumo menangis dipermalukan Greving. Ia pun minta pamit.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Terbunuhnya Kapten Tack karya Dr HJ de Graaf (1989)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]