Lincak

Kemarau Panjang Tanah Retak Bisa Didongkel, Hati Bangsa yang Retak Hendak Diapakan?

Kemarau panjang membuat tanah sawah mengering dan retak. Nela, kata orang Jawa. Para petani harus bersabar, karena musim hujan baru mulai pada November 2023.

Ketika meletus peristiwa G30S/PKI, air mata tidak lagi menggenang di lubuk hati, melainkan telah tumpah. Bagi orang Jawa, periode 12 September – 13 Oktober merupakan periode waspa kumembeng jroning kalbu.

Arti dari waspa kumembeng jroning kalbu adalah air mata menggenang di lubuk hati. Inilah yang disebut mangsa sitra dalam kalender Jawa. Mangsa sitra adalah musim keempat.

Ini musim ketika sumber-sumber air sudah mengering. Musim para petani menunggu panen palawija.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Cerita ‘Banteng Marhaen' Grobogan yang Ditangkap Saat Isu Bersih-Bersih Komunis di Grobogan Muncul pada 1969

Pada 5 Oktober 2023, Bupati Grobogan Sri Sumarni beserta jajaran Forkopimda melakukan panen raya jagung di Kecamatan Ngaringan. Sebuah anugerah, kata Bupati, karena di musim kemarau panjang para petani gigih memelihara tanaman jagung mereka.

Di beberapa desa, kekeringan sudah terlihat nyata. Pengiriman air bersih untuk keperluan penduduk pun dilakukan oleh berbagai pihak. Di antaranya dilakukan oleh Polres Grobogan dan Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) Grobogan.

Pada pertengahan Oktober, menurut kalender Jawa, musim akan berganti menjadi musim labuh. Mulai musim hujan. Namun, masyarakat perlu sedikit bersabar.

Oohya! Baca juga ya:

Daerah Tempat Anak Raja Majapahit Dibuang Batal Dikunjungi Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Ada Apa Ya?

Sebab, menurut Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, musim hujan belum terjadi pada Oktober 2023. Musim hujan baru akan mulai pada November 2023.

Bupati Grobogan Sri Sumarni beserta jajaran Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Grobogan melakukan panen jagung di Desa Pendem, Kecamatan Ngaringan.

Oohya! Baca juga ya:

Seharusnya Menyesal Jika Belum Sempat Berkunjung ke Air Terjun di Teluk Nusalasi yang Ada di Fakfak Ini

“Prediksi kami, kemarau panjang ini akan berakhir secara berangsur di bulan Oktober akhir. Dan mulai transisi hujan itu November,” ujar Dwikorita Karnawati, Senin (9/10/2023), seperti ditulis oleh republika.co.id (9/10/2023).

Dalam kalender Jawa, tanggal 14 Oktober – 9 November merupakan mangsa kalima. Musim kelima, Manggakala. Periode pancuran mas sumawur ing jagad.

“Ditandai dengan turunnya hujan yang pertama,” tulis Anton Rimanang di buku Pranatamangsa, Astrologi Jawa Kuno.

Pada musim keempat (12 September – 13 Oktober), sawah-sawah masih kering, penuh dengan retakan tanah di sana-sini. Bahasa Jawanya sawahe dha nela. Sawah pada retak.

Oohya! Baca juga ya:

Begini Suasana di Grobogan Ketika Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Datang Berkunjung

 

Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia (PKPRI) Grobogan, Jawa Tengah, menyalurkan bantuan air bersih kepada warga yang kesulitan air selama musim kemarau.

Di bulan-bulan ini pada 1965, hati bangsa Indonesia pun juga retak. tanaSetelah pembunuhan terhadap para jenderal, gelombang pembunuhan terhadap orang-orang komunis terus menggulung. Berbalas, ulama-ulama juga menjadi korban.

Dalam kalender Jawa, tanah retak ini sudah muncul sejak mangsa karo. Musim kedua, Pusa (2 Agustus – 25 Agustus). Periode bentala rengka, tanah retak.

Orang Jawa akan bilang, “Lemahe wis nela.” Nela adalah kondisi tanah sawah yang meretak.

Oohya! Baca juga ya: Berita Bersih-Bersih Komunis di Grobogan Membuat Panas Kuping Para Pejabat di Jakarta

Untuk memperbaiki lemah nela itu, para petani akan mendongkelnya. Ini memperingan kerja, karena jika dicangkul tentu lebih susah karena tanahnya benar-benar kering.

Jika yang retak hati bangsa, tentu tidak bisa iperbaiki dengan cara mendongkel hati. Bisa makin hancur hati bangsa ini.

Priyantono Oemar

Berita Terkait

Image

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam