Begini Suasana di Grobogan Ketika Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Datang Berkunjung
Sekitar pukul 15.00 rombongan besar itu tiba di Bleduk Kuwu. Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer dan istri beserta rombongan datang dari Surabaya.
Masyarakat berbondong-bondong menyusuri jalan menuju Bleduk Kuwu, antusias menyambut rombongan Gubernur Jenderal. Para kepala desa membentuk barisan pengawalan. Mengenakan seragam dinas dan songkok di kepala, mereka memegang tombak di tangan.
Putri bungsu Bupati Grobogan RAA Soekarman, Raden Ajeng Soemarni, memberikan karangan bunga yang cantik kepada istri Gubernur Tjarda. Tjarda beserta rombongan kemudian menaiki menara pandang setinggi 20 meter.
Oohya! Baca juga ya:
Menara didekorasi oleh Wedana Kradenan R Soekrisno. Hiasan lambang Kerajaan Belanda dibuat dari biji-bijian hasil pertanian di Grobogan; kedelai, kacang, jagung.
Yang dihias tidak hanya menara, gapura dan pendopo yang dibuat dari balok-balok kayu jati juga diberi hiasan. Hasil produk pertanian digantung di tiang-tiang pendopo.
Dari menara pandang itu mereka menyaksikan letupan sumur lumpur Bleduk Kuwu yang mengeluarkan air asin. Dari menara ini pula, mereka melihat masyarakat memproduksi daram darat.
Oohya! Baca juga ya:
Kemarau Panjang Petani Grobogan Masih Bisa Panen Jagung, Bupati Grobogan Pimpin Panen Raya
Air asin yang mengalir mereka tampung di bilah-bilah bambu. Dijemur dalam beberapa hari, jadilah kristal-kristal garam.
Puas menikmati pemandangan unik letupan lumpur, Gubernur Jenderal Tjarda lalu menandatangani buku tamu berlapis emas. Buku tamu ini khusus disediakan oleh Bupati Grobogan untuk kunjungan Gubernur Jenderal Tjarda.
Halaman depan buku tamu itu bertuliskan:
Gastenboek ter cere van het bezoek van Z.E. den Gouv. Generaal van Ned. Indië, Jhr. mr. A.L.W. Tjarda van Starkenborgh Stachouwer op den 25sten Juni 1941 aan de eeuwenoude bevolkingszoutwinning te Bledoek in het district Koewoe van het Regentschap Grobogan, gedurende de bestuursperiode van den Gouverneur van Midden-Java mr. M.F. Winkler, den resident van Semarang mr. J.F.A. van Bruggen, den regent van Grobogan R.A.A. Soekarman en den assistent-resident van Poerwodadi W.E.A. Bish.
Apa artinya?
Artinya:
Buku tamu untuk menghormati kunjungan Yang Mulia Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Yang Mulia Tuan ALW Tjarda van Starkenborgh Stachouwer pada tanggal 25 Juni 1941 di penambangan garam penduduk yang telah berusia berabad-abad di Bleduk, Distrik Koewoe, Kabupaten Grobogan, pada masa pemerintahan Gubernur Jawa Tengah Tuan MF Winkler, Residen Semarang Tuan JFA van Bruggen, Bupati Grobogan RAA. Soekarman dan Asisten Residen Purwodadi WEA Bish.
Dari Bleduk Kuwu, rombongan Tjarda mengunjungi sumur air asin di Banjarsari. Untuk membuat garam, penduduk di desa ini mendapatkan air asin bukan dari letupan lumpur, melainkan dari sumur.
Oohya! Baca juga ya:
Puas melihat pembuatan garam di Banjarsari, Gubernur Jennderal Tjarda melanjutkan perjalanan ke Semarang. Para kepala desa di Purwodadi juga membuat barisan pengawalan dengan seragam dinas mereka.
Masyarakat juga antusias berdiri di sisi jalan, melepas rombongan. Bendera Merah Putih Biru berkibar-kibar di halaman setiap rumah.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Bataviaasch Nieuwsblad, 1 Juli 1941
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]