Setelah Cari Tempat untuk Mangkubumi, Mengapa Bupati Grobogan Melarikan Diri ke Hutan?
Pangeran Mangkubumi yang tidak setuju Raden Mas Garendi menjadi Amangkurat V mengaku tidak betah lagi di keraton. Ia meminta bantuan Bupati Grobogan dicarikan tempat.
Bupati Grobogan telah dinaikkan pangkatnya oleh Amangkurat V. Ia juga diserahi tugas membantu wilayah Sukowati yang dipegang oleh Pangeran Prangwedana.
Bupati Grobogan kemudian mencarikan tempat untuk Mangkubumi di wilayah Sukowati. Tapi mengapa Bupati Grobogan kemudian melarikan diri ke hutan?
Oohya! Baca juga ya:
Food Estate, Bung Karno: Petani Harus Punya 10 Hektare Lahan, Bagaimana Food Estate Prabowo?
Mangkubumi mengaku tidak betah tinggal di keraton karena ulah prajurit Kompeni di keraton makin meresahkan. Pengikut Mangkubumi ketakutan.
Mangkubumi pun menawari mereka jika disediakan tempat akankah mereka mau ikut Mangkubumi? Tentu saja mereka bersedia ikut ke mana pun Mangkubumi pergi.
Saat itu, Bupati Grobogan dan Amangkurat V sudah melarikan diri dari keraton. Pakubuwono II telah merebut kembali kertaon yang tadinya direbut Bupati Gtobodan dan orang-orang Cina pendukung Amangkurat V.
Setelah menyediakan tempat, Bupati Grobogan belum yakin dengan tujuan yang sebenarnya dari Mangkubumi. Karenanya, ia hanya mengirim orang-orangnya untuk melayani segala keperluan Mangkubumi.
Oohya! Baca juga ya:
Bupati Grobogan Naik Pangkat Setelah Merebut Kartosuro, tetapi Mengapa Kemudian Melarikan Diri?
Sebelum meminta bantuan dicarikan tempat kepada Bupati Grobogan, Mangkubumi memang sudah mengajukan diri untuk melindungi orang-orang Sukowati dari kekuasaan Amangkurat V. Mangkubumi telah menerima laporan jika Bupati Grobogan bersekutu dengan Pangeran Prangwedono di Sukowati.
Namun, Pakubuwono II tidak menyetujuinya. Pakubuwono II memintanya Mangkubumi cukup mengirim utusan saja ke Sukowati.
Setelah mendapat tempat dari Bupati Grobogan, Mangkubumi juga minta orang-orang Kalang ikut dengannya. Bupati Grobogan yang melindungi orang-orang Kalang, menyerahkannya kepada Mangkubumi.
Menantu Bupati Grobogan, Suryonegoro, menyesali penyerahan itu. Sebab Bulati Grobogan telah dengan susah payah mengumpulkan orang-orang Kalang.
Menurut Bupati Grobogan tak mungkin lagi menbatalkan, katena sudah terucap kata menyerahksn mereka ke Mangkubumi.
Menantu Bupati Grobogan mengajukan cara. Ia kemudian mendatang pondok orang-orang Kalang. Ia menjarahnya, menganiaya.
Oohya! Baca juga ya:
Setlah itu ia datangi Mangkubumi untuk protes karena semua orang Kalang telah diambil oleh Mangkubumi. Mangkubumi menjawab jika dirinya tidak meminta, tetapi Bupati Groboganlah yang menyerahkannya.
Mangkubumi mengaku hnya minta dicarikan tempat karena sudah tidak betah tinggal di keraton. Setelah Suryonegoro pulang, ia segera minta orang-orang Kalang yang dijarah Suryonegoro dikumpulkan.
Sepulang dari melabrak Mangkubumi, Suryonegoto menyiapkan 500 prajurit dari 3.000 prajurit yang ia punyai. Mendengar rencana Suryonegoro ini, Mangkubumi pun menyiapkan diri intuk menghadapi serbuan Suryonegoro.
Oeang-orang yang sakit hati karena dijarah, membantu Mangkubumi. Banyak orang Suryonegoto yang tewas dalam pertempuran itu. Orang-orang Mangkubumi bahkan juga menyerang pondok Bupati Grobogan.
Oohya! Baca juga ya:
Adipati Pati Tipu Bupati Grobogan, Amangkurat V pun Dinobatkan Lagi Sebagai Raja di Pati
Mereka dengan mudah masuk ke pondok Bupati Grobogan karena mereka datang membawa bendera dan payung yang dirampas dari Suryonegoro. Ketika mereka datang, pengikut Bupati Grobogan mengira mereka adalah orang-orang Suryonegoro.
Setelah dekat, merrka mengeluarkan tembakan. Pengikuti Bupati Grobogan kocar-kacir melarikan diri. Bupati Grobogan melarikan diri ke hutan. Pondokannya dibakar.
Sukowati jatuh ke tangan Mangkubumi.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Jilid VI, penerjemah Amir Rokhyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
[email protected]