Kendeng

Diponegoro Bercerita Joko Tarub Menikahkan Nawangsih dengan Anak Raja Majapahit yang Dibuang ke Grobogan, untuk Apa Membakar Merang?

Makam Joko Tarub dan Bondan Kejawan di Desa Tarub, Tawangharjo, Grobogan. Diponegoro bercerita, saat akan menikahkan Bondan Kejawan dengan Nawangsih, Joko Tarub membakar merang. Untuk apa?

Di dalam babad karyanya, Diponegoro bercerita tentang anak Raja Majapahit yang dibuang ke Grobogan. Anak Raja Majapahit itu kemudian ketika sudah dewasa ia nikahkan dengan anaknya, Dewi Nawangsih.

Namun, Nawangsih mengajukan syarat kepada ayahnya, Joko Tarub, agar ibunya bisa menghadiri acara pernikahan. Sejak bayi, Nawangsih telah ditinggal ibunya, Dewi Nawangwulan, pulang ke Kahyangan, jadi belum pernah melihat wajah ibunya yang bidadari itu.

Mengapa kemudian Joko Tarub (Ki Ageng Tarub) harus membakar merang beras ketan merah di halaman? Apakah asapnya bisa mencapai Kahyangan?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Diponegoro Sebagai Pujangga, Kata Muh Yamin Babad Diponegoro Merupakan Karangan Jiwa yang Bernyanyi

Lalu siapa anak Raja Majapahit yang akan dinikahkan dengan Nawangsih itu? Babad Tanah Jawi menyebut anak itu bernama Bondan Kejawan, tetapi Diponegoro menyebut namanya sebagai Bondan Surati.

Diponegoro menulis, Bondan Surati kelak akan menurunkan raja-raja di Tanah Jawa. “Semua raja yang turun-temurun menguasai tanah Jawa, tidak lain keturunan Raden Bondan Surati.

Oleh Raja Majapahit, ia kemudian diserahkan kepada Ki Ageng Tarub yang tinggal di wilayah Grobogan. “Masa bodoh terserah kepadamu, ajarilah ia bertapa dan jika telah sampai di tempat tingglmu, jodohkanlah dengan anakmu. Aku percaya kepadamu,” ujar Raja Majapahit kepada Ki Ageng Tarub.

Raja Majapahit kemudian juga menyerahkan keris bernama Ki Gunung Geni sebagai tanda pengenal untuk Bondan Surati. Ki Ageng Tarub lalu mengangkat Bondan SUrati sebagai anak.

Dewi Nawangsih, anak Ki Ageng Tarub dengan Dewi Nawangwulan, merasa gembira ketika Bondan SUrati dikenalkan sebagai kakaknya. Maka, Nawangsih pun bertanya, “Kakak, di manakah kakak semala ini?”

Oohya! Baca juga ya:

BSN Bicara Soal UMKM dan Carbon Capture Storage yang Disinggung Gibran di Debat Cawapres

Bondan Surati menjawab ia mengabdi pada Raja Majapahit. Maka, Nawangsih pun meminta agar Bondan Surati tidak usah kembali ke Majapahit, agar ada yang membantu dirinya menuntaskan pekerjaan di rumah.

Lalu, Bondan menjawab, “Jika aku tidak pulang, siapa gerangan yang akan memberi makan aku?” Karena selama di Desa Tarub di Grobogan itu Bondan juga akan diberi makan oleh Ki Ageng Tarub, maka Bondan pun menjawab, “Jika begitu, baiklah adikku, aku tidak akan pulang.”

Nawangsih senang. “Ki Ageng Tarub tersenyum melihat tingkah laku putrinya itu,” tulis Diponegoro yang diterjemahkan oleh Amen Budiman.

Selama di Grobogan, Bondan Surati membantu Ki Ageng Tarub mengerjakan ladang padi gogo. Nawangsih mengirimkan makan siang ke ladang untuk makan mereka berdua setelah setengah hari bekerja di ladang.

Setelah mereka remaja, Ki Ageng Tarub menjelaskan kepada Nawangsih bahwa Bondan Surati sebenarnya adalah anak Raja Majapahit, bukan pembantu yang mengabdi kepada raja. Ia diminta oleh Raja untuk menjodohkannya dengan Nawangsih.

Cerita yang disampaikan oleh Diponegoro berbeda dengan yang disampaikan Babad Tanah Jawi. Diponegoro menceritakan detail hubungan asmara Bondan Surati dan Nawangsih.

Oohya! Baca juga ya:

Cerita Muslim Baduy Luar, Naik Haji karena tak Ingin Jadi Harimau

Termasuk detail bercerita ketika terjadi kesalahpahaman di antara keduanya. Seperti halnya kesalahpahaman cinta remaja anak zaman sekarang.

Demikian pula ada detail cerita ungkapan hati Bondan Surati yang sedang mabuk kepayang kepada Nawangsih. “Aduh masmirah pujaan hatiku, siapakah gerangan yang memiliki gusti, Gusti Nawangsih orang yang kuning, yang bisa menerbitkan renjana, kecuali abdi gusti, Bondan Surati,” kata Bondan Surati, seperti yang diceritakan Diponegoro.

Bondan Surati sering banyak tinggal di ladang di hutan. Tinggal terpisah dari Nawangsih.

Ketika Bondan Surati sedang mabuk kepayang ini, Bondan belum menyadari jika dirinya adalah putra Raja Majapahit. Jadi masih menganggap dirinya sebagai orang yang mengabdi pada Ki Ageng Tarub, serta belum tahu jika dirinya akan dijodohkan dengan Nawangsih.

Ki Ageng Tarub kemudian mempertemukan keduanya, dan menyatakan akan menikahkan mereka berdua. Naangsih yang sebelumnya sudah diberi tahu, lalu menjawab, “Ya Ayah, terserah kehendak Ayah, hamba sekadar melakuannya.”

Oohya! Baca juga ya:

Kawah Lumpur Kesongo adalah Mulut Anak Aji Saka yang Bertapa Mangap

Namun, untuk melakukan acara pernikahan, Nawangsih mengajukan syarat kepada Ki Ageng Tarub.Mengundang ibu Nawangsih, agar juga hadir di acara pernikahan.

Ki Ageng Tarub sedih karenanya. Sebab ibu Nawangsih, Dewi Nawangwulan, sudah pulang ke Kahyangan, meninggalkan mereka sejak Nawangsih bayi.

Joko Tarub (Ki AgengTarub) ingat pesan Nawangwulan sebelum pulang ke Kahyangan. Saat itu Nawnagwulan meminta, kelak jika Nawangsih akan menikah, ia minta diundang karena ingin melihat calon suami anaknya.

Maka, ia pun teringat cara memanggil istrinya itu yang dulu sering ia lakukan ketika bayi Nawangsih menangis. Maka ia kemudian memakar merang beras ketan merah di halaman lalu berdoa.

Asap merang ketan merah itu sampai di Kahyangan. “Suamiku pasti mengundangku. Barangkali putriku telah mendapatkan jodoh,” kata Nawangwulan di Kahyangan.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
Babad Dipanegara Jilid 1 karya Pangeran Diponegoro, diterjemahkan oleh Amen Budiman (1980)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
oohya.republika@gmail.com

Berita Terkait

Image

Kisah Organisasi Garong Diteriaki Sebagai Perampok

Image

Usia Grobogan Hampir 3 Abad, Ini Asal Usul Nama Daerah Tempat Anak Raja Majapahit Dibuang

Image

Tak Ada Pahlawan Lokal Jadi Monumen di Grobogan, Kenapa?