Kawah Lumpur Kesongo adalah Mulut Anak Aji Saka yang Bertapa Mangap
Kawah lumpur kesongo, menurut legenda, merupakan mulut naga Joko Linglung, anak Aii Saka, raja Medang Kamulan.
Menurut legenda, Kesongo adalah oro-oro (sabana) tempat Joko Linglung bertapa dengan mulut menganga (mangap). Joko Linglung adalah seekor naga, anak Aji Saka, raja Medang Kamulan.
Sebelum dihukum bertapa mangap, Joko LInglung mendapat ujian dari Aji Saka bertanding dengan Bajul Putih yang ada di Laut Selatan. Pulang dari Laut Selatan ia memaai jalan bawah tanah. Karena tak tahu arah, ia sering menyembul ke permukaan. Bekas-bekas sembulannya itulah yang membentuk kawah, antara lain di Jono, Kuwu, dan terakhir di Kesongo.
Ia cukup lama bertapa, sehingga mulut mangap itu akirnya mirip gua karena di sekelilingnya sudah ditumbuhi semak belukar. Suatu hari, ada 10 anak penggembala sedang menggembalakan kambingnya di oro-oro (sabana) itu. Saat itu hari hujan, sehingga mereka berteduh ke dalam gua. Salah satu anak mempunyai penyakit kudis yang parah, sehingga sangat bau setelah terkena air hujan. Sembilan anak lainnya mengusirnya agar keluar dari gua.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Di luar gua, penggembala kudisan itu iseng mencari kayu bakar. Ia lihat ada batang kayu, yang ia piker bisa ia bawa pulang. Dengan parangnya, ia potong kayu yang tergeletak itu. Di bagian yang ia porong, kayu itu mengeluarkan nanah, sehingga ia terkejut dan lari ke mulut gua untuk memberi tahu teman-temannya.
Tapi ia tak bisa menemukan mulut gua. Rupanya, yang ia potong itu bagian ekor naga. Begitu merasa terluka, naga Joko LInglung mengatupkan mulutnya. Lenyaplah rupa gua yang tercipta dari mulut naga yang mengaga itu.
Penggembala kudisan pulang ke kampung dan melapor kepada orang tua. Sembilan (songo) anak yang hilang ditelan naga itulah yang kemudian diabadikan sebagai nama oro-oro itu: Kesongo. Itulah asal-usul nama Kesongo.
