Kendeng

Pejabat Berdebat Soal Irigasi di Grobogan, Apakah Penduduk Puas dengan Makan Singkong?

Singkong pernah menjadi makanan pokok pengganti beras di Grobogan ketika terjadi gagal panen padi.

Tarik-ulur pembangunan irigasi di Grobogan, membuat Java-Bode menurunkan tulisan berjudul: Hati Nurani yang Terbuat dari Emas. Menurut De Locomotief, Java-Bode menurunkan tulisan itu pada 1901 setelah membaca laporan betapa menyedihkannya situasi saat kekeringan di Grobogan dan Demak.

Java-Bode mendorong rencana bertahun-tahun mengenai irigasi di Grobogan agar segera direalisasikan. De Locomotief pun menyoroti kondisi di Grobogan dan Demak.

“Meskipun banyak yang telah dilakukan akhir-akhir ini untuk membantu masyarakat miskin sampai batas tertentu, seperti yang dilaporkan De Locomotief, hal ini hanya mencegah terulangnya situasi tahun 1849,” tulis De Locomotief.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya: Bencana Kelaparan Membuat Penduduk Grobogan Tinggal 9.000 Jiwa, Ini yang Dilakukan Gubernur Jenderal

Pada 1893 proyek itu mulai dijalankan, tetapi kemudian juga berhenti di tengah jalan. Proyek irigasi di Grobogan sangat bergantung pasang-surut teriakan masyarakat Grobogan yang sedang kelaparan.

Jika teriakannya sampai di telinga Gubernur Jenderal Hindia-Belanda, maka para pejabat bersemangat membuat rencana. Tapi setelah teriakan meredup, meredup pula pembahasan proyek itu.

Pada 1877, proyek awal irigasi di Grobogan sudah dimulai. Namun di tahun-tahun berikutnya tidak berlanjut dan catatan lapangan mengenai rencana itu juga tidak ada jejaknya. Namun ganti pejabat, rencana itu berubah.

Oohya! Baca juga ya: Kemarau Panjang Tanah Retak Bisa Didongkel, Hati Bangsa yang Retak Hendak Diapakan?

Pada 1891, proyek irigasi dianggap sebagai hal yang perlu dilakukan. Alasannya, penduduk Grobogan selalu mengalami kesulitan pangan ketika musim kemarau tiba.

Namun, harus dimulai dari awal lagi karena catatan-catatan sebelumnya sudah tidak ada. Pada 1893, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Van der Wijk menyetujui rencana itu.

Lagi-lagi, proyek ini kemudian meredup lagi. Kondisi di Grobogan dianggap tidak mengkhawatirkan ketika penduduk tidak lagi berteriak menuntut adanya irigasi.

Oohya! Baca juga ya: Seharusnya Menyesal Jika Belum Sempat Berkunjung ke Air Terjun di Teluk Nusalasi yang Ada di Fakfak Ini

Sawah seluas 21 ribu bau di Grobogan bisa diairi dari irigasi berbiaya tiga juta gulden. Satu bau sekitar 7.000 meter persegi. Anggaran ini dianggap tidak sebanding dengan areal yang akan diairi.

Anggaran tiga juta gulden itu dianggap terlalu besar untuk melindungi penduduk Grobogan dari kelaparan. Tentu saja, ini ditentang oleh Direktur Pekerjaan Umum Sipil Van Houten.

Van Houtenlah yang pada 1893 memasukkan proyek ini dalam rencana umum setelah mendapat persetujuan dari Gubernur Jenderal. Kata Van Houten, jika irigasi tidak dianggap perlu di Grobogan, maka irigasi juga tidak diperlukan di daerah lain.

Ketika panen padi gagal karena musim kemarau yang berkepanjangan, penduduk Grobogan tak cukup hanya diberi singkong. Pemerintah selalu mengandalkan singkong ketika penduduk mengalami gagal panen padi.

Ketika penduduk kesulitan pangan, pejabat pemerintah selalu siaga memberikan anjuran agar mereka mengonsumsi singkong. Baru-baru ini kita juga mendengar kalimat serupa dari Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian ya.

Tito melontarkan hal itu ketika harga beras sedang melambung. Tito pada 3 Oktober 2023 meminta masyarakat mengonsumsi jagung, singkong, keladi, ubi, sagu.

Oohya! Baca juga ya: Begini Suasana di Grobogan Ketika Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Datang Berkunjung

Singkong pernah jaya pada masanya. Pada 1901 bahkan ada orang Belanda yang membeli tanah seluas dua bau di Srondol, Semarang, dengan harga 130 gulden.

Lalu ia tanami singkong. Dari panen singkong, ia mendapatkan 220 gulden. Ia juga menjual stek singkong seharga satu sen per stek. Dalam jumlah yang besar, stek singkong dikirim dari Srondol ke Grobogan.

Ketika beras langka, singkong menjadi makanan pengganti. Banyak yang menjual dalam bentuk tepung. Singkong atau tepung tapioka dianggap sebagai yang terbaik untuk menggantikan beras.

Oohya! Baca juga ya: Begini Pidato yang tak Terucap dari Bupati Grobogan Ketika Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Batal Berkunjung

Tapi, kondisinya tak selalu menguntungkan. Pada November 1900, harga beras jenis kedua aja sudah mencapai 7,5 gulden per pikul. Ketika harus beralih ke singkong dan jagung, persediaan singkong juga terbatas.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- De Locomotief, 16 Oktober 1900, 10 November 1900, 8 Oktober 1901
- Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie, 16 Desember 1901

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Di Grobogan Ada Tanah yang oleh Raffles Dihadiahkan kepada Pakualam