Lincak

Kenapa Bahlil Lahadalia Hormat ke Makam Penangkap Diponegoro?

Pada kunjungan keranya ke Minahasa, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menyempatkan berziarah dan beri hormat ke makam anggota pasukan bantuan penangkap Diponegoro, yang dikenal sebagai kakek buyut Presiden Prabowo Subianto dari garis ibu. Sumber: antara/republika

Pada 1823, Toluliu Hermanus Willem Dotulong menjadi hukum besar Sonder di Minahasa di usianya yang ke-28. “Sikap tegas, semangat, dan keterampilannya yang luar biasa menjadi alasan mengapa Yang Mulia Gubernur Jenderal Van der Capellen, dalam kunjungannya ke Minahasa pada tahun 1824, menyampaikan rasa puasnya kepada Hukum Besar Sonder,” tulis Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie edisi 6 September 1939.

Residen Manado periode 1826-1827, Daniel Francois Willem Pietermaat, sering mengajak diskusi Dotulong mengenai berbagai persoalan. Termasuk masalah derita Belanda akibat Perang Diponegoro di Jawa.

Dotulong --yang diberi pangkat Mayor setelah menyelesaikan konflik orang-orang Minahasa di Ternate, menawarkan bantuan membawa pasukan bantuan ke Jawa. Ia kumpulkan sendiri anggota pasukannya, mencapai 1.600 orang untuk berangkat ke Jawa, termasuk di antaranya adalah Benjamin Thomas Sigar yang kelak dikenal sebagai kakek buyut Presiden Prabowo Subianto dari pihak ibu, yang makamnya di Minahasa diziarahi dan diberi sikap hormat oleh Menteri ESDM Bahlil Lahadalia pada Rabu (29/10/2025).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

“Dipimpin oleh seorang pria yang diberkahi keberanian, keteguhan hati, dan kebijaksanaan yang luar biasa, seorang pria yang selalu tahu bagaimana memimpin pengikutnya dalam menghadapi bahaya terbesar, pasukan bantuan terbukti sangat berguna dalam operasi militer melawan Diponegoro,” tulis koran Belanda itu.

Tak hanya sampai di situ pujian koran Belanda itu. “Bahkan menjadi jelas bahwa Diponegoro hanya ingin menyerah kepada pasukan bantuan Minahasa. Penyerahan diri tersebut terjadi pada tanggal 27 Maret 1830,” lanjut Het Nieuws van den Dag voor Nederlandsch-Indie.

“Setelah penangkapannya,” lanjut koranBelanda itu, “Diponegoro berulang kali mengungkapkan kekagumannya atas keberanian Mayor Sonder. Ia menerima Medali Emas untuk aksi militer yang signifikan dan Pedang Kehormatan Emas dari pemerintah.”

Dotulong kemudian dianugerahi pangkat Mayor Besar. Menurut Javabode edisi 13 Oktober 1886, Dotulong mendapat gaji 900 gulden per tahun.

EAA de Vreede, pendeta Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM) pada 1935 menulis, ada dua surat permintaan dari dan ke Minahasa pada 1828-1829. Surat pertama dari Batavia lewat Residen Manado meminta orang-orang kuat pilihan untuk menjadi pasukan bantuan yang akan dikirim ke Perang Jawa.

Surat kedua dari Pendeta Manado GJ Hellendoorn kepada Nederlandsch Zendeling Genootschap meminta bantuan untuk mewartakan Injil kepada orang-orang Minahasa. “Kedua permohonan tersebut dikabulkan,” tulis Vreede di “De Uitgoei van het Zendingswerk in de Minahassa tot de Huidige Kerk”.

Dari Minahasa dikirim para kapten dan letnan: Dotulong, Palar, Supit, Sigar, Kumelantang, Mangulu, dan Mandagi berangkat ke Jawa bersama pasukannya. Dari Belanda dikirim misionaris Riedel dan Schwarz berangkat ke Manado.

“Maka dimulailah kontak intensif antara Belanda dan orang Minahasa,” tulis Vreede. Vreede menyebut hal ini sebagai perpaduan yang luar biasa: Bunyi senjata dan bunyi lonceng gereja.

“Namun, tak hanya luar biasa dan mengagumkan. Ini juga melambangkan pemahaman sejati tentang apa yang hidup dalam diri orang Minahasa. Pertama dan terutama, ada kesadaran yang membanggakan bahwa orang Minahasa dapat mengabdi kepada Belanda dalam memerintah kekaisaran di Hindia. [...] Ada kesetiaan bak prajurit kepada otoritas Belanda dan kerinduan tersembunyi akan nilai-nilai spiritual yang mendasarinya,” puji Vreede.

Berita Terkait

Image

Cucu Diponegoro Jadi Kecu, Teruskan Perlawanan

Image

Senyum Karier Para Pangeran Setelah Diponegoro Ditangkap

Image

Perempuan Perkasa di Medan Perang Jawa di Grobogan

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com