Lincak

IKN, Lukisan, dan Transmigrasi Zaman Uang Mahal

Salah satu lukisan Yos Suprapto yang tidak boleh dipamerkan pada Desember 2024 d Galeri Nasional, menyentil IKN yang akan segera ditempati ASN. Pada zaman uang mahal, transmigrasi dilakukan untuk memindah orang Jawa ke Kutai. Sumber: republika

MenPANRB telah memastikan, ASN secara bertahap akan pindah ke IKN mulai Januari 2025. Perpindahan ASN dari Jawa ke IKN di Kalimantan ini seperti laiiknya transmigrasi tahun 1936, meminndah orang Jawa ke Kutai saat uang mahal.

IKN pekan-pekan ini ikut disorot lagi, karena menjadi objek lukisan Yos Suprapto yang batal dipamerkan di Galeri Nasional. Dari lima lukisan Yos Suprapto yang tidak disetujui kurator, ada tiga yang menyentil IKN.

Pertama lukisan yang menampilkan lansekap IKN dengan kursi merah dan Istana Burung Garuda yang menjelma menjadi burung terbang berwarna kuning keemasan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Kedua, lukisan Jokowi menuntun banteng merah dengan latar belakang Istana Negara di IKN.

Ketiga, Sosok telanjang bulat terlihat punggung mengenakan mahkota mirip mahkota Mataram, dengan latar belakang Istana Burung Garuda IKN. Kerumuman orang telanjang sedang berusaha menjilat pantat sosok telanjang itu.

Secara bertahap, IKN akan ditempati ASN sejak Januari 2024. Selain itu, Presiden Prabowo juga merencanakan akan berkantor di IKN sejak 2028, artinya ibu kota negara Indonesia pada 2028 itu pindah ke ibu kota Nusantara.

IKN dlberada di Penajam, yang di masa lalu masuk wilayah Kerajaan Kutai. Pada 1936, banyak daerah sedang susah anggaran, sehingga harus melakukan penghematan, sehingga disebut zamal mahal uang (dhueit larang).

Probolinggo, misalnya, memiliki sisa anggaran 1934 untuk 1935 hanya 37.488 gulden. Pekalongan memiliki saldo sekitar 60 ribu gulden.

Di Demak, desa-desa mengumpulkan uang lalu secara kolektif disimpan di bank. Jumlahnya mencapai satu juta gulden.

Lantas, ide mengirim penduduk Jawa ke Kalimantan pun muncul. Kutai menjadi tujuan, karena Kutai dianggap memliki kaitan dengan Jawa.

Batara Agung Maharaja Dewa Sakti, raja Kutai pertama, disebut Locomotief berkunjung ke Majapahit setahun sekali. Dulu, Kutai dikenal sebagai Nusentara (Nusantara). Menurut //Locomotief//, itu diartikan sebagai “tanah yang terpotong”.

Penyebutan itu menurut sudut pandang Majapahit. Bukan menurut sudut pandang Kutai.

SW Tromp yang menulis //Uit de Salasila van Koetei// pada 1888, menyebut Nusentara untuk nama Kutai berdasarkan sastra lisan. Tapi menurut Constantinus Alting Mees yang menulis //De Kroniek van Koetai// pada 1935, sebutan Nusentara/Nusantara tak hanya untuk merujuk Kutai, melainkan juga untuk Pulau Kalimantan secara keseluruhan.

Nusantara dari “nusa antara” diartikan sebagai “pulau tengah”. Sebutan “pulau Tengah” ini tentu dianggap hanya cocok disematkan kepada Kalimantan.

Berita Terkait

Image

Pameran Lukisan Yos Suprapto dan Desember Hitam 1974, Protes Seniman Muda

Image

A Frame of Java, Eks Karyawan Republika Ikut Pameran Lukisan Kopi di Brasil

Image

Inovasi Putra Dayak di Ibu Kota Nusantara (IKN) Ini Disebut Teh Bawang Dayak, Harganya Lebih Mahal dari Batu Bara

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com