Oligarki Gagal Kuasai Jakarta Lewat Pilkada, Dulu Portugis Gagal Mendarat di Sunda Kelapa
Demak dengar kabar Portugis akan kuasai Sunda Kelapa. Itu Sebabnya, Sultan Demak Trenggono mengirim Hasanudin beserta 2.000 prajurit Cirebon menyerbu Sunda Kelapa setelah berhasil merebut Banten.
Portugis telah mengirim kapal dari Malaka ke Sunda Kelapa. Tapi, Portugis yang sudah membuat perjanjian dengan Pajajaran itu gagal mendarat di Sunda Kelapa, seperti halnya Ridwan Kamil dan Suswono beserta 12 partai pendukung yang gagal kuasai Jakarta.
Ada 3.489.614 pemilih yang tidak menggunakan suaranya alias golput. Ada 363.764 pemilih yang datang di TPS untuk memutuskan agar suaranya menjadi tidak sah.
Saat Portugis mengirim armada ke Sunda Kelapa pada 1527 untuk merealisasikan janji yang diberikan kepada Pajajaran, ada 300 orang yang menumpang lima kapal. Mereka dipimpin oleh Fransisco de Sa dan Duaerte Coelho.
“Ekspedisi Portugis itu hancur; armadanya terbelah karena sebuah badai dan Coelho bisa sampai Sunda Kelapa hanya dengan tiga kapal,” tulis Paul Michel Munoz di buku Kerajaan-Kerajaan Awal di Kepulauan Indonesia dan Semenanjung Malaysia.
Ketika salah satu kapalnya mendarat di Sunda Kelapa, prajurit Hasanudin menggempurnya. Ketika Frasico de Sa tiba di perairan Sunda Kepala, Coelho mengajaknya berembuk.
Keputusannya, mereka memilih balik ke Malaka. Armada mereka tak cukup kuat untuk berperang melawan pasukan Hasanudin.
Maka, Portugis tidak jadi memfasilitasi Pakuan untuk menjual komoditas ke Malaka lewat Sunda Kelapa. Pakuan merupakan ibu kota Kerajaan Pajajaran di pedalaman.
Portugis sudah menjalin hubungan dengan Pajajaran. Sebelum Banten dikuasai oleh Demak pada 1527, Banten dikuasai oleh Pajajaran.
“Komoditas utama kerajaan itu adalah lada, budak, asam jawa, dan tekstil. Perdagangan dilakukan melalui berbagai bandar, dengan bandar yang terbesar adalah Sunda Kelapa,” tulis Paul Michel Munoz.
Selain Sunda Kelapa, Pajajaran juga memanfaatkan Banten sebagai bandar untuk perdagangan. Pada awal abad ke-15, lanjut Paul Michel Munoz, Raja Pajajaran menaklukkan Banten.
Perdagangan kemudian dipindahkan dari Banten ke Sunda Kelapa. Karena Banten dan Sunda Kelapa dikuasai Demak, maka Portugis menunda realisasi perjanjiannya dengan Pajajaran.
“Jangan tertipu oleh janji yang muluk-muluk, karena setiap janji yang muluk-muluk, kadang-kadang hanyalah buat membujuk supaya kita menyerahkan leher kita untuk disembelih,” tulis Hamka, mengenai dendam masyarakat Minangkabau di Batipuh terhadap Belanda yang licik dan penipu.
Hamka menuliskan hal itu di buku Dari Perbendaharaan Lama. Pemimpin Batipuh, Datuk Pamuncak, ditangkap Belanda dan di buang ke Batavia (Sunda Kelapa) pada 1841.
Kekalahan Ridwan Kamil dan Suswono bersama 12 partai pendukungnya di Pilkada DKI Jakarta 2024 memperlihatkan bahwa rakyat Jakarta sudah muak dengan janji muluk-muluk. Mereka tak mau menyerahkan lehernya untuk disembelih oligarki.