Kendeng

Ini Bukti Gunung Muria Dulu Dipisah Selat dari Pulau Jawa

Dulu, Selat Muria memisahkan Gunung Muria dari Pulau Jawa. Peta di atas digubah dari peta Rein van Bemmelen yang menyusun buku The Geology of Indonesia (1970), memperlihatkan wilayah berwarna putih yang diduga sebagai laut purba. Selat Muria cukup luas, setelah pendangkalan memunculkan wilayah yang sekarang jadi wilayah Kabupaten Kudus, Pati, dan Rembang. Sumber: buku benantara

Pegunungan Kendeng dikenal sebagai penghasil kayu jati yang berkualitas sebagai bahan kapal jung. “Kawasan Selat Muria telah lama dikenal memiliki galangan kapal Jung Jawa,” tulis Ahmad Buchori Masruri di buku Benantara.

Dulu, lanjut Achmat Buchori Masruri, Pegunungan Kendeng berada di wilayah pesisir utara Pulau Jawa, berhadapan dengan pesisir selatan Pulau Muria. Keduanya dipisah oleh selat yang bernama Selat Muria.

Di Pulau Muria ada Gunung Muria, di bagian selatan ada Perbukitan Patiayam. “Daerah Patiayam secara stratigrafis memiliki enam litologi utama yang merupakan produk sedimentasi maupun hasil aktivitas vulkanik Gunung Muria,” kata Ahmad Buchori Masruri.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Ahmad Buchori Masruri menyebut, di Semenanjung Muria terdapat tiga gunung api maar. Yaitu Maar Bambang, Maar Gunungrowo, dan Maar Gembong.

Gunung api maar terbentuk akibat letusan di bawah permukaan air. “Maar tersebut merupakan hasil erupsi gunung api monogenesis sebagai produk interaksi antara sumber panas (magma) dan air bawah permukaan dan batuan dasar karbonat,” jelas alumnus Pendidikan Sejarah UNS itu.

Di masa lalu, Selat Muria berfungsi sebagai tempat pengumpulan komoditas yang didapat dari Pulau Muria dan dari Pegunungan Kendeng di Pulau Jawa. Demak dan Jepara berada di barat daya Pulau Muria dan menjadi pelabuhan utama.

Dari pelabuhan ini, komoditas dibawa ke berbagai negeri, hingga ke Malaka. “Kapal dagang milik orang Jawa menguasai jalur rempah yang sangat vital (Maluku, Jawa, Malaka),” kata Ahmad Buchori Masruri.

Oleh karena itu, orang Jawa ada banyak di Malaka. Baik sebagai saudagar maupun sebagai nakhoda kapal.

Banyak pula tukang kayu dari Jawa di Malaka. Mereka terampil membangun galangan kapal.

Tapi Selat Muria kemudian mengalami pendangkalan. Endapan fluvio-marin dari berbagai sungai di Jawa terkumpul di Selat Muria.

“Fluvial adalah istilah yang merujuk pada proses yang terkait dengan sungai dan aliran serta endapan dan bentang alam yang dihasilkan,” jelas Achmad Buchori Masruri.

Pada 1650-an, Selat Muria sudah tidak bisa dilalui kapal besar. Mengutip laporan tahun 1656-1657, Ahmad Buchori Masruri menyebut, Tumenggung Natairnawa mengusulkan diadakannya pengerukan pada 1657.

Pendangkalan Selat Muria itu telah memunculkan wilayah baru. Sekarang menjadi wilayah Kabupaten Kudus, Pati, dan Rembang.

VOC yang sudah berkuasa di Tanah Jawa mendapat izin dari Mataram membangun galangan kapal di Rembang. Itu terjadi pada 1677.

Kayu jati dari Rembang, Blora, dan Grobogan dibawa ke galangan untuk dibuat menjadi kapal. VOC mempekerjakan orang Kalang yang sudah lama dikenal sebagai terampil mengolah kayu.

Berita Terkait

Image

Beberapa Kiai Ini Dikenal Sebagai Penyebar Injil di Jawa

Image

20 Ribu Keluarga Asia Gantikan 20 Ribu Keluarga Romawi di Jawa, Habis Jugakah Mereka?

Image

20 Ribu Keluarga Romawi Dikirim ke Jawa Tersisa 20 Keluarga, Kenapa?

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image

oohya.republika@gmail.com