Sumpah Pemuda dan Asumsi Keliru tentang Tokoh Betawi Rochjani Soeoed
Oleh Priyantono Oemar, Bergiat di Komunitas Jejak Republik
Pekan-pekan ini muncul tulisan-tulisan mengenai peran Rochjani Soe’oed di dalam Kongres Pemuda Indonesia II. Tulisan-tulisan itu menyebut ada keterlibatan tokoh Betawi itu (Rochjani Soe’oed) dalam penyusunan naskah Sumpah Pemuda.
Dari asumsi yang muncul pada saat diskusi buku M Rochjani Soe’oed dari Betawi untuk Indonesia (karya wartawan Lahyanto Nadie), Historia.id menulis: “Sebagai Pembantu V, Rochjani berperan dalam rangkaian kongres Sumpah Pemuda tersebut. Mulai dari mempersiapkan naskah Sumpah Pemuda, menyampaikan pidato dalam sidang, memimpin sidang, hingga menandatangani putusan kongres.”
Selanjutnya Historia.id mengutip N Syamsuddin Ch Haesy yang melontarkan asumsi bahwa Rochjani berada di balik konsep Sumpah Pemuda. Asumsi itu dilontarkan berdasarkan karakter tokoh Betawi itu yang tidak suka menonjolkan diri, sehingga melekat padanya image konseptor.
Lebih lanjut, Historia menulis:
Tipikal konseptor identik dengan seoranh pemikir yang merenungkan sesuatu, kemudian merefleksikannya ke dalam teks dan sebagainya. Pendapat ini diungkap Syamsuddin mengacu pula pada profesi hakim yang digeluti oleh Rochjani.
“Seorang hakim bukan hanya memiliki suatu kepandaian untuk menyeimbangkan nalar, naluri, rasa, dan indria dia, akan tetapi juga menuangkan alasan-alasan yang kuat sebelum mengetukkan palu. Sehingga saya berkeyakinan sekali orang dibalik naskah Sumpah Pemuda itu adalah beliau,” imbuh Syam.
Di antara tokoh-tokoh yang memberikan kesaksian mengenai Sumpah Pemuda di buku 45 Tahun Sumpah Pemuda, hanya Rochjani Soe’oed yang menulis pendek kesaksiannya. Hanya tujuh paragraf, dalam judul “Sejarah Berdirinya Pemuda Kaum Betawi”.
Saat ia menjadi Pembantu V di kepanitiaan Kongres Pemuda II, Rochjani Soe’oed menjabat sekretaris Pemoeda Kaoem Betawi. “Karena memang sesuai dengan keadaan, pada waktu itu Pemuda Kaum Betawi setelah menerima undangan dari Panitia Kongres Pemuda yang kedua dalam rapat anggotanya yang diadakan khusus untuk itu, memutuskan menyetujui Kongres Pemuda II, dan akan turut aktif,” tulis Rochjani.
Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa setelah Kongres Pemuda II, anggota Pemoeda Kaoem Betawi yang masih remaja disarankan untuk bergabung dengan organisasi yang lebih besar, seperti Pemuda Indonesia dan Jong Java. Sedangkan anggota yang sudah dewasa, kata Rochjani, “Memusatkan kegiatannya dalam Kaum Betawi.”
Sebagai Pembantu V, nama Rochjani di dalam liputan-liputan media tentang Kongres Pemuda II hanya disebut di dalam susunan kepanitiaan. Tak ada laporan mengenai keterlibatan Rochjani memimpin sidang di hari kedua.
Tak ada pula cerita Rochjani terlibat dalam penyusunan naskah Sumpah Pemuda. Pun tak ada nama dia di daftar tokoh-tokoh yang menjadi pembicara kongres.
Kongres Pemuda dibuka pada Sabtu malam, 27 Oktober 1928 di gedung Katholieke Jongenlingen Bond, mulai pukul 19.30. Soegondo selaku ketua panitia membuka acara, lalu memimpin rapat. Pada Ahad pagi, rapat diadakan di gedung bioskop Oost Java.
Rapat baru dimulai pada 08.20, dibuka oleh Wakil Ketua Panitia Kongres Djokomarsaid. Djokomarsaid memimpin rapat karena Soegondo belum datang.
“Voorzitter tidak bisa pimpin ini rapat sebab ada halangan yang penting,” tulis Darmokondo. Setelah Soegondo datang, Djokomarsaid menyerahkan pimpinan rapat kepada Soegondo.
Rapat ketiga dilakukan pada Ahad malam di Kramat 106. Lagi-lagi Soegondo yang memimpin rapat.