Sekapur Sirih

Prabowo Ingin Swasembada Pangan. Berani Tiru Orang Dayak dan Orang Papua?

Perempuan Dayak Meratus sedang memanen padi. Padi disimpan di lumbung, tidak boleh dijual. Begitulah mereka melakukan swasembada pangan, tidak bergantung pada pemerintah. Sumber:priyantono oemar

Pada pidato pelantikannya, Presiden Prabowo Subianto menargetkan swasembada pangan paling lambat 4-5 tahun. Ia mengaku sudah berdiskusi dengan para pakar, tetapi tidak mengungkapkan langkah-langkah yang akan segera dilakukan.

Perlu meniru orang Dayak dan Papua, yang mampu melakukan swasembada pangan lewat kesadaran diri. Bukan lewat program paksa dari pemerintah.

Orang Indonesia makan nasi sebanyak 130-140 kg per tahun, masih kalah jauh dengan konsumsi orang Uni Emirat Arab yang mencapai 202,5 kg per tahun. Tapi, produksi padi Indonesia ternyata belum mencukupi, sehingga harus selalu impor.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Orang Amerika Serikat hanya makan nasi sebanyak 0,9 kg per tahun. Tapi, bukan berarti mereka tak bisa menanam padi. Buktinya, menurut Whole Grains Council, Amerika adalah pengekspor beras keempat, setelah Thailand, Vietnam, dan India.

Padi di Amerika ditanam di Arkansas, California, Louisiana, Texas, Mississippi, dan Missouri. ‘’Hampir separuh hasil panen padi di Amerika Serikat diekspor ke lebih dari 100 negara,’’ tulis Whole Grains Council.

Konsumsi beras di Amerika itu, sangat jauh jumlahnya dibandingkan dengan konsumsi di Indonesia. Di dunia ini, lebih satu miliar orang terlibat menanam padi dan Indonesia termasuk produsen terbesar di dunia.

Bagaimana mungkin Amerika yang bukan pengonsumsi padi, mau menanam padi untuk kebutuhan negara lain? Seharusnya Indonesia juga bisa.

Papua sudah barang tentu memiliki ketahanan pangan yang luar biasa dari umbi-umbian dan sagu. Tetapi mengapa ekspor sagu justru dilakukan oleh Provinsi Kepulauan Riau yang bukan pengonsumsi sagu?

Industri sagu di Kepulauan Riau sudah mengekspor tepung sagu. Ada 62 ribu hektare lahan gambut di Kabuapaten Meranti, Kepulauan Riau, yang ditanami sagu.

Menurut data Kemenko Perekonomian 2020, ekspor tepung sagu ke Jepang, Malaysia, Vietnam, India, dan Thailand, mencapai 26.600 ton pada 2019. Nilainya mencapai Rp 108,89 miliar.

Sagu semata tidak hanya ada di Maluku dan Papua. Menurut data Kemenko Perekonomian 2020, hutan sagu tersebar di 13 provinsi. Luasnya mencapai 5,5 juta hektare.

Berita Terkait

Image

Libur 40 Hari untuk Ramadhan, 30 Hari untuk Natal dan Panen, Kapan Itu?

Image

Inovasi Putra Dayak di Ibu Kota Nusantara (IKN) Ini Disebut Teh Bawang Dayak, Harganya Lebih Mahal dari Batu Bara

Image

Ada LSPro di Tanah Papua, Uji Mutu Kopi, Kakao, dan Pala tak Perlu Lagi ke Jawa