Setidaknya Ada 43 Orang dari Grobogan yang Dibuang ke Boven Digoel Setelah Pemberontakan PKI 1926
![Para interniran yang tidak mematuhi peraturan selama di kamp pembuangan di Boven Digoel, Papua, akan dimasukkan ke dalam penjara. Pada kurun 1927-1942, jumlah interniran komunis mencapai 60 persen dan nasionalis mencapai 40 persen. Di antaranya ada Hatta dan Sjahrir dari kalangan nasionalis, dan orang-orang dari Grobogan.](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/l5vm0rb7ph.jpg)
Pada mulanya, kamp interniran dibuat untuk menampung oang-orang Komunis yang melakuan pemberontakan pada 1926-1927. Tapi di kemudian hari, orang-orang nasionalis juga dibuang Belanda ke sini. Antara lain ada Hatta dan Sjahrir. Selama kurun 1927 hingga 1942, jumlah interniran di Boven Digoel mencapai 60 persen, sedangkan interniran nasionalis ada 40 persen.
Oohya! Baca juga ya:
Kabur dari Boven Digoel, Empat Interniran Ini Bertahan Hidup dengan Sagu Menembus Hutan Papua
Pojok Lincak. Kondisi Jalan Merauke-Boven Digoel Juga Rusak Pak Jokowi
Kopi Tubruk di Kamp Interniran Boven Digoel
Mas Marco dari Wilayah Pegunungan Kendeng yang Dibuang ke Boven Digoel
Pada Agustus 1928 ada 51 orang dari Jawa Tengah dibuang ke Boven Digoel. Dari 51 itu, sebanyak 43 dari Grobogan, delapan dari Semarang. Yang dari Semarang, semuanya adalah propagandis Sarekat Rakjat Baru: Pomo (40 tahun, mantan intel), Kadar (25 tahun, kuli), Jayadi (27 tahun, mandor), Markam (45 tahun, tukang celup), Wagimin (60 tahun, kebayan), Roesnian (40 tahun, sopir), Soemardi (20 tahun, tukang kayu), Ronohamidjojo alias Ralimin (42 tahun, tukang kayu).
Sedangkan yang dari Grobogan adalah:
Rogolo alias Kliwon (45 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Pelem.
Martoredjo alias Notoredjo (40 tahun), petani, pemimpin lingkaran Sarekat Rakyat Baru, dari Tahunan.
Sumodipoero alias Kasdan (30 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Truwolu.
Kromoastro alias Sariban (20 tahun) masinis, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Ngaringan.
Sastroredjo alias Tahir (35 tahun), mantan modin dan kamituwa, petani, anggota dan propagandis Sarekat Rakyat Baru, dari Ngaringan.
Tirtodikromo alias Soedaib (40 tahun), petani, anggota dan propagandis Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Karjoredjo alias Kamidin (40 tahun), mantan kepala desa, petani dan pedagang ternak, anggota dan propagandis Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Soerodikromo alias Sunti (50 tahun), mantan kamitoewa, petani, anggota Sarekat Rakjat Baru, dari Kalangdosari.
Ronopawiro alias Sariban (35 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Astrodiwirjo alias Ngaridin (30 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Ronddikromo alias Ngadiman (30 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Sikroen (30 tahun), tukang emas, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Troenokromo alias Tariman (33 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Todikrómo alias Njaman (45 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Tokromo alias Sakijo (40 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Singodikromo alias Djariman (45 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Ronogolo alias Samidin (50 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Kartoredjo alias Sagijo (40 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Soerokromo alias Sadijo (60 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Ronoredjo alias Lamin alias Pak Ngaridin (15 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Ronowidjojo alias Jadin (40 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Kalangdosari.
Soerodrono alias Malik (30 tahun), petani, anggota dan propagandis Sarekat Rakyat Baru, dari Panunggalan.
Ngodikromo alias Sombo (60 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Panunggalan.
Kromoredjo alias Maolan (45 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Panunggalan.
Soerosemito alias Latip (67 tahun), petani, pemimpin lingkaran Sarekat Rakyat Baru, dari Tuko.
Masroen alias Lapijo (30 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Tuko.
Matkasan alias Sarkam (50 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Tuko.
Pawirodikromo alias Redjo (40 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Sidorejo.
Matsari alias Pagi (27 tahun), petani, anggota dan propagandis Sarekat Rakyat Baru, dari Sidorejo.
Rokerso alias Siman (40 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Sidorejo.
Kasanngali alias Ngali (40 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Sidorejo.
Karjosemito alias Ramidin (35 tahun), petani, komisaris Sarekat Rakyat Baru, dari Tlogotirto.
Ronosentiko alias Jahman alias Pak Lawijah (50 tahun), petani, anggota Sarekat Rakat Baru, dari Tlogotirto.
Samingoen alias Sadijo (35 tahun), ketua lingkaran tani Sarekat Rakyat Baru, dari Tlogotirto.
Troenosari alias Sono alias Pak Boekari (40 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Tlogotirto.
Tjitrowarsono alias Kamidin (28 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Tlogotirto.
Asngari alias Iksan (44 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Sulursari.
Soenarjo alias Sadijo (27 tahun), petani, komisaris Sarekat Rakyat Baru, dari Sulursari.
Sukarman (24 tahun), petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Sulursari.
Mustari alias Samidin (60 tahun), mantan modin, penganggurn, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Sulursari.
Kartosedono alias Maridin (60 tahun), pedagang dan petani, anggota dan propagandis Sarekat Rakyat Baru, dari Gabus.
Bok Kartosedono alias Moenah (40 tahun), penjaga warung, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Gabus.
Widjojo alias Tarijoen (45 tahun), mantan kamituwa, petani, anggota Sarekat Rakyat Baru, dari Gabus.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
De Locomotief, 8 Agustus 1928
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/2dcba3833a408c306a7f37165f038a2a.jpeg)