Kendeng

Upacara 17 Agustus di Genangan Rob, Warga Timbulsloko Bacakan Proklamasi Mimpi-Mimpi Kami

Upacara di lokasi genangan rob di Desa Timbulsloko, Demak, Jawa Tengah, untuk memperingati Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Di upacara ini dibacakan Proklamasi Mimpi-Mimpi Kami (foto: panitia upacara timbulsloko)
Upacara di lokasi genangan rob di Desa Timbulsloko, Demak, Jawa Tengah, untuk memperingati Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Di upacara ini dibacakan Proklamasi Mimpi-Mimpi Kami (foto: panitia upacara timbulsloko)

Di ruang terbuka yang terendam rob, warga Desa Timbulsloko, Demak, mengadakan upacara 17 Agustus, Kamis (17/8/2023). Tiang bendera didirikan di lahan yang terendam rob. Jadi, pengibar bendera dan beberapa peserta upacara berbasah kaki di lokasi upacara. Sementara, warga yang lain mengikuti upacara dengan berdiri di jalan panggung di desa mereka, yang dibuat dari dari papan kayu.

Desa di Kecamatan Ayung, Demak, Jawa Tengah, ini memang berada di pesisir. Semula desa mereka merupakan daratan yang banyak difungsikan sebagai areal pesawahan. Tapi abrasi melanda pantai sejak 1995, sehingga desa mereka selalu terendam oleh rob sejak 2012. Tak pernah surut.

Di lokasi upacara 17 Auustus dipasang spanduk putih bertuliskan “Merdekakan Kami dari Krisis Iklim!” “Kami warga Timbulsloko, Demak. Kami juga ingin hidup tenang, damai dan sehat. Segala bentuk, hal-hal dan upaya pengrusakan terhadap tempat hidup kami harus dihentikan. Kami juga berhak untuk hidup baik dan sehat,” ujar Imam, perwakilan warga Timbulsloko dalam rilisnya, Kamis (17/8/2023).

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Suasana upacarawarga pesisir Demak, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung. Rob telah menggenangi Timbulsloko sejak 2012 (foto: panitia upacara timbulsloko).
Suasana upacarawarga pesisir Demak, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung. Rob telah menggenangi Timbulsloko sejak 2012 (foto: panitia upacara timbulsloko).

Saat upacara, warga membentangkan bendera merah putih sepanjang 30 meter. Ridho, juga perwakilan warga Timbulsloko, bercerita, warga Timbulsloko pada awalnya hidup bertani. Tanahnya subur, sehingga ada beberapa warga dari desa lain pindah untuk bertani di Timbulsloko.

“Tapi, kami masyarakat kecil yang harus menelan pahit akibat dari krisis iklim. Seharusnya merdeka juga berarti selamat dan sejahtera. Selamat dari krisis iklim seperti banjir rob, selamat dari kesulitan ekonomi karena sumber daya kami rusak dan habis,” ujar Ridho.

Menurut Ridho, warga Timbulsloko ingin ikut merasakan “yang namanya benar-benar merdeka”. “Maka kami minta, merdekakan kami dari krisis iklim,” tegas Ridho.

Proklamasi Mimpi-Mimpi Warga Timbulsloko:

Kami warga Timbulsloko, Demak. Kami juga ingin hidup tenang, damai dan sehat.

Segala bentuk, hal-hal dan upaya pengrusakan terhadap tempat hidup kami harus dihentikan. Kami juga berhak untuk hidup baik dan sehat.

Dengan segala kekuatan yang ada, kami menyelamatkan diri, memerdekakan diri kami dari banjir rob dan krisis iklim.

Hal hal mengenai pemulihan lingkungan, penyelamatan kampung-kampung pesisir dari tenggelam, harus dilakukan dengan cara yang adil dan manusiawi.

Timbulsloko, Demak, Jawa Tengah, 17 Agustus 2023

Atas nama masyarakat Timbulsloko.

Oohya! Baca juga ya:

Isi Pidato Sukarno pada Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Naskah Proklamasi Kemerdekaan tak Mengakomodasi Keinginan Sjahrir dan Para Pemuda

Monako Meminta Indonesia Ganti Bendera Merah Putih, Begini Penjelasan Muh Yamin

Pada 17 Agustus 1945 Bendera Merah Putih Dikibarkan di Tiang Bambu Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Ma Roejan

Ikuti Ulasan-Ulasan Menarik Lainnya dari Penulis Klik di Sini
Image