Dikepung Rob Belasan Tahun, Ini Derita Disabilitas Demak

Turiyah (39 tahun) mengalami lumpuh pada 2009 setelah mengalami kecelakaan. Pemilu, pilpes, pilkada berlalu tanpa keterlibatan Turiyah. “Karena nggak terdata,” ujar Masnuah, ketua Kelompok Nelayan Perempuan Puspita Bahari Demak, Ahad (23/3/2025).
Tak bisa berjalan, kendati ada kursi roda, Turiyah tak bisa keluar dari kampungnya, Dukuh Timbulsloko di Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Sejak 2010, Dukuh Timbulsloko terendam oleh rob. Hingga kini.
Bukan itu saja derita perempuan penyandang disabilitas yang sudah berjalan selama belasan tahun itu. Turiyah pun tak pernah memperbarui data kependudukan dan karenanya belum memiliki KTP elektronik, sehingga tak pernah pula menerima bantuan sosial dari pemerintah.
Baru pada 18 Maret 2025, Turiyah dikunjungi petugas Dukcapil Demak. Petugas melakukan perekaman data untuk pembuatan KTP elektronik.
Perekaman itu dilakukan setelah ada surat permohoan dari desa kepada Dukcapil Demak dan petugas Dukcapil Demak langsung meresponsnya. Selain Turiyah, petugas Dukcapil juga melaukan perekaman data terhadap Agus Priyantono (45), juga penyandang diasbilitas.
Mulanya adalah adanya kajian krisis iklim dalam konteks kekerasan berbasis gender terhadap perempuan dan kelompok rentan yang dilakukan oleh Komnas Perempuan pada Mei-Juni 2024. Kajian dilakukan di empat wilayah, salah satunya di Desa Timbulsloko.
Kelompok Perenpuan Nelayan Puspita Bahari Demak menjadi mitra lokal sebagai tim peneliti di lapangan. Di Desa Timbulsloko, dikumpulkan data pengalaman perempuan dan kelompok rentan yang terdampak krisis iklim dalam bentuk desa yang tenggelam oleh rob.
Puspita Bahari melakukan wawancara terhadap perwakilan pemerintah, swasta, aparat penegak hukum, perempuan penyintas, perempuan lansia, perempuan disabilitas, dan kelompok rentan lainnya. Temuan di Timbulsloko di antaranya adalah terputusnya akses layanan publik.
Penyandang disabilitas menjadi kelompok yang semakin terisolasi oleh kondisi rob itu. “Melalui kajian ini kami melihat bentuk-bentuk kekerasan berbasis gender yang dialami oleh masyarakat di pesisir, khususnya di desa-desa tenggelam,” ujar Masnuah.
Dari program itulah didapati kondisi Turiyah dan Agus Priyanto. Dua warga penyandang disabilitas ini terjebak dan memerlukan dukungan komprehensif dari pemerintah daerah.
Dukungan itu bukan hanya bantuan sosial sembako. Melainkan juga dukungan fasilitas lain seperti jalan, kesehatan, dan terpenting adalah pengakuan identitas.
Tak ada dukungan semua itu membuat Turiyah hanya berbaring di atas tempat tidur setiap harinya. Sambil berbaring, ia melakukan aktivitas berdagang.
Puspita Bahari kemudian memperjuangkan hak-hak Turiyah. “Komnas Perempuan mendukung upaya dari Puspita Bahari yang mengkomunikasikan kebutuhan perempuan penyandang disabilitas atas identitas dan akses terhadap bantuan ini,” kata Komisioner Komnas Perempuan Siti AMinah Tardi yang melakukan peninjauan lapangan ke Timbulsloko.
Komnas Perempuan mengapresiasi langkah Dukcapil Demak yang cepat tanggap dengan mendatangi Dukuh Timbulsloko yang teredam rob belasan tahun. Petugas melakukan perekaman data untuk pembuatan KTP-elektronik di rumah Turiyah dan Agus.
