Indonesia Lebih Nendang daripada Nusantara
Para tokoh pergerakan kemerdekaan Indonesia senang dengan nama Indonesia. Maka, sejak 1920-an, nama itu dipakai oleh kaum pergerakan untuk menggantikan nama Hindia-Belanda yang dipakai oleh Belanda. Organisasi para mahasiswa di Belanda yang bernama Indische Vereeniging lantas diganti menjadi Indonesische Vereeniging, lalu dindonesiakan menjadi Perhimpunan Indonesia.
Oohya! Baca juga ya: Dijadikan Nama Ibu Kota Negara oleh Jokowi, Nusantara Ditolak Jadi Nama Negara di Sidang BPUPKI
Berbeda dengan para pemuda di Batavia, para pemuda Indonesia yang berada di Leiden, Belanda, sudah mengenakan celana pantalon dan jas. Pada 1917 mereka mulai mengenal nama “Indonesia” yang kemudian dibawa pulang ke Batavia. Di Batavia, pusat pemerintahan kolonial Hindia Belanda, nama “Indonesia” itu dipakai secara informal untuk mengganti nama resmi yang dipakai Belanda: Nederlandsch Indie (Hindia Belanda). Inilah contoh dari kuasa bahasa dalam pepatah Belanda: Taal is macht. Bahasa adalah kekuatan. Bahasa adalah kuasa.
Dalam dunia pergerakan kemerdekaan, nama “”Indonesia lebih nendang daripada nama-nama lain, seperti Insulinde dan Nusantara. Pemilihan nama “Indonesia” sejak awal 1920-an menjadi langkah revolusioner dalam gerakan kebangsaan di wilayah koloni Belanda, yaitu Hindia-Belanda. Selama dua dua dekade sebelumnya, perlawanan dilakukan dengan menggunakan kata “merdeka”, tetapi dalam bahasa Belanda diperhalus menjadi “zelfstandig/zelfstaandigheid” atau “onafhankelijk/ onafhankelijkheid” yang artinya “mandiri/kemandirian”.
Kata “Indonesia” benar-benar telah menjadi perlawanan politik bagi kaum kebangsaan Indonesia sejak dekade 1920. Pemakaian nama “Indonesia” oleh kaum pergerekan Indonesia, dinilai oleh Belanda memiliki makna politik sebagai keinginan memisahkan diri dari Belanda. Sama halnya dengan penggunaan kata vrij yang diartikan sebagai membebaskan diri.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan: De Nationalistische Beweging in Nederlandsch-Indie karya J Th Petrus Blumberger (1931)