Pitan

Jadi Putra Mahkota Culik Istri Orang, Jadi Raja Calon Istri Diculik Putra Mahkota

Amangkurat II sedang menusuk Trunojoyo. Semasa masih jadi putra mahkota, Amangkurat II meniru tindakan ayahnya. Ia culik calon istri sang ayah, Amangkurat I, yang juga pernah menculik istri orang.

Saat masih berusia 18 tahun, menculik istri orang. Saat itu ia masih putra mahkota, yang dia culik istri Tumenggung Wiroguno.

Tindakannya itu membuat ayahnya, Raja Mataram Sultan Agung, mengurung diri selama sebulan. Sultan Agung kemudian membunuh 20 bangsawan yang dekat dengan putra mahkota.

Setelah ia menjadi raja menggantikan Sultan Agung, anaknya yang menjadi putra mahkota juga menculik, tetapi yang diculik baru calon istri orang. Cuma, calon istri orang itu bukan sembarang orang, melainkan calon istri ayahnya, raja Mataram pengganti Sultan Agung.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Saat Bangun Keraton, Anak Sultan Agung Tarik Pajak Gila-gilaan dan Terapkan Larangan Bepergian

Sang ayah, Amangkurat I, kemudian membunuh 60 orang, termasuk sang mertua, dan membakar tempat tinggal putra mahkota. Putra mahkota ini kelak menjadi Amangkurat II.

Tindakan Amangkurat I memang berbeda dengan tindakan Sultan Agung. Sultan Agung memaafkan putra mahkota yang telah menculik istri Tumenggung Wiroguno dan menganggapnya sebagai kenakalan anak muda.

Saat menjadi putra mahkota, Amangkurat I bernama Pangeran Adipati Anom. Saat menjadi putra mahkota pula, Amangkurat II juga bernama Pangeran Adipati Anom.

Nama kecil Amangkurat I adalah Raden Mas Sayidin, setelah meninggal dikenal sebagai Sunan Tegalwangi. Nama kecil Amangkurat II adalah Raden Mas Rahmat, setelah meninggal dikenal sebagai Sunan Amral.

Raden Mas Sayidin naik tahta menjadi Amangkurat I pada 1646 sampai tahun 1677, selama 31 tahun. Raden Mas Rahmat naik tahta pada 1677 sampai 1703, selama 26 tahun.

Oohya! Baca juga ya:

Mengapa Diponegoro tak Jadi Membunuh Jenderal Belanda Sebelum Ia Ditangkap oleh Jenderal Itu?

Sebagai putra mahkota, pada tahun 1637 saat berusia 18 tahun, Amangkurat I sudah memiliki istri dan banyak selir. Banyak bangsawan yang menjadi pengikutnya.

Merasa punya kuasa, ia menculik istri tercantik Tumenggung Wiroguno. Tumenggung ini kelak menjadi orang penting di Mataram di masa tua Sultan Agung, sejak 1642.

Tahu istrinya diculik, Tumenggung Wiroguno melawan. Ia mengadu kepada Pangeran Alit, adik Putra Mahkota, yang kemudian mengadu kepada Sultan Agung.

Wiroguno berharap Sultan Agung menghukum Pangeran Adipati Anom dengan mencabut statusnya sebagai putra mahkota, lalu mengangkat Pangeran Alit sebagai putra mahkota.

Jika Pangeran Alit menjadi putra mahkota, posisi Tumenggung Wiroguno akan semakin kuat.
Gara-gara laporan ini, Sultan AGung mengurung diri selama sebulan. Ia marah kepada para pelapor yang tidak memikirkan nama baik putra mahkota jika kelak naik tahta.

“Ia melewatkan semua semua hari peradilan, hari pertandingan, dan waktu-waktu sembahyang di masjid. Hal ini sungguh menimbulkan kehebohan di Keraton,” tulis HJ de Graaf.

Oohya! Baca juga ya:

Calon Istri Diculik, Anak Sultan Agung Ini Membunuh 60 Orang Termasuk Mertua

Saat Putra Mahkota dihadirkan di pengadilan, Sultan Agung hadir. Sebelum Sultan Agung menjatuhkan hukuman, Putra Mahkota telah menghukum dirinya sendiri, menyatakan tidak akan bertemu Sultan Agung selamanya.

Ia kemudian mengembalikan perempuan yang ia culik kepada suaminya, Tumenggung Wiroguno. Tetapi Wiroguno kemudian membunuh istri yang ia anggap sudah berzina dengan Putra Mahkota itu.

Hal itu membuat Putra Mahkota terpukul. Ia semakin terpukul ketika Sultan Agung memutuskan menghukum mati 20 bangsawan pengikutnya karena telah membuat huru-hara. Putra Mahkota lalu menjauhi selir-selirnya selama tiga tahun.

Nasib berbeda dialami oleh putra mahkota anak Amangkurat I. Ia memang tidak menculik istri orang, tetapi baru calon istri orang, yaitu calon istri Amangkurat I. 

Amangkurat I lantas menyalahkan Pangeran Purboyo yang membantu putra mahkota menculik calon istrinya. Tetapi putra mahkota malah berpihak kepada Pangeran Purboyo.

Oohya! Baca juga ya:

Diponegoro Seharusnya Berbahagia, tapi Ia Nelangsa Amat di Hari Lebaran Kali Ini

Akibatnya, Amangkurat I melampiaskan amarahnya dengan membakar kediaman Putra Mahkota. Demikian versi catatan Belanda.

Sedangkan versi sumber Jawa, yang membantu menculik calon istri raja bukan Pangeran Purboyo, melainkan Pangeran Pekik, mertua sang raja dan kakek Putra Mahkota. Pangeran Pekik telah menyuap Wirorejo yang ditugasi menjaga calon istri Amangkurat I dengan berbagai hadiah mewah.

Akibatnya, Amangkurat I menjatuhkan hukuman mati kepada Pangeran Pekik berikut anggota keluarganya, total 40 orang. Amangkurat I juga menghukum mati Wirorejo beserta keluarganya, total 20 orang. 

Dulu, Panembahan Senopati, raja pertama Mataram, mengkritik keras perilaku ayah angkatnya, Sultan Pajang, yang biasa merebut istri orang. ternyata keturunannya, tak bisa menghindari tabiat yang dibenci Senopati itu, merebut istri orang dengan cara menculik.

Amangkurat I merasakan karma itu. Ia culik istri orang saat ia masih menjadi putra mahkota, eh, calon istrinya diculik anaknya sendiri, Amangkurat II, saat ia menjadi raja dan Amangkurat II sebagai putra mahkota.

Beberapa tahun kemudian, yaitu tahun 1672, Amangkurat II ketika masih menjadi putra mahkota, mengulangi perbuatan buruknya itu terhadap perempuan yang bukan calon istri. Tengah malam berkasih-kasihan dengan istri adiknya, Pangeran Singosari, tapi belum sempat menculiknya.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
- Babad Tanah Jawi Jilid III, penerjemah Amir Rokhyatmo, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
- Runtuhnya Istana Mataram, karya Dr HJ de Graaf (1987)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]