Pitan

Calon Istri Diculik, Anak Sultan Agung Ini Membunuh 60 Orang Termasuk Mertua

Foto adegan film Sultan Agung. Sultan Agung memiliki anak yang membunuh 60 orang, termasuk sang mertua, gara-gara calon istri diculik.

Anak Sultan Agung, Amangkurat I, menetapkan Pangeran Anom sebagai putra mahkota. Ibu Pangeran Anom, yaitu Kanjeng Ratu Pangayun, adalah putri Pangeran Pekik dari Surabaya.

Pada 1659, Amangkurat I membunuh Pangeran Pekik --sang mertua sekaligus paman. Pangeran Pekik juga menikahi saudara perempuan Sultan Agung.

Setelah istri Amangkurat I yang bernama Ratu Wetan meninggal, ia minta dicarikan calon istri lagi. Dapatlah Roro Oyi putri bangsawan tinggi di Mataram, tapi, suatu hari Roro Oyi diculik.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Saat Bangun Keraton, Anak Sultan Agung Tarik Pajak Gila-gilaan dan Terapkan Larangan Bepergian

Cucu Pangeran Pekik, yang merupakan putra mahkota Mataram, sangat mencintai Roro Oyi. Sang kakek, yang merupakan mertua anak Sultan Agung, membantu sang cucu mendapatkan Roro Oyi.

“Kakeknya yang lembut hati itu berusaha sekuat tenaga menyuap Ngabei Wirorejo dan istrinya yang bertugas menjag agadis itu, agar Putra Mahkota dapat bersatu dengan jantung hatinya,” tulis Dr HJ de Graaf.

Tapi catatan-catatan Belanda menyebut, penculikan itu dilakukan Pangeran Anom bekerja sama dengan Pangeran Purboyo. De Graaf menyebut Purboyo sebagai saudara Sultan Agung, meski sebenarnya Sultan Agung tidak memiliki saudara bernama Purboyo.

Yang ada, Purboyo adalah paman Sultan Agung, yang dikenal sebagai Panembahan Purboyo atau Panembahan Puruboyo, yang ikut menyerbu Batavia. Purboyo anak Prabu Anyokrowati dengan istri dari Giri.

Amangkurat I, masih menurut catatan Belanda, menyebut perbuatan Pangeran Anom dan Pangeran Purboyo sebagai tindakan yang tidak baik dan akan membawa kibat buruk. Meski mencela, tetapi ia tidak menyelahkan Pangeran Anom.

Oohya! Baca juga ya:

Juru Taman Sultan Agung; Jin Penolong Raja-Raja Mataram, Benarkah Orang Italia?

Ia menyebut Pangeran Anom dalam pengaruh Pangeran Purboyo. Tindakan Amangkurat I ini tujuannya adalah menjauhkan Putra Mahkota dari Pangeran Purboyo, tetapi ia salah perhitungan.

Pangeran Anom mengadu kepada Pangeran Purboyo. Anak Sultan Agung pun memberi hukuman kepada Pangeran Anom, membakar tempat tinggalnya.

Sumber Jawa mempunyai versi lain. Penculikan Roro Oyi itu lakukan atasdukungan para ulama.

Pangeran Pekik pergi bersama istrinya, Ratu Pandan, membawa banyak hadiah untuk Wirorejo. Mereka kemudian membawa Roro Oyi menggunakan tandu, mengantarnya ke kadipaten, tempat tinggal Putra Mahkota.

Cinta sang kakek kepada cucu itu berakibat fatal. Anak Sultan Agung setelah tahu kejadian itu menjatuhkan hukuman mati kepada sang mertua beserta anggota keluarganya, sebanyak 40 orang.

Tempat tinggal Pangeran Anom dibakar, Pangeran Anom dibuang ke Lipuro. Sedangkan Wirorejo dan keluarganya dibuang ke hutan Lodaya di Ponorogo.

Oohya! Baca juga ya:

Benarkah Hanya Presiden Jokowi yang Rayakan Lebaran Idul Fitri di Luar Jakarta? Bung Karno....

Wirorejo dan keluarga kemudian juga dihukum mati. Bersama keluarga pekik dan keluarga Wirorejo, yang diberi hukuman mati mencapai 60 orang.

Sebelum ada peristiwa calon istri diculik, Pangeran Pekik juga tersandung masalah dengan menantunya itu. Pangeran Pekik memelihara ayam bekisar.

Pada mulanya, ayam itu seperti ayam betina. Namun, ketika dihadiahkan kepada anak Sultan Agung, berubah menjadi jantan.

Amangkurat I menyangka Pangeran Pekik telah menyindirnya. Ia menganggap sang mertua itu meminta dirinya segera turun tahta dan digantikan oleh Putra Mahkota, cucu Pangeran Pekik.

Gara-gara kasus ayam bekisar ini, anak Sultan Agung itu sudah berniat mengalihkan status putra mahkota kepada anaknya yang lain, yang berasal dari Ratu Wetan. Tapi ia mengurungkannya, karena ia hanya salah sangka, dan tidak perlu membunuh sang mertua pula.

Oohya! Baca juga ya:

Ikut Garebek (Grebeg) Besar di Demak Disebut Setara dengan Naik Haji, Lho Lho Lho Bagaimana Urusannya?

Bibinya, istri Pangeran Pekik, meminta agar dibunuh terlebih dulu jika Pangeran Pekik memang bersalah. Pangeran pekik pun bersumpah tak ada niat mendorong Amangkurat I turun tahta.

Amangkurat I pun mengatakan, telah terjadi penyebaran berita yang tidak benar. Ia mengaku tak pernah menuduh Pangeran pekik hendak merebut tahta untuk putra mahkota.

Dalam kasus ayam bekisar ini, Pangeran Pekik meminta ampun kepada Amangkurat I. Ia tak bermaksud seperti sangkaan Sang Raja.

Pangeran Pekik kemudian bersama 60-an anggota keluarganya menjemur diri di bawah matahari. Anak Sultan Agung tidak membunuh sang mertua. Ia lalu membebaskannya beserta anggota keluargaanya.

Namun, Pangeran Pekik tidak selamat dalam kasus calon istri diculik. Sang mertua mati di tangan sang menantu.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
- Babad Tanah Jawi Jilid III, penerjemah Amir Rokhyatmo, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
- Runtuhnya Istana Mataram, karya Dr HJ de Graaf (1987)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]