Disukai Anak Senja tetapi Belum Ada di KBBI, Orang Sumba Menyebutnya Ninu, Apa Itu?
Anak senja menyukainya. Orang bule menyebut matahari tenggelam sebagai sunset. Orang Sumba menyebutnya matalodu.
Saat matahari hendak tenggelam itu, langit menyemburatkan warna jingga. Garis tebal jingga berkilau di permukaan laut, tampak membelah air laut persis di bawah matahari.
Apa nama pantulan dari sinar matahari di permukaan laut saat matahari hendak tenggelam itu? Belum tercatat di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Oohya! Baca juga ya:
Itulah ninu, kata orang Sumba Timur, tetapi mereka menulisnya sebagai nenu. Orang Manggarai menulisnya nenu dan membacanya sebagai nenu. Saya mendapat penjelasan ini ketika berkunjung ke Sumba dan Labuan Bajo.
Memandangi ninu memang tidak ada puas-puasnya. Menurut cerita legenda di Sumba, ninu adalah ‘jalan’ yang dilewati perahu nenek moyang yang turun dari matahari lalu mendayung perahu ke daratan.
Oohya! Baca juga ya:
Mengapa Motif Kerbau tak Ada di Semua Kain Tenun Sumba?
Bagi orang Sumba penganut agama Marapu, bayi datang dengan perahu dari seberang laut. Persis seperti kedatangan nenek moyang mereka dulu.
Karena itu, mereka memiliki doa menyambut kelahiran bayi. Mapawelingu la kiri awangu, mata lodu, mamai palehu mamai padangganggu.
Artinya, yang datang dari kaki langit, matahari, yang datang untuk bertukar dan berdagang. Begitulah doa itu terucap ketika sirih-pinang sudah disajikan di ruang sudut kiri belakang rumah.
Itulah tempat di rumah Sumba untuk perempuan yang hendak melahirkan. Sang pendoa duduk di tiang persembahan meminta persalinan lancar.
Oohya! Baca juga ya:
Lanjutan dari doa itu: Pakunduhuya na katiku tenamu, patanjiya na kamurimu. Artinya: Luruskanlah haluan perahumu dan luruskanlah arahmu.
Priyantono Oemar
Sumber rujukan:
Injil dan Marapu karya FD Willem