Pitan

Tindakan Para Istri Menampik Fitnah Setelah Peristiwa G30S/PKI

Patung tujuh pahlawan revolusi di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Jakarta Timur. Dewi Sukarno memiliki cerita seputar kejadian setelah peristiwa G30S/PKI.

Dewi Sukarno antikomunis. Begitu ia diberi tahu pembunuhan para jenderal dilakukan oleh PKI, ia merasa waswas. Ia merasa perlu menjauhkan Sukarno dari orang-orang komunis yang berada di sekeliling Sukarno.

Tapi mungkinkah? Ketika ia mencegah Sukarno yang akan berangkat ke Madiun dari Pangkalan Udara Halim, ia memilih tinggal di Bogor daripada di Istana Merdeka.

Di Bogor ada Hartini, istri Sukarno yang juga dekat dengan orang-orang komunis. Omar Dhani, panglima Angkatan Udara, dikenal sebagai orang dekatnya Hartini.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Pulang dari Bogor pada 9 Oktober 1965 siang, Sukarno memanggil AH Nasution keesokan harinya. Nasution datang di Istana Merdeka bersama istrinya. Dewi Sukarno juga mendamping Sukarno.

Oohya! Baca juga ya: Lima Hal yang Susah Dipahami oleh Orang Luar PSI Setelah Kaesang Disahkan Sebagai Ketum PSI

Sukarno menyampaikan belasungkawa kepada Nasution atas meninggalnya Ade Irma Suryani, putri Nasution. Sukarno telah meminta Ade Irma ikut dimakamkan di taman makam pahlawan pada 5 Oktober, tetapi Nasution menolaknya.

Setelah pertemuan di Istana Merdeka itu, Dewi Sukarno saling berkirim surat dengan Johanna Sunarti, istri Nasution. Ia melakukannya dengan sangat hati-hati. Alasannya, karena ia juga diawasi oleh Cakrabirawa, pasukan pengaman presiden yang terlibat dalam aksi pembunuhan para jenderal.

Bagaimana surat Dewi dari Wisma Yaso di Jalan Gatot Subroto bisa sampai di rumah Nasution di Jalan Teuku Umar? Dewi memiliki sekretaris, perempuan Jepang, Nakano. Nakano memiliki teman pengusaha Jepang.

Untuk bisa mengantar surat ke rumah Nasution, Nakano dijemput temannya yang pengusaha itu. Mereka pura-pura akan keluar untuk kencan.

Nakano dan “pacarnya” mengantarkan surat Dewi ke Takahashi Kenji, teman dekat Dewi. Lalu, adik Johanna Sunarti yang membuka bengkel, mengambil surat itu di rumah Takahashi.

Oohya! Baca juga ya: Naik Kereta Api... Whoosh Whoosh Whoosh... Siapa Hendak Turut? Hus....

Sebaliknya, adik Johanna ini akan mengantarkan surat Johanna ke rumah Takahashi. Takahashi lalu menelepon ke Wisma Yaso meminta Nakano mengambil surat ditemani “pacarnya”.

Surat-surat Johanna tidak bertanggal. Juga tidak ada tanda tangan dan namanya. Hanya inisial saja, ketika membicarakan orang-orang tertentu yang juga hanya disebut inisial.

Dalam suratnya, Johanna menjawab pertanyaan Dewi mengenai sosok S dan SA. Johanna menyesalkan Sukarno yang bisa mudah percaya kepada Subandrio. Di surat ia tulis sebagai S.

Ia berpesan kepada Dewi agar menyampaikan kepada Sukarno untuk menelepon AH Nasution setiap Sukarno mendapat informasi dari Subandrio atau lainnya. Tujuannya untuk mengonfirmasi informasi tersebut kepada Nasution.

Sabur, yang diberi inisial SA, ajudan Sukarno, juga disebut sebagai orang yang licik seperti Subandrio. Johanna juga memberi tahu Dewi bahwa Sabur bisa menjadi ajudan bukan Nasution yang merekomendasikan.

Ia direkomendasikan oleh orang-orang dekat Hartini. Johanna memberi tahu Dewi jika Sabur dekat dengan Mrs B. Yang ia maksud Mrs B adalah Hartini, istri Sukarno.

Kepada Dewi, Johanna mengatakan bahwa Nasution telah difitnah hendak merebut kekuasaan. Subandrio dan kaum kirilah yang memfitnahnya. Fitnah itu, kata Johanna, dilancarkan karena mereka akan tidak berkutik jika Sukarno dan Nasution bekerja sama.

Johanna juga memberi tahu Dewi bahwa pada saat Sukarno berada di Pangkalan Udara Halim, DN Aidit dan gerombolannya juga sedang bersembunyi di Halim. Panglima Angkatan Udara Omar Dhani mengizinkan Aidit terbang ke Semarang.

Oohya! Baca juga ya: Dibatalkan oleh Sukarno, Tunjangan untuk Janda WR Supratman Diberikan Lagi oleh Soeharto, Begini Kata Salamah

Dari Semarang Aidit kemudian berkirim surat kepada Sukarno menginformasikan bahwa diriya sedang di Blitar. Kata Johanna, hal itu dilakukan Aidit agar ia dikira tidak terlibat G30S karean sedang berada di Blitar.

“Sekalipun Kolonel Untung telah tertangkap, banyak pemimpin komunis masih berkelaran dan Presiden tidak mengambil langkah apa pun terhafap mereka. Melihat fakta bahwa Mrs. B berada di belakang kejadian ini, saya merasakan firasat bahwa sesuatu yang buruk sedang terjadi,” tulis Johanna kepada Dewi pada 12 Oktober 1965.

Ia juga menyebut Omar Dhani terlibat di G30S. Lalu Johanna meminta Dewi berhati-hati, karena Dewi juga sedang diawasi.

Ketika Mardinata dicopot dari jabatannya sebagai panglima Angkatan laut, Johanna berkirim surat kepada Dewi pada 13 Oktober. Ia menyebut ada penentangan keras di militer terhafap pencopotan Martadinata Sebab, Martadinata termasuk loyal pada Presiden.

Johanna menyebut, justru seharusnya Omar Dhani yang dicopot dari jabatannya. Bukan Martadinata yang seharusnya dicopot.

Oohya! Baca juga ya: Ribuan Orang Rapat Raksasa di Lapangan Ikada pada September 1945, Apa Itu Lapangan Ikada?

“OD adalah anak emas Bu B. Jika Presiden hendak menghukumnya, Bu B pasti akan mencegahnya. Saya tidak tau apa ini benar atau tidak, tetapi ada rumor bahwa Omar Dhani akan ditugaskan ke luar negeri,” tulis Johanna di surat kelimanya untuk Dewi. Lalu, pada 17 Oktober, RRI menyiakan berita Omar Dhani pergi ke Eropa atas perintah Presiden.

Di surat keempatnya, Johanna juga memberi tahu Dewi bahwa istri Ahmad Yani, juga membela suaminya dari tuduhan menyusun rencana kudeta. Lalu ia usul sekiranya Dewi bisa mengadakan pertemuan dengan para janda peristiwa G30S.

Ia memberi tahu, bahwa Hartini sudah mengundang para janda G30S. Mereka bertemu Hartini di Bogor.

Di surat ini, Johanna juga meminta Dewi untuk membatalkan rencananya pergi ke Jepang mengurus bantuan pembangunan rumah sakit darurat. Ia juga bercerita mengenai Dokumen Gilchrist.

Disebut demikian karena dokumen ini ditemukan di Kedubes Inggris ketika para mahasiswa melakukan demontrasi Ganyang Malaysia di Kedubes Inggris pada 1964. Dokumen itu kemudian berada di tangan Kepala Badan Puat Intelijen Subandrio.

Oleh Subandrio dokumen itu diserahkan kepada Sukarno. Dokumen itu menyebut rencana Inggris menggulingkan Sukarno yang didukung oleh Nasution dan kawan-kawan. Akibatnya Sukarno tidak lagi mempercayai Nasution.

Ia juga memberi tahu Dewi bahwa Sukendro, kepala Staf Komando Operasi Ekonomi akan dipindah pos ke luar negeri. Alasan pemindahannya, karena Sukendro mengkritik Subandrio di koran yang dimiliki Subandrio. Pada 23 Oktober, koran memberitakan Sukendro dikirim ke Eropa.

Pada 29 Oktober 1965, Dewi mengunjungi Yayu Rulia, istri Ahmad Yani. Tapi tak ada janda-janda yang lain. Ia mengabari Johanna jiaka kepergiannya ke rumah Yayu diawasi Cakrabirawa. Johanna lalu membalas jika Yayu sengaja tidak mengundang janda-janda lain untukbertemu dengan Dewi karena takut dicurigai.

Oohya! Baca juga ya: Ejaan Van Ophuijsen Dipakai di Indonesia, Apa Van Ophuijsen Punya Hubungan dengan Karya-Karya Raja Ali Haji?

Segala informasi yang diterima Dewi memang disampaikan kepada Sukarno. Dalam suratnya kepada Dewi, Sukarno menegaskan bahwa ia bisa mempercayai Nasution. Namun ia menilai Nasution belum matang dama politik.

Namun tak ada yang tahu apakah Sukarno menyatakan hal itu untuk menghibur Dewi atau menyatakannya dengan serius. Sebab, pada Februari 1966, Nasution dicopot dari jabatannya sebagai menteri pertahanan.

“Dewi melihat suaminya sangat marah nyaris tanpa control lagi kepada Pak Nasution saat melihat lagi selembar kertas, yaitu Dokumen Gilchrist yang dikatakan disita dari kedutaan Inggris dan disodorkan kepada Presiden oleh Subandrio. Saya tidak tahu kenapa pasa saat itu Sukarno nelihat dokumen itu lagi yang pernah diberikan kepadanya jauh-jauh sebelum 30 September,” tulis Aiko Kurasawa.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Peristiwa 1965, Persepsi dan Sikap Jepang karya Aiko Kurasawa (2015)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]