Lincak

Dikenal Sebagai Sunan Amral, Perang dengan Adik Berebut Keraton Mataram

Situs keraton Mataram di Plered. Amangkurat II, dikenal sebagai Sunan Amral, perang berebut keraton dengan sang adik, Pakubuwono I.

Namanya Cornelis Speelman, perwira bintang empat Angkatan Laut Kompeni dengan pangkat admiral. Orang Jawa memanggilnya Tuan Amral Helduweldeh.

Amangkurat II yang naik tahta pada 1677 atas bantuan Kompeni, mengenal Tuan Amral sejak 1652. Kelak Amangkurat II dikenal juga sebagai Sunan Amral.

Setelah diangkat menjadi raja, Amangkrat II mendapat hadiah pakaian indah dari Gubernur Jenderal Kompeni yang disampaikan oleh Tuan Amral. Ia kemudian perang dengan sang adik, Pakubuwono I, berebut keraton Mataram

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Mataram Hancur Setelah 100 Tahun, Surut Setelah Ditinggal Sultan Agung

Amangkurat II naik tahta di Tegal. Saat itu ia mengiringi ayahnya, Amangkurat I, melarikan diri. Keraton diserbu Trunojoyo.

Sebagai putra mahkota, ia sebenarnya diminta oleh Amangkurat I untuk mempertahankan keraton. Tapi ia tidak bersedia. Maka keraton dijaga oleh adiknya, Pangeran Puger.

Saat terdesak oleh pasukan Trunojoyo, Pangeran Puger lari ke Semarang. Di Semarang menjadi raja dengan nama Pakubuwono I.

Dibantu Kompeni, Pakubuwono I merebut kembali keraton. Keraton sudah hancur.

Kakaknya, Sang Putra Mahkota, ternyata juga naik tahta menjadi raja setelah Amangkurat I meninggal dalam pelarian. Namanya sebagai raja: Amangkurat II.

Oohya! Baca juga ya:

Kisah Aji Saka dan Merpati Yesus Kristus Menurut Ronggowarsito

Ia merasa yang berhak menjadi raja Mataram karena dia putra mahkota. Selain itu, pemberontakan Trunojoyo muncul juga atas permintaannya.

Sebagai putra mahkota ia sudah geram dengan tatanan Mataram yang hancur selama Amangkurat I menjadi raja. Ia lalu merancang pemberontakan.

Agar tidak muncul pandangan adanya permusuhan Raja dengan Putra Mahkota, ia meminta bantuan Pangeran Kajoran alias Raden Kajoran Ambalik alias Panembahan Romo. Pamgeran Kajoran lalu memperkenalkan menantunya, Trunojoyo, kepada Putra Mahkota.

Setelah menjadi raja, ia minta bantuan Kompeni untuk menumpas Trunojoyo. Tuan Amral Helduweldeh alias Admiral Cornelis Speelman menjadi komandan Kompeni yang memburu Trunojoyo.

Setelah itu, pada 1679, Amangkurat I yang kelak dikenal sebagai Sunan Amral, membangun keraton di hutan Wonokarto di wilayah Pajang. Lokasinya tak jauh dari lokasi keraton Pajang lama.

Wonokarto kemudian diganti nama menjadi Kartosuro. Dari ketaton Kartosuro, Amangkurat II mengirim utusan ke Mataram, hingga akhirnya muncul perang dengan sang adik, Pakubuwono I, berebut keraton Mataram.

Oohya! Baca juga ya:

Kalah Debat tentang Yesus Kristus, Kiai Jawa Masuk Kristen

Utusan berangkat untuk menemui Pakubuwono I di Mataram. Patih Notokusumo yang menerimanya.

Notokusumo memberi tahu Pakubuwono I mengenai utusan dari Pajang. Utusan itu ingin menghadap.

Utusan diterima. Pakubuwono I. Ia lalu melapor bahwa kakak dari Pakubuwono I telah menjadi raja dan berkeraton di Pajang.

"Hamba di utus untuk mengambil keraton," kata utusan menyampaikan tugasnya untuk mengambil keraton Mataram di Plered dari Pakubuwono I.

Pakubuwono I marah. Notokusumo segera mengajukan usul.

Oohya! Baca juga ya:

Kenapa Yesus Kristus Diperkenalkan Sebagai Isa Almasih di Indonesia?

"Bila paduka berkenan, kirimlah utusan pribadi. Sepengetahuan kami, yang menjadi raja adalah anak Amral. Itu adalah akal Kompeni yang ingin menguasai Tanah Jawa," kata Notokusumo.

Pakubuwono I juga diberi tahu, bala tentara Kartosuro adalah bala tentara Kompeni. Amangkurat I juga genar mengenakan seragam Angkatan Laut Kompeni.

Pakubuwono I pun mengirim orang ke Pajang untuk menyelidik. Jika benar kakaknya telah menjadi raja orang itu diminta menemuinya sebagai utusan.

Pulang dari Pajang, utusan melapor. "Memang benar, ia sungguh-sungguh putra Amral, bukan kakanda Paduka, yang memaksa menguasai Tanah Jawa," kata utusan, Notobroto, menyampaikan laporan.

Pakubuwono I pun menyiapkan diri untuk perang. Kakak adik perang berebut keraton Mataram.

Pakubuwono I tak ingin keraton Plered diambil Amangkurat II, raja yang kelak dikenal sebagai Sunan Amral. Sebutan itu muncul karena ia dianggap sebagai anak Amral Helduweldeh, alias Admiral Cornelis Speelman.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Buku III, penerjemah Amir Rokhyatmo, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]