Kendeng

Kisah Aji Saka dan Merpati Yesus Kristus Menurut Ronggowarsito

Pengeras suara di gereja. Aji Saka mempelajari ajaran Yesus Kristus dan kelak memeluk Islam. Merpati Yesus Kristus mengusir dewa dari India, Nabi Muhammad mengusir dewa dari Nusa Jawa.

Seorang anak raja di India lahir pada tahun 5 Masehi. Ia diberi nama Jaka Sengkala dan kelak menjadi raja di Jawa dengan nama Prabu Aji Saka.

Sebelum pergi ke Jawa, menurut pujangga Jawa Ronggowarsito, ia berguru kepada Yesus Kristus --yang bisa menciota burung merpati-- atas saran Dewa Wisnu. Dari Yesus Kristus ia mendapatkan ilmu asal usul dan tujuan penciptaan.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

"Setelah mohon diri dari Wisnu, dengan cara gaib Sengkala menempuh perjalanan melalui langit ke Israel. Di sana ia minta pengajaran agama Kristen," ujar Philip van Akkeren membuat kesimpulan berdasarkan serat karya Ronggowarsito.

Oohya! Baca juga ya: Kalah Debat tentang Yesus Kristus, Kiai Jawa Masuk Kristen

Aji Saka harus menjadi raja Surati di India dan kembali memeluk Hindu. "Tetapi di dalam hatinya ia mengikuti Yesus," kata Van Akkeren.

Tetapi Aji Saka tidak langsung belajar kepada Yesus Kristus. Ia belajar pada pendeta yang menjadi teman Dewa Wisnu, Ngusmanaji.

Pendeta ini menyampailan ajaran Yesus Kristus. Ketika ia minta izin untuk menjadi murid Yesus Kristus, Sang Pendeta tidak mengizinkannya.

Jika ia menjadi sahabat Yesus Kristus, ia diberi tahu umurnya akan pendek. Aji Saka sudah memiliki takdir hidup yang panjang.

Oleh Sang Pendeta ia diberi tahu bahwa kelak ia akan pergi ke Nusa Jawa, pulau yang panjang di sebelah tenggara India. Ia diminta untuk mengajarkan ajaran Yesus Kristus.

Oohya! Baca juga ya:

Kenapa Yesus Kristus Diperkenalkan Sebagai Isa Almasih di Indonesia?

Tapi ia juga diberi tahu bahwa kelak ia akan menjadi pengikut Nabi Muhammad, nabi terakhir setelah Nabi Isa. Aji Saka bertanya soal waktu kedatangan Nabi Muhammad, dijawab lima abad kemudian.

"Tetapi engkau dipastikan bakal bertemu dengan beliau. Sebab engkau telah ditakdirkan akan dapat sampai di Tanah Lulmat dan meminum Tritamarta Kamandhalu yang akan menyebabkan umurmu menjadi panjang," kata Isa Almasih.

Aji Saka kemudian pulang ke Surat, kaki ini dengan berjalan kaki. Ia harus menggantikan tahta ayahnya pada tahun 30 Masehi, saat ia berusia 25 tahun.

Ayah Aji Saka akan terusir dari India bersama dewa lainnya. Ayah Aji Saka adalah dewa.

Seekor burung merpati telah menyerang para dewa di India, sehingga para dewa itu mengungsi ke Nusa Jawa. Merpati itu asal usulnya dari tanah liat yang dibentuk oleh Yesus Kristus lalu menjadi burung.

Pada usia 33 tahun Yesus Kristus meninggal. Ronggowarsito bercerita, para dewa pun kembali ke India, tetapi ajarannya sudah melekat di Nusa Jawa.

Oohya! Baca juga ya:

Sejarah Yesus Kristus Disebut Isa Almasih di Indonesia

Aji Saka, menurut Ronggowarsito, baru pergi ke Nusa Jawa pada tahun 71 Masehi. Berarti usianya sudah 66 tahun.

Ia pergi ke Jawa karena negerinya diserang musuh. Di Jawa ia menyelamatkan penduduk Jawa yang memiliki raja di Medang Kamolan di wilayah Pegunungan Kendeng, yang suka memakan orang.

Aji Saka diceritakan berperan sebagai mesias. Tapi kelak ia akan mengikuti ajaran Nabi Muhammad.

"Muhammad mencapai apa yang gagal dilaksanakan oleh merpati Kristus: ia mengusir dewa-dewa India dari Jawa untuk selama-lamanya, atau malah menurunkan mereka ke serambi lukisan para nenek moyang Jawa," kata Van Akkeren.

Priyantono Oemar

Sumber rujukan:
- Dewi Sri dan Kristus, karya Philip vsn Akkeren (1995)
- Paramayoga Ronggowarsito, penerjemah Otto Sukatno (2002)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]