Cucu Sultan Agung Jauh-jauh ke Batavia untuk Membunuh Trunojoyo yang Membantunya Merebut Tahta
Pada 1670 Amangkurat II menjalin kerja sama drngan Trunojoyo untuk merebut tahta Mataram. Trunojoyo merupakan menantu Raden Kajoran Ambalik --pertapa di Kajoran yang masih kakek Amangkurat II.
Raden Kajoran Ambalik menyodorkan Trunojoyo setelah cucu Sultan Agung itu meminta bantuan kepadanya untuk merebut tahta dari ayahnya. Amangkurat I, ayah Amangkurat II, pada 1677 meminta bantuan kepada Konpeni untuk menumpas Trunojoyo. Saat itu ia sudah sakit-sakitan.
Tapi 10 tahun kemudian, mengapa Amangkurat II menyempatkan diri jauh-jauh ke Batavia untuk membunuh Trunojoyo? Saat itu Trunojoyo sudah takluk, ditawan Kompeni, dan cucu Sultan Agung menusukkan keris kepadanya hingga tewas.
Oohya! Baca juga ya:
Apa yang mrmbuat Amangkurat II berbalik memusuhi Trunojoyo? Padahal Trunojoyo memulai pemberontakan karena permintaan Amangkurat II semasa masih menjadi putra mahkota.
Cucu Sultan Agung itu perlu waktu yang lama untuk memutuskan merebut kekuasaan dari ayahnya. Saat kakeknya dari pihak ibu, Pangeran Pekik, dibunuh ayahnya pada 1659, putra mahkota Mataram itu masih beusia 11 tahun.
Pengasuh-pengasuhnya memberi pemahaman mengenai peristiwa yang terjadi. Mereka juga mendesaknya untuk merebut kekuasaan.
Sebelas tahun kemudian ia meminta bantuan pertapa di Kajoran yang juga masih kakeknya juga untuk mewujudkan keputusannya merebut tahta. Trunojoyo bersedia membantunya dengan segala risiko terburuk yang akan ia terima, tanpa membawa-bawa nama putra mahkota.
Oohya! Baca juga ya: Anak Sultan Agung Lakukan Hal Ini Setelah Membantai Ulama dan Santri
Pemberontakan Trunojoyo memerlukan waktu tujuh tahun hingga akhirnya ia berhasil merebut keraton pada 1677. Amangkurat I melarikan diri dalam keadaan sakit.
Pada 1677 itu, sebelum Trunojoyo merebut keraton, Amangkurat I sempat meminta bantuan Kompeni untuk menumpas Trunojoyo. Ketika Amangkurat I meninggal di tempat pelarian, Amangkurat II naik tahta.
Ia kemudian melanjutkan usaha ayahnya, meminta bantuan Kompeni untuk menumpas Trunojoyo. Kapten Jonker, perwira Kompeni, berhasil membujuk Trunojoyo untuk menyerahkan diri.
Kapten Jonker adalah Muslim Ambon. Ia mendapat tugas menangkap Trunojoyo.
Ia berjanjji menjamin keselamatan Trunojoyo jika Trunojoyo bersedia menyerahkan diri. Kapten Jonker mendapat kepercayaan dari Trunojoyo.
Pada 27 Desember 1679 Trunojoyo menyerahkan diri laku ditahan di Batavia. Dua tahun setelah cucu Sultan Agung, Amangkurat II, naik tahta.
Trunojoyo mengaku menyerah bukan kepada Amangkurat II, melainkan kepada Jonker. Maka, Jonker pun memperlakukan Trunojoyo sebagai tawanan perang, meski kemudian cucu Sultan Agung itu membunuh Trunojoyo.
Oohya! Baca juga ya:
Trunojoyo mrmberontak bukan lagi hanya untuk membantu cucu Sultan Agung, putra mahkota Mayaram, merebut tahta. Ia juga memperjuangkan haknya sendiri atas wilayah Madura.
Saat Mataram menyerbu Madura, ayah Trunojoyo dibunuh. Seharusnya ayahnyalah yang menjadi adipati menggantikan Cakraningrat I. Trunojoyo kemudian mengangkat diri sebagai raja Madura dengan nama Sultan Maduretno.
Namun, adipati-adipati Mataram memperlakukan Trunojoyo dengan semena-mena. Mereka tidak memperlakukan Trunojoyo sebagai tawanan perang.
Trunojoyo kemudian dibawa ke Batavia. Maka, betapa herannya Kapten Jonker ketika pada 1680 Trunojoyo dibunuh oleh cucu Sultan Agung, Amangkurat II.
Kapten Jonker mengutuk tindakan Amangkurat II. Ia menganggap cucu Sultan Agung itu sebagai orang yang tidak kenal malu.
Oohya! Baca juga ya:
Jangan Membaca Buku Lebih dari 1,5 Jam Hai Mahasiswa, Ini Tip Membaca Belajar-Kritis
“Raja yang berbuat nista akan terkena hukuman Tuhan. Tidakkah Raja suka membaca cerita bahwa leluhurnya setiap tahun pergi ke Makkah?” tulis Babad Tanah Jawi mencatat keheranan Kapten Jonker terhadap perilaku Amangkurat II.
Ia sebut Anangkurat II tidak layak menjadi raja. Tak mungkin seorang raja membunuh orang yang sudah takluk.
Tindakan Amangkurat II ia angggap sebagai tindakan raja yang bodoh, tidak berbudi luhur, yang tak layak diturunkan kepada keturunannya. Raja yang berbudi luhur, menurut Kapten Jonker, adalah raja yang pemaaf.
Jonker kemudian keluar dari ketentaraan Kompeni. Pada 1689 ia dihukum mati oleh Kompeni, mengikuti nasib Trunojoyo yang mati di tangan cucu Sultan Agung.
Cucu Sultan Agung membunuh Trunojoyo dengan tangannya sendiri di Batavia, dengan cara menusukkan keris kepada Trunojoyo.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Buku V, penerjemah Amir Rochyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
oohya.republika@gmail.com