Rakyat Grobogan Iringi Kakek Sultan Agung Tantang Musuh Adipati Pajang
Gara-gara suami dan kakaknya dibunuh oleh Adipati Jipang Aryo Penangsang, Ratu Kalinyamat bertapa telanjang. Ia akan terus melakukan hal itu selama orang yang kemudian menjadi musuh Adipati Pajang itu masih hidup.
Dari Selo, Ki Ageng Pemanahan pergi ke untuk membunuh Adipati Jipang itu. Ia membawa anaknya, Danang Sutowijoyo yang kelak menjadi kakek Sultan Agung.
Saudara-saudara sepupu Ki Ageng Pemanahan --Ki Juru Mertani, Ki Ageng Panjawi-- mengiringinya bersama rakyat Grobogan dari Selo. Ki Ageng Pemanahan melakukan hal itu setelah Adipati Pajang Joko Tungkir membuat sayembara untuk membunuh Adipati Jipang.
Oohya! Baca juga ya:
3 Sahabat Nabi tak Ikut Perang Tabuk, Kenapa Dikucilkan 50 Hari?
Joko Tingkir adalah adik ipar Ratu Kalinyamat. Ia juga menjadi sasaran pembunuhan Adipati Jipang, tdpi selamat.
Aryo Penangsang rupanya ingin menghabisi keluarga keraton Demak. Alasannya, dirinyalah yang seharusnya menjadi penerus tahta Demak.
Joko Tingkir membuat sayembara karena merasa kesaktiannya madih jauh di bawah Aryo Penangsang. Isi sayembaranya: yang dapat membunuh Adipati Jipang akan diberi hadiah wilayah Pati dan huta Mentaok di Mataram.
Kelak, Sutowijoyo menjadi raja Mataram dengan nama Panembahan Senopati. Ia kemudian memiliki cucu yang menjadi raja ketiga Mataram, bernama Sultan Agung.
Oohya! Baca juga ya:
Menurut Bilal, Ini Alasan Nabi Muhammad tidak Menumpuk Harta
Ki Ageng Pemanahan yang telah berangkat ke Jipang bersama rakyat Grobogan sengaja tak sampai keraton Jipang. Ia menunggu di tepi sungai, lalu mengirim surat tantangan.
Ki Ageng Pemanahan memang tak ingin menyeberangi sungai. Ia percaya, orang yang sebelum berperang menyeberangi sungai dipastikan akan kalah.
Ki Ageng Pemanahan merupakan cucu Ki Ageng Selo. Joko Tingkir pernah menjadi santri Ki Ageng Selo dan menjadikan Sutowijoyo sebagai anak angkatnya
Meski Ki Ageng Pemanahan mengirim surat tantangan, ia tidak menyebutkan namanya di surat itu. Surat tantangan dibuat seolah-olah itu surat dari Joko Tingkir.
Surat itu dikirim dengan cara dikalungkan di leher prajurit Jipang yang telah dilukai. Isi suratnya sebagai berikut:
"Permakluman perang. Peringatan bagi Aryo Jipang. Jika engkau memang prajurit dan laki-laki, ayo maju. Aku tunggu di tepi bengawan sore. Menyeberanglah, bertemu satu lawan satu dengan Adipati Pajang. Jangan mengandalkan pasukanmu. Akan aku hadapi satu lawan satu."
Oohya! Baca juga ya:
27 Maret Soeharto Jadi Presiden, Ini Nasib Istana Kepresidenan
Aryo Penangsang mendidih darahnya setelah membaca surat itu. Mengambil kudanya, Gagak Rimang, is pun segera menuju ke pinggir kali.
Begitu Aryo Penangsang terlihat datang, orang-orang Selo pun bersorak menyambutnya. Berhenti di seberang sungai, Aryo Penangsang meminta orang-orang Selo segera menyeberang.
Orang-orang Selo menegaskan bahwa yang mfmbuat surat adalah Adipati Pajang. Maka sudah selayaknya Aryo Penangsang yang menyeberang sungai untuk melawan Adipati Pajang.
"Bukan pahlawan namanya kalau hanya berhenti di pinggir sungai," teriak orang-orang Selo meledek Adipati Jipang.
Semakin mendidihlah darah Aryo Penangsang. Ia pecut kudanya agar segera mencebur ke sungai untuk sampai di lokasi rakyat Grobogan dari Selo.
Oohya! Baca juga ya:
Beringin dan Istana Emas di IKN, Ini Kata Serat Kaca Wirangi
Namun, setibanya di seberang sungai, ia tak mendapti Adipati Pajang Joko Tingkir. Ia pun mengamuk karena merasa telah diperdaya.
Rakyat Grobogan pun makin bergemuruh soraknya kendati banyak yang terkena amukan Aryo Penangsang. Aryo Penangsang makin jumawa melihat banyak yang tewas kena amukannya.
Danang Sutowijoyo --yang kelak menjadi raja Mataram dengan nama Panembahan Senopati-- pun segera menghadapi Adipati Jipang. Ki Ageng Pemanahan dan Ki Ageng Penjawi mengiringi Sutowijoyo yang membawa timbak Ki Plered.
Aryo Penangsang tak bersedia melawan Sutowijoyo. Ia menyuruhnya untuk menyingkir menyuruhnya menyingkir.
Dirdnehkan, Kakek Sultan Agung itu pun marah. Ia lalu menyerang Aryo Penangsang mendadak.
Aryo Penangsang tidak mampu mengendalikan kudanya. Kuda betina sengaja dilepas sehingga membuat kuda Aryo Penangsang semakin tidak terkfndali.
Oohya! Baca juga ya:
Joko Tingkir, Cucu Raja Majapahit yang Menurunkan Presiden Indonesia
Sutowijoyo yang kelak menjadi kakek Sultan Agung itu berhasil menyarangkan tombaknya ke tubuh Aryo Jipang. Aryo Jipang tersungkur jatuh bersama kudanya.
Kabar kenatian Aryo Penangsang segera dikirim ke Pajang. Joko Tingkir pun meminta Ki Ageng Pemanahan untuk melaporkannya kepada Ratu Kalinyamat.
Maka, Ratu Kalinyamat pun mnyudahi tapa telanjang yang ia lakukan.
Ma Roejan
Sumber rujukan:
Babad Tanah Jawi Buku I, penerjemah Amir Rokhyatmo dkk, penyunting Sapardi Djoko Damono dan Sonya Sondakh (2004)
Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator
Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.
Redaksi
oohya.republika@gmail.com