Pitan

Menurut Bilal, Ini Alasan Nabi Muhammad tidak Menumpuk Harta

Nabi Muhammad tidak menumpuk harta. Harta yang ada dihabiskan hari itu juga dengan cara dibagi-bagikan kepada orang-orang Muslim yang memerlukannya. JIka masih kurang, Bilal akan mencarikan pinjaman.

Suatu hari ada yang bertanya kepada Bilal, sahabat Nabi, mengenai biaya untuk keperluan Nabi sehari-hari. “Beliau tidak menyimpan sesuatu untuk esok hari. Akulah yang mengurusnya,” jawab Bilal.

Jika ada Muslim yang datang meminta bantuan makanan ataupun pakaian, Bilal akan diminta untuk memberikannya. Jika tidak ada bahan makanan ataupun pakaian, Bilal akan mencari pinjaman.

Mengutip Badzlul Majhud (kitab syarah hadis Abu Daud karya Syekh Khalil Ahmad), Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi menyatakan, Nabi Muhammad benar-benar tidak menumpuk harta. Yang ada hari ini dihabiskan hari ini untuk umatnya. Apa alasan Nabi?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Mengapa Diponegoro tak Jadi Membunuh Jenderal Belanda Sebelum Ia Ditangkap oleh Jenderal Itu?

Kebiasaan Nabi ini mengundang perhatian seorang musyrik. Orang itu lalu meminta kepada Bilal agar meminjam kepadanya saja jika Nabi memerlukan sesuatu, karena ia memiliki cukup kekayaan.

Bilal menyambutnya, karena ia tak perlu lagi pusing keliling mencari-cari pinjaman, sebab sudah ada yang dituju ketika memerlukan sesuatu. Maka, setiap ada yang mendatangi Nabi memerlukan sesuatu, tetapi sudah tidak ada persediaan, Bilal akan meminjam ke orang musyrik itu.

“Suatu ketika, setelah aku berwudhu untuk azan, tiba-tiba datanglah orang musyrik itu dengan sekelompok pedagang. Ia berteriak, ‘Hai orang Habsyi!’ Aku pun menoleh, lalu menjumpainya. Ia langsung memaki dan berkata kasar semaunya kepadaku,” kata Bilal.

Orang musyrik itu datang untuk menagih utang. Jika Bilal tidak membayarnya di akhir bulan yang tinggal empat hari lagi, Bilal akan dijadikan budak lagi sebagai bayarannya.

Bilal sedih memikirkannya. Setelah Shalat Isya, ia mengadu kepada Rasulullah. Ia mengatakan jika Rasulullah tidak memiliki sesuatu untu mengembalikan pinjaman itu, Bilal akan dijadikan budak oleh orang musyrik itu.

Oohya! Baca juga ya:

Apa yang Dilakukan Nabi Muhammad Saat Terjadi Gerhana Matahari, Sehingga Para Sahabat Nabi Mencarinya?

Karenanya, Bilal meminta izin kepada Nabi untuk dibolehkan keliling kampung yang orang-orangnya sudah masuk Islam untuk mencari pinjaman lagi agar bisa melunasi utang kepada orang musyrik itu. Menunggu Subuh, Bilal menyiapkan pedang, perisai, dan sepatu untuk dibawa ke kampung-kampung.

Menjelang Subuh, datang utusan Nabi kepada Bilal, meminta Bilal segera menemui Nabi di masjid. “Ada kabar gembira untukmu, wahai Bilal,” kata Nabi membuka perbincangan dengan Bilal.

Nabi lalu memberi tahu jika telah datang kepadanya hadiah dari pimpinan kaum Fadak untuk menunaikan nazar. Pimpinan kaum Fadak itu mengirimkan unta-unta beserta muatannya.

Bilal diminta mengambilnya untuk digunakan membayar utang kepada orang musyrik. Usai melunasi utang, Bilal membawa kembali unta-untanya ke masjid.

Rasulullah yang masih menunggu di masjid pun menanyakan ada tidaknya sisa barang-brang hadiah itu. Bilal menjawab masih ada sisa, sehingga Rasulullah meminta Bilal untuk membagi-bagikan kepada orang-orang yang memerlukannya.

“Sehingga aku dapat tenang. Aku tidak akan pulang sebelum barang itu habis dibagikan,” kata Rasulullah kepada Bilal.

Oohya! Baca juga ya:

Sahabat Nabi yang Masih Kanak Ini Menyelamatkan Unta-Unta Nabi dari Perampokan

Bilal pun membawa unta-unta bermuatan itu keliling mencari orang-orang yang memerlukannya. Seharian ia menjalankan tugas, masih saja ada barang yang tersisa.

Selepas Isya, setelah mendapat laporan dari Bilal, Rasulullah meminta Bilal untuk membagi-bagikan lagi hingga tidak tersisa. Keesokan harinya, Bilal berkeliling lagi untuk membagi-bagikan barang-barang itu.

Alhamdulillah, Bilal bisa menghabiskan barang-barang itu dengan membagi-bagikannya hari itu. Selepas Isya, Nabi senang mendengar kabar dari Bilal.

“Mendengar kabar tersebut, beliau memuji dan bersyukur kepada Allah SWT. Baginda Rasulullah SAW sangat takut jika nyawa beliau dicabut, sedangkan masih ada sisa harta yang menjadi miliknya,” kata Bilal.

Setelah barang-barang habis dibagi-bagikan oleh Bilal, malam itu, Rasulullah tidak beristirahat di masjid, melainkan pulang ke rumah.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Kitab Fadhillah Amal, karya Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]