Lincak

Kuil Freemason Dibangun oleh Penangkap Diponegoro, Pemuda Indonesia Memakai untuk Kongres

Kuil Tarekat Freemason La Ster in het Ousten, pada 1920-an dikenal sebagai Gedung Setan, dibangun oleh penangkap Diponegoro, De Kock. Pada 1926, Pemuda Indonesia memakainya untuk Kongres Pemuda.

Pada 17 Februari 1830, Societat de Harmonie mengatadakan pesta untuk Hendrik Markus De Kock, dihadiri 400 tamu undangan. Hadir pula Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van den Bosch dan istri.

Beberapa hari kemudian, datang kabar di Batavia bahwa Diponegoro telah menyerah kepada Kolonel Cleerens yang ditugasi De Kock membujuk Diponegoro untuk berunding. Tentu saja, pesta untuk De Kock bukan karena kabar gembira dari Jawa itu.

Melainkan karena De Kock sebagai presiden Tarekat Freemason melakukan peletakan batu pertama kuil Freemason di Weltevreden, yang poada 1926 digunakan oleh Pemuda Indonesia untuk kongres. De Kock bahkan menyumbang 4.000 gulden dari keseluruhan anggaran yang mencapai 12 ribu gulden.

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Pesta untuk De Kock Sebelum Diponegoro Ditangkap

De Kock yang mendapat tugas memulihkan keamanan di Jawa --setelah Perang Diponegoro meletus-- juga merupakan wakil grand master La Vertueuse di Hindia Belanda. La Vertueuse merupakan salah satu perkumpulan dari Tarekat Freemason yang ada di Batavia.

Sejak berselisih dengan Gubernur Jenderal Du Bus, pada 1826 De Kock memilih tinggal di Magelang. Hal itu ia lakukan agar tidak sering bertemu dengan Du Bus, baik di Batavia maupun di Buitenzorg.

Pada 1828 De Kock ditunjuk sebagai pejabat sementara gubernur jenderal, karena Du Bus sudah berakhir masa jabatan. De Kock tetap memilih tinggal di Magelang, karena De Kock baru meninggalkan Batavia setelah gubernur jenderal baru tiba sudah di Batavia.

De Kock pun baru ke Batavia menemui gubernur jenderal definitif penggani Du Bus pada 2 Februari 1830. Van den Bosch, yunior De Kock di militer, tiba di Batavia pada 31 Januari 1830 membawa tugas menjadi gubernur jenderal Hindia Belanda.

De Kock pun menjadi pusat perhatian lagi di Batavia. Pada 15 Februari 1830, ia melakukan peletakan batu pertama pembangunan kuil pemujaan Tarekat Freemason.

Oohya! Baca juga ya:

Bagaimana Firaun yang Mati Saat Mengejar Musa Bisa Ditemukan?

Tarekat ini mendapat hibah tanah dari pemerintah Hindia Belanda di lokasi pinggir jalan yang sekarang bernama Jalan Budi Utomo. Sekarang kuilnya menjadi Gedung Kimia Farma.

Pada masa itu ada dua perkumpulan Tarekat Freemason di Batavia, yaitu La Vertueuse dan La Fidele Sincerite. Tanah hibah itu diberikan kepada La Vertueuse.

Awalnya sebenarnya bukan hibah. Sejak Mei 1829 ada negosiasi La vertueuse dengan pemerintah atas tanah milik pemerintah itu.

Kesepakatan awalnya, pemerintah bersedia menjual tanah itu dengan harga wajar kepada La Vertueuse. Tapi kemudian, ternyata pemerintah menghibahkan tanah itu.

Pada 1829 itu, De Kock masih menjadi pejabat sementara gubernur jenderal Hindia Belanda. ia baru melepaskan jabatan itu setelah Van Den Bosch tiba di Batavia.

Pada saat peletakan batu pertama kuil Freemason, Gubernur Jenderal Van den Bosch juga hadir. Hadir pula pimpinan La Fidele Sincerite.

Oohya! Baca juga ya:

Tangan Mumi Firaun Bergerak, Bangsa Mesir Kuno Masygul Firaun Mati

Pada 1837, La Vertueuse dan La Fidele Sincerite melebur menjadi satu. Mereka membuat nama baru untuk perkumpulan gabungan itu, yaitu La Ster in het Ousten (Bintang Timur), sehingga pada 1920-an, kuilnay dikenal sebagai Gedung Setan.

Kuil yang dibangun atas bantuan De Kock itu dijadikan sebagai pusat pemujaan hingga 1934. Tarekat Freemason itu kemudian berpindah ke gedung baru, Adhuc Stat, yang sekarang menjadi Gedung Bappenas di depan Taman Suropati, Menteng.

Pada 1926, di kuil pemujaan Tarekat Freemason di jalan yang sekarang disebut Jalan Budi Utomo itu Tabrani menggunakannya untuk sidang Kongres Pemuda Indonesia.

Sumber rujukan:
- Pembalasan Dendam Diponegoro, karta Martin Bossenbroek (2023)
- Tarekat Mason Bebas Masyarakat di Hindia Belanda dan Indonesia 1764-1962, karya Dr Th Stevens (2004)

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]

Berita Terkait

Image

Bahasa dan Dasar Kebangsaan Indonesia

Image

Gara-gara Yamin, Peserta Kongres Pemuda Dikira dari Seluruh Indonesia

Image

Apakah Peserta Kongres Pemuda Indonesia Datang dari Seluruh Indonesia?