Lincak

Bagaimana Firaun yang Mati Saat Mengejar Musa Bisa Ditemukan?

Mumi Firaun (Ramses II, mati tenggelam saat mengejar Musa) dengan tangan kiri yang terangkat. Bagaimana mayat Firaun yang lokasinya jauh dari ibu kota bisa ditemukan?

Mernpetah membawa pulang mayat Firaun (Ramses II). Fakta kematiannya yang tenggelam saat mengejar Musa dirahasiakan.

“Suatu hal yang mencederai Firaun jika dikatakan bahwa ia bukan saja gagal menangkap Musa dan orang-orang Israel, tetapi juga tewas tenggelam ditelan ombak saat melakukan pengejaran,” sadur Amanullah Halim.

Setelah mayat Firaun yang ditemukan tiba di Mesir, lantas dirawat sesuai prosesi yang lazim. Bagaimana Mernpetah, yang kemudian menjadi Firaun menggantikan Ramses II, mengetahui kabar Firaun (Ramses II) telah mati tenggelam?

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Oohya! Baca juga ya:

Tangan Mumi Firaun Bergerak, Bangsa Mesir Kuno Masygul Firaun Mati

Mernpetah semula bernama Haman, merupakan wakil Firaun. Setelah menjadi Firaun menggantikan Ramses II, ia memakai nama Mernpetah.

Berita kematian Firaun akan disampaikan bukan disebabkan oleh tenggelam saat mengejar Musa. Pernyataan yang akan dikeluarkan adalah Firaun dan tentara Mesir mati karena badai gurun yang dahsyat atau bisa jug akarena wabah penyakit di tengah perjalanan.

Di ibu kota Ramases, isi perut mayat Firaun dikeluarkan. Garam nitrat kemudian dimasukkan ke dalamnya dengan tujuan agar kelenjar dalam jasad mengering.

Perut jasad Fisraun yang sudah kosong kemudian diisi dengan serpiha kayu dan bunga-bunga kering. Kulitnya kemudian dibalur balsam dan wewangian dengan tujuan agar tetap tampak segar.

Saat para petugas merawat jasad tuhan tertinggi mereka itu, mereka mendapati bahwa tangan kiri Firaun setengah terangkat. Hal itu belum pernah mereka dapati dari Firaun-Firaun sebelumnya.

Oohya! Baca juga ya:

Pesta untuk De Kock Sebelum Diponegoro Ditangkap

Mereka kemudian menekan tangan kiri itu kuat-kuat agar berimpitan dengan tangan kanan di atas dada. Untuk mencegah tangan kiri terangkat kembali, mereka mengikatnya dengan lilitan kain tipis ke seluruh jasad.

Kain katun kemudian dipakai untuk membungkusnya. Kain itu selebar 1,5 meter dengan panjang 4,5 meter. Muka dan pundak ditutup dengan topeng emas.

“Jasad yang telah menjadi mumi itu pun diletakkan dalam peti kayu setelah dilapisi dengan kafan emas sebelum dimasukkan ke dalam peti lain yang terbuat dari granit,” sadur Amanullah Halim.

Dari Ramases, jasad Firaun itu kemudian diangkut dengan perahu menyusuri sungai menuju Luxor dalam iring-ringan yang cukup besar. Firaun disemayamkan di Lembah Para Raja.

Ribuan tahun setelah masa Musa itu, ditemukan jalan masuk menuju makam Firaun  oleh petani Mesir. Bersama saudara-saudaranya, petani itu sering keluar masuk untuk mengambil barang-barang berharga. Ada emas, permata, tembikar dan sebagainya.

Itu terjadi pada tahun 1872. Padahal, tempat itu benar-benar rahasia. Pada tahun 969 SM penguasa Mesir terakhir dari Dinasti XXI, Ramses XI memindahkan seluruh mumi Firaun dari Dinasi XVIII hingga XX, termasuk mumi Ramses II, ke pemakaman rahasia di Derr el-Bahr.

Oohya! Baca juga ya:

Bicara Simbol, Beda Jokowi dengan Sunan Kudus dalam Membangun Kota

Pada tahun 1881, Dinas Pelestarian Benda-Benda Purbakala Mesir memindahkan mumi-mumi Firaun itu ke Museum Nasional Mesir. Pada 1902, saat para arkelolog meneliti mumi-mumi itu, mendapati tangan mumi Ramses II terangkat.

Jika saja Mernpetah tidak menemukan mayat Ramses II yang meninggal tenggelam, tak akan ada mumi Firaun Ramses II. Bagaimana Mernpetah mendapat kabar Firaun telah meninggal?

“Kuat dugaan bahwa salah seorang bala tentara Firaun ada yang selamat, bergegas kembali ke ibu kota Ramases untuk mengabarkan kepada Haman atau Mernpetah, sebagai wail Firuan ketika sedang tidak berada di tempat, perihal prahara yang menimpa Firaun dan seluruh bala tentara Mesir di Laut Merah,” sadur Amanullah Halim.

Mernpetah kemudian membawa prajurit menuju lokasi, lalu mengangkut mayat Firaun dengan kereta kerajaan.

Ma Roejan

Sumber rujukan:
Musa versus Firaun, disadur olah Amanlullah Halim (2011) dari Musa wa Harun karya Dr Rusydi al_Badrawi dan Qishash al-Anbiya’ karya Syaikh Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi

Untuk Yang Mulia Para Pencuri Naskah/Plagiator

Selama empat hari, Raffles menjarah Keraton Yogyakarta. Dari berbagai jenis barang yang dijarah itu terdapat naskah-naskah Jawa yang kemudian ia pakai sebagai bahan untuk buku The History of Java. Kendati naskah-naskah itu hasil jarahan, ia tetap menyebutkannya ketika ada bagian-bagian yang ia ambil untuk bukunya, seperti dalam kalimat: “Syair berikut adalah dari Niti Sastra Kawi”, “Cerita ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Crawfurd”.

Redaksi
[email protected]